Wednesday, March 18, 2020

Persiapan mengatasi karhutla ...

Minggu lalu diadakan acara persiapan mengatasi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau yang diadakan oleh pihak-pihak BPPT, BMKG, BNPB, Polri dan TNI. Seperti kita ketahui bersama, tahun lalu masih terjadi kebakaran hutan dan lahan yang sangat luas meskipun lebih sedikit luasnya dibanding beberapa tahun yang lalu. Kesiapsiagaan instansi terkait ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Sampai saat ini hutan dan lahan yang terbakar belum pulih seperti sediakala mengingat luasnya hutan dan lahan yang terbakar waktu itu.  Seperti diketahui ratusan ribu hektar hutan dan lahan terbakar tahun lalu sedangkan tahun 2015 karhutla lebih besar lagi, jutaan hektar. Prestasi penurunan karhutla patut diapresiasi meskipun mengingat kelengahan kita dengan adanya masa masa kampanye pilpres yang menyedot banyak perhatian menyebabkan karhutla masih terjadi waktu itu.
Semoga dengan kejadian tersebut kita bisa menarik pelajaran berharga dan tahun ini dengan kesigapan semua pihak maka karhutla bisa dicegah.

Tuesday, March 17, 2020

Masihkah musim hujan?


Merujuk pada gambar yang disajikan oleh BMKG prakiraan curah hujan dasarian ke-3 wilayah Indonesia menunjukkan bahwa sudah mulai banyak wilayah Indonesia mengalami curah hujan menengah dan rendah. Hanya sebagian kecil yang masih mempunyai curah hujan yang tinggi seperti yang terjadi di tengah pulau Papua di sekitar pegunungan Jaya Wijaya.
Bila kita membagi kategori berdasarkan Oldeman maka dikatakan bulan basah bila curah hujannya adalah lebih dari 200 mm, bulan kering adalah kurang dari 100 mm dan bulan lembab adalah bulan dimana curah hujannya antara 100 dan 200 mm. Oldeman ini digunakan untuk patokan dalam menanam padi dan palawija dimana dihitung curah hujan bulanan rata-rata berturut-turut. Kita mengetahui bahwa dalam satu bulan terdiri dari 3 dasarian yakni dasarian pertama dari kalender  tanggal 1 sampai 10, dasarian kedua dari tanggal 11-20 dan dasarian ketiga dari 21 sampai dengan akhir bulan. Dengan demikian bila kita pukul rata satu bulan terdapat 100 dan 200 mm maka dalam satu dasarian kira-kira terdapat 33 mm dan 69 mm curah hujan. Berpatokan dengan hal ini maka bila curah hujan dalam dasarian tersebut adalah kurang dari 33 mm maka dikatakan dasarian kering dan bila curah hujan lebih dari 69 mm maka dikatakan sebagai dasarian basah.  Dengan pembagian semacam itu maka prakiraan dasarian ketiga bulan Maret 2020 versi BMKG dapat diinterpretasikan bahwa masih banyak wilayah Indonesia yang mempunyai dasarian basah dan lembab serta ada sebagian yang sudah kering. Warna-warni yang dikategorikan di atas masuk dasarian dengan curah hujan menengah merupakan dasarian basah sedangkan yang masuk kategori hujan tinggi merupakan dasarian sangat basah.
Bila dilihat pola angin yang diprakirakan untuk hari ini maka tampak bahwa angin di belahan bumi utara sekitar ekuator masih merupakan angin timur laut demikian pula di sebagian pulau yang berada di selatan ekuator. Semakin banyak arah angin tenggara di ekuator seperti yang terjadi di selatan pulau Jawa dan Sumatera pada ketinggian 850 mbar dari citra satelit Himawari 8 IR + GSM. Oleh karena itu sebenarnya sebagian wilayah sedang mulai mengalami musim pancaroba pertama khususnya yang bertipe curah hujan monsoon meskipun diprakirakan masih basah seperti yang diuraikan di atas. 

Sunday, February 2, 2020

Memang lagi waktunya ...

Saat ini banyak kota yang mengalami banjir ataupun genangan. Berbagai sebab memungkinkan hal tersebut terjadi. Saluran drainase yang tersumbat, sungai yang mengalami pendangkalan, perbukitan yang rusak akibat perambahan hutan atau untuk tujuan pertanian, pemukiman, dll. Selain itu tentu saja yang paling utama adalah curah hujan yang tinggi yang datang dalam waktu cukup lama atau curah hujan deras dalam waktu singkat sehingga menyebabkan air tidak dapat tertampung di saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Kalau kita tengok ramalan cuaca yang dilakukan BMKG dan hasil observasi mendekati real time, terlihat bahwa saat ini memang sedang saatnya musim hujan. Musim hujan juga bukan berarti selalu setiap hari hujan, namun bila dalam kurun waktu tertentu mempunyai curah hujan tertentu.
Pusat-pusat tekanan rendah dan area konvergensi banyak terjadi di wilayah Indonesia dan sekitarnya. Ini makin memperkuat adanya pembentukan awan-awan konvektif dan konvergensi di wilayah kita. Hal ini dikuatkan oleh keberadaan awan-awan tebal yang banyak mengandung uap air seperti terlihat pada gambar berikut yang diambil tanggal 2 Pebruari 2020 jam 10 UTC:
Di sebagian Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara tertutup oleh awan potensial. Jadi bila hari ini terjadi banjir lagi di beberapa wilayah di tanah merupakan hal yang wajar, bila hujan yang jatuh tidak mampu tertampung oleh saluran drainase. Upaya mitigasi dan adaptasi sudah harus disiapkan sesegera mungkin karena musim hujan masih akan berlangsung sampai Maret nanti. Ini kalau kita lihat iklimnya lho ya, meskipun tergantung pada wilayahnya apakah curah hujannya mengikuti pola monsoonal, ekuatorial atau lokal. Program-program jangka pendek, menengah dan panjang sudah selayaknya untuk dipersiapkan dan dilaksanakan. Semoga dengan manajemen air yang lebih baik maka di musim hujan kita tidak kebanjiran dan di musim kemarau tidak kekurangan air atau bahkan kekeringan.

Thursday, January 30, 2020

Membangun rumah Indonesia sehat dan Corona

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat. Siapa sangka dalam kurun waktu beberapa tahun saja suatu profesi menjadi terangkat dan banyak menjadi pilihan pekerjaan utama, semisal menjadi influencer, motivator atau jualan online. Siapa sangka gadget berkembang dengan sangat pesat dimana banyak menu di dalamnya yang bisa mengusik ketentraman seseorang karena mampu memindai telepon genggam orang lain. Siapa sangka orang dengan cepat berubah dari budaya baca menjadi budaya audio visual. Banyak koran-koran yang tadinya beroplah banyak tetapi kemudian bergeser menjadi berita online. Orang juga lebih suka membaca media sosial karena merupakan hal yang sangat mengasyikkan. Media sosial begitu ramai dan gegap gempita oleh berbagai uneg-uneg atau berita yang suka-suka orang mengirimnya. Kelompok-kelompok kerohanian, warga suatu kompleks, teman-teman masa kecil sampai dewasa, kelompok kegemaran yang sama, dan sebagainya berseliweran di dunia maya. Berbagai jenis media sosial juga berkembang dengan sangat ramainya. Suatu grup bisa mempunyai ratusan ribu bahkan jutaan penggemar. Semua teknologi yang ada saat ini memungkinkan hal itu terjadi.
Ramainya dunia media sosial dan makin bebasnya orang berekspresi di ruang publik menyebabkan tatanan suatu negara bisa berubah cepat. Warga negara suatu bangsa sudah seperti warga dunia yang tidak ada batasan negara. Dunia dapat dengan cepat berubah dari kondisi satu menjadi kondisi yang lain. Dunia yang tadinya aman tentram dan seolah terisolasi antara satu dengan yang lain menjadi demikian liar dan seolah tanpa aturan. Dari perspektif kedaulatan negara, ini merupakan hal yang cukup berisiko. Kebobolan keamanan negara bisa dikendalikan dari beberapa titik tertentu di bumi yang mempunyai sumber daya unggul dan berteknologi tinggi. Pergerakan manusia yang demikian bebas bisa pula mengancam pada kesehatan masyarakat, seperti issue virus Corona saat ini. Virus yang menular dengan sangat cepat ini menggoncangkan dunia karena ditularkan lewat orang per orang, bukan lagi dari hewan ke manusia. Bahkan Wuhan dan beberapa kota di sekitarnya di China sudah diisolasi agar penyebaran virus yang diduga berasal dari wilayah ini tidak sampai menyebar makin luas dan makin cepat. Di beberapa negara juga sudah tertular virus ini. Banyak negara yang kemudian memulangkan para wisatawan China atau mengkarantina orang-orang China yang datang ke suatu negara untuk jangka waktu tertentu untuk memastikan bahwa dia tidak terdampak virus tersebut. Sampai hari kemarin diberitakan ada 131 orang yang sudah meninggal dan ribuan yang tertular di China khususnya. Ada sementara kota yang sudah seperti kota mati karena wabah tersebut yang sangat menakutkan. Aktivitas penduduk bahkan untuk berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-haripun sudah cukup sulit mengingat tidak setiap saat toko buka. Sampai sekarang belum ada obat yang ditemukan untuk menangani penyakit ini. Semoga penyebaran virus Corona dan berbagai virus berbahaya lainnya tidak melalui udara atau dipengaruhi cuaca dan musim. Rumah sakit khusus yang dibangun di China ditargetkan selesai dalam waktu 10 hari, suatu pekerjaan infrastruktur yang luar biasa cepatnya. Teknologi ini seandainya bisa juga diterapkan untuk membangun infrastruktur di Indonesia akan merupakan kemajuan pesat dan mempercepat proses pensejajaran negara kita dengan negara maju. Ini mengingat kita masih kalah atau tertinggal beberapa waktu dalam masalah infrastruktur yang memang nyata-nyata dibutuhkan oleh negara kita yang berwujud kepulauan.
Pembangunan infrastruktur banjir juga bisa dikebut dan bencana banjir bisa diminimalisasi dengan adanya percepatan konstruksi. Pembangunan rumah Indonesia sehat baik fisik maupun non fisik bisa cepat tercapai melalui berbagai percepatan bila sumber daya manusia unggul dan sehat. Kesehatan merupakan barang yang mahal, oleh karena itu investasi dalam bidang kesehatan juga penting untuk diprioritaskan. Para petugas kesehatan juga tidak menjadikan pekerjaannya sebagai ladang pengerukan kekayaan dari banyak orang yang menderita karena sakit. cmiiw. Ketahanan tubuh akan berfungsi dengan baik bila cukup makanan bergizi, minum air bening dan vitamin, cukup istirahat, dan olah raga yang teratur. Boleh dikatakan bila fisik ini sudah terjaga maka 50% penyakit akan menjauh. Selebihnya adalah masalah psikologis atau mindset yang terorganisasi dengan baik. Psikologis, keamanan fisik, sandang, pangan, papan, manajemen, informasi, aktualisasi diri yang baik yang berujung pada keikhlasan diri akan menjadikan Indonesia ini sehat lahir batin, bahagia di dunia dan akherat. In sya allah. Aamiin.

Friday, January 17, 2020

Berbagai sudut pandang generasi muda tentang banjir

Banjir telah terjadi di banyak wilayah di tanah air. Tidak jarang kepala daerah bahkan presiden sekalipun dibully oleh sebagian masyarakat. Terdapat pro dan kontra yang berkembang di masyarakat, sebagian menyalahkan dan sebagian membela pihak-pihak tertentu, sesuatu yang biasa dalam negara kita yang demikian majemuk. Namun demikian tidak sedikit yang urun rembug bagaimana mengatasi masalah yang selalu berulang ini. Setiap kali musim hujan dipastikan di berbagai tempat di tanah air menjadi langganan banjir. Berikut ini beberapa sumbangsih pemikiran khususnya dari generasi muda kita yang menarik untuk diperhitungkan dalam membuat kebijakan.
Penanaman vegetasi di sepanjang bantaran sungai akan memperkuat tanah dan mengurangi laju erosi sehingga tidak terjadi pendangkalan sungai patut untuk diperhitungkan. Daerah-daerah aliran sungai dihijaukan demikian pula dengan wilayah sekitar muara sungai yang berbatasan dengan laut menggunakan tanaman bakau. Daerah banjir dan genangan yang meningkat akibat rob bisa dikurangi dampaknya dengan cara ini, selain pembangunan infrastruktur yang sudah seringkali dianggap menjadi cara utama mengatasi banjir. Pada prinsipnya sebenarnya adalah bagaimana caranya agar air yang masuk ke dalam saluran drainase dan sungai tidak sampai meluap. Memperbesar daya tampung saluran drainase dan sungai merupakan salah satu cara utama mengurangi luapan air. Hujan yang jatuh pada suatu permukaan pada suatu wilayah tertentu bisa dihitung berapa volumenya demikian pula dengan daya tampung sungai.85% banjir diakibatkan oleh curah hujan (Ann HS dan PJ Robinson, 1986), oleh karenanya jika kita mengetahui dengan betul bagaimana prinsip siklus hidrologi maka akan banyak mengurangi potensi banjir. Imbas tentang hal tersebut adalah bagaimana menata ruang dan waktu agar terhindar banjir dan genangan.
Sebenarnya banyak kontribusi dari riset-riset yang terkait dengan berbagai bidang termasuk meteorologi, klimatologi dan hidrologi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan mitigasi dan adaptasi terhadap banjir. Masalahnya kita mau atau tidak untuk memanfaatkan hasil riset.
Contoh yang lain terkait dengan peraturan daerah (perda). Peraturan daerah yang mengatur tata ruang dan peruntukannya sering menjadi masalah karena berbagai kepentingan, siapa yang kuat modalnya dan pengaruhnya maka dia lah yang menguasai perda. Agar berbagai kepentingan tidak tumpang tindih maka harus ada payung hukum nasional yang harus dipatuhi oleh pembuat perda di bawahnya, bila menyimpang langsung dicabut. Tajam ke atas tajam ke bawah. Ini semua perlu pembenahan secara bertahap dan revolusioner agar banjir tidak menjadi langganan kejadian di musim hujan. 

Thursday, January 16, 2020

Turut memikirkan ...

Mahasiswa ITB pun turut memikirkan masalah banjir di berbagai tempat di tanah air, seperti terlihat pada video singkat berikut ini.
Hasil pemikiran mereka akan di share nanti.

Monday, January 6, 2020

Belajar dari pengalaman banjir ...

Hari demi hari telah berlalu, banyak yang tidak bisa melupakan peristiwa bencana banjir tahun baru 2020 yang mungkin akan berulang lagi dalam waktu dekat karena biasanya puncak curah hujan monsoonal terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Ambil contoh untuk kasus Jakarta karena di beberapa tempat terdapat curah hujan lebih dari 200 mm/hari pada tanggal 1 Januari kemarin yang merupakan curah hujan ekstrim. Curah hujan di Halim Perdana Kusumah, Taman Mini Indonesia Indah, dan Pulogadung di Jakarta Timur masing-masing adalah 337, 335 dan 265 mm. Di Kembangan dan Tomang Jakarta Barat masing-masing 265 dan 226 mm, sedangkan di Jatiasih Bekasi Jawa Barat 246 mm. Ini berarti bahwa angka-angka tersebut menunjukkan ketinggian permukaan tanah yang tertutupi oleh air (jika dianggap permukaan Jakarta rata) adalah sekitar 28,46 cm. Dilihat dari angka-angka tersebut maka wajar bahwa Jakarta Timur merupakan wilayah yang mengalami banjir paling parah. Ini belum termasuk memperhitungkan sungai-sungai yang masuk ke Jakarta yang berasal dari luar kota yang lebih tinggi ketinggian permukaannya. Daerah khusus ibukota memang rentan oleh bencana banjir apalagi sebagian wilayahnya ada yang berada di bawah permukaan air laut sehingga ketika pasang naik maka air sungai yang akan masuk ke laut akan tertahan sehingga bisa timbul genangan. Ini akan memperparah keadaan. Selanjutnya, silahkan baca di sini dan di sini.  

Friday, January 3, 2020

Bencana banjir

Hadiah khusus tahun baru kali ini adalah bencana banjir. Mungkin banyak yang tidak menyangka bahwa banjir kali ini bisa sebesar itu. Air sungai meluap dan banyak membanjiri pemukiman warga. Tak pelak lagi maka banyak pihak kerepotan akibat banjir yang demikian besar yang melanda beberapa kawasan khususnya ibukota Jakarta. Banyak mobil terendam sehingga banyak kemungkinan harus masuk bengkel. Rumah-rumah warga termasuki air dan perabotan rumah tangga terendam atau mengapung di dalam rumah. Tak terhitung kerugian yang harus ditanggung warga masyarakat.Bahkan ada yang meninggal karena banjir dan dampaknya. Sarana dan prasarana publik juga mengalami kerusakan sebagian. Selama 3 hari ini khususnya banyak berita beredar tentang banjir di Jakarta dan sekitarnya meskipun di beberapa tempat sebelum tahun baru, sudah mengalami banjir besar seperti yang terjadi di Sumatera.
Sebenarnya masalah banjir ini bukan barang baru, hampir setiap tahun terjadi. Kali ini agak lebih super karena terjadi bertepatan dengan tahun baru saat warga kita begitu gembira merayakan malam tahun baru. Hujan deras yang terjadi tanggal 31 Desember 2019 di Jawa Barat dan Jakarta sangat berdampak pada naiknya permukaan air sungai sehingga air melimpah kemana-mana. Apakah ini merupakan banjir 5, 10, 20, 25 tahunan atau bahkan lebih? Masih harus diteliti lebih lanjut. Tapi yang jelas dengan kondisi lingkungan yang semakin berubah dan sering kurang memperhatikan siklus hidrologi maka tidaklah salah kalau mengatakan bahwa banjir ini akibat masalah musim, lingkungan dan perilaku masyarakat. Perubahan cepat pada lingkungan sehingga air tidak banyak meresap ke dalam tanah, sungai yang banyak mengalami sedimentasi karena ada erosi dan sampah, dan sebab-sebab lain misal pasang surut air laut bisa berkontribusi pada kejadian banjir dan genangan. Oleh sebab itu maka beberapa hal yang bisa dilakukan adalah memperbaiki sepanjang daerah aliran sungai, perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sehingga saluran drainase terhambat, mempercepat pembangunan/memfungsikan dengan baik waduk/situ-situ/kolam besar/hidropori/sumur resapan,  mengedukasi masyarakat untuk ikut serta dalam penanggulangan dan mitigasi bencana, dan lain-lain.
Ada baiknya untuk melihat kembali tulisan berikut ini, sebagai perbandingan yang mungkin terjadi di tempat lain. Selain itu tidak lupa saya mengingatkan untuk menyesuaikan pembangunan dengan masalah cuaca, musim dan iklim.
Tak lupa saya sampaikan turut berbelasungkawa, semoga Allah SWT/Tuhan YME mengganti kehilangan harta benda saudara-saudara kita yang rusak/hilang dan semoga yang meninggal husnul khatimah. Aamiin.

Tuesday, December 31, 2019

Pergantian malam tahun baru 2020

Hari ini diberitakan hujan terjadi di banyak tempat dan bahkan di jalan tol sampai terjadi air menggenang beberapa waktu yang menyebabkan kemacetan parah. Tak heran karena beberapa waktu sebelumnya hujan deras terjadi. Genangan yang membanjiri tol tersebut mungkin diakibatkan tidak berfungsi dengan baiknya saluran drainase atau saluran tersebut tidak mampu menampung air hujan yang deras. Mengingat kalau kita mengamati distribusi uap air yang ada di atmosfer, banyak wilayah berawan besar dan masif serta juga merata, maka tidak mengherankan bahwa hujan deras dan lama terjadi. Tapi mungkin sebagian sekarang sudah jauh berkurang hujannya atau mungkin rintik-rintik sehingga kemungkinan tengah malam nanti di banyak tempat sudah jauh mereda atau bahkan tidak hujan lagi. Ini mengingat tetes air hujan yang ada di atmosfer sudah banyak jatuh sebagai hujan.
Menutup akhir tahun ini, saya mengucapkan selamat tahun baru 2020. Semoga di tahun baru ini perkembangan pembangunan yang pesat semakin menyertai kehidupan bangsa Indonesia. Indonesia makin disegani bangsa-bangsa lain di dunia karena bergerak pesat menjadi negara maju, makmur dan adidaya dunia. Aamiin. 

Monday, December 30, 2019

Musim dan sampah



Hari ini dikeluhkan bahwa terjadi penumpukan sampah di pantai Kuta Bali akibat pengaruh musim yang menyebabkan arus dan gelombang mengarahkannya ke pantai tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa sampah yang terbawa arus laut dan gelombang akan sampai juga ke daratan mengingat transport Eykman baik di belahan bumi utara maupun di belahan bumi selatan yang dipisahkannya oleh garis khatulistiwa. Sampah yang sampai di pantai bisa diduga dari arah angin. Musim saat ini sudah menunjukkan mendekati puncak musim hujan mengingat angin timur laut di utara katulistiwa lebih dominan dibanding dengan angin tenggara di selatan khatulistiwa. Pusat-pusat tekanan rendah di wilayah Indonesia dan selatan Papua di Utara Australia menyebabkan angin mengarah ke tempat-tempat tersebut. Tiadanya topan di sekitar Philippina juga menyebabkan angin menjadi bergerak leluasa yang terkena pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis). Dapat dengan mudah diduga bahwa pertemuan antara angin timur laut dan tenggara tersebut memberi dampak peningkatan perawanan yang berpotensi menyebabkan hujan. Daerah netral yang terbentuk di dekat pusat tekanan rendah di barat Sumatera dan sebelah selatan selat Sunda membawa dampak pada penumpukan dan peleraian perawanan karena proses konvergensi dan divergensi.
Sampah biasanya berada di wilayah teluk, selain faktor musim seperti yang telah dijelaskan di atas, biasanya juga karena pengaruh wisatawan yang sembarangan dalam membuang sampah. Apalagi kebiasaan ini masih merupakan kultur bangsa Indonesia yang masih belum bisa dikikis habis. Bagaimanapun sampah tersebut bisa berasal dari mana saja dari belahan bumi ini. Untuk suatu benda sampai di tempat semula secara alami oleh arus laut membutuhkan waktu puluhan tahun, setelah keliling dunia, kecuali ada pengaruh signifikan seperti tsunami, angin siklon, angin kencang dan arus kuat yang tidak biasanya. Oleh karena saya berpesan kepada para wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan khususnya pada tahun baru ini agar lingkungan tetap nyaman untuk dipandang dan dinikmati. Patuhilah rambu-rambu dan petunjuk para pemandu wisata kalian agar selamat saat berwisata. Selamat tahun 2020, semoga tahun baru kali ini membawa harapan baru yang jauh lebih baik. Aamiin.

Thursday, December 26, 2019

Hujan deras dan angin kencang serta gerhana matahari cincin

Ramai diberitakan di media sosial bahwa terjadi hujan deras disertai angin kencang di beberapa daerah kemarin. Hal ini biasa mengingat beberapa waktu ini terjadi beberapa pusat tekanan rendah yang ada di wilayah kita. Ini agak tidak biasa mengapa ada beberapa pusat tekanan rendah di Indonesia. Biasanya pusat tekanan rendah selalu berada di luar wilayah negara kita. Meskipun diramalkan oleh BMKG adanya pusat tekanan rendah namun dilihat dari peta sebaran perawanan dan distribusi uap air, tidak terjadi adanya perawanan yang masif di wilayah tersebut. Dari peta streamline memang terlihat kecepatan angin rendah di sekitar wilayah tekanan rendah tersebut namun agak menjauh dari pusat tekanan rendah tersebut angin dua bahkan tiga kali lebih kencang daripadanya. Semestinya perawanan yang terjadi juga banyak terkumpul di daerah tersebut, tapi nyatanya tidak, seperti yang terjadi di wilayah sekitar Sulawesi dan barat Aceh. 
Hal ini diperlihatkan pada distribusi uap air yang ditunjukkan oleh satelit Himawari 8 berikut ini pada jam 07.20 WIB pagi ini. Mungkin karena waktu masih pagi maka terjadi pola perawanan yang demikian. Semakin siang mungkin akan makin banyak terbentuk perawanan tinggi dan angin kencang.
Apa yang terjadi di beberapa tempat yakni hujan deras disertai dengan angin kencang memang bisa terjadi mengingat kecepatan angin di beberapa tempat mencapai 10-20 knot khususnya di pulau Jawa kemarin. Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik barat dekat Philippina yakni typhone Phanfone dengan tekanan pusatnya 975 mb dan kecepatan angin maksimum 75 knot turut membawa dampak pada tersedotnya angin menuju wilayah tersebut. Pola-pola lain yang terjadi menunjukkan bahwa puncak musim hujan masih belum terjadi. Daerah konvergensi dan divergensi yang berada dekat di wilayah Indonesia semestinya memperbanyak dan mengurangi perawanan yang terjadi. Ini seperti di dekat pusat tekanan rendah barat Aceh dan selatan Nusa Tenggara di barat laut Australia dan utara pulau Kalimantan dekat Brunei Darussalam. Pagi ini perawanan masif baru terjadi di antara pulau Jawa dan Kalimantan. Perawanan banyak terjadi di wilayah tanah air khususnya di wilayah daratan sehingga menghalangi pandangan untuk melihat peristiwa gerhana matahari cincin. Semoga hujan deras dan angin kencang yang mungkin akan terjadi beberapa waktu ini tidak sampai menyebabkan kerugian material yang banyak bahkan kehilangan nyawa. Aamiin.

Monday, December 16, 2019

Mengapa ...??

Mengapa ketika langit tertutup awan, cuaca sering terasa gerah?? Barangkali kalian tidak begitu sering memperhatikan tentang langit ketika cuaca mendung. Yang sering diperhatikan adalah ketika mendung tebal maka "dipastikan" akan terjadi hujan. Bukankah begitu?? CMIIW. Sebenarnya ketika langit tertutup awan cukup tebal, tidak hanya pertanda akan hujan yang akan terjadi namun juga cuaca akan terasa gerah. Kegerahan ini menyebabkan badan kita tidak merasa nyaman atau juga kita mudah tersulut emosi. Pada kondisi yang terik, hal ini juga sering terjadi apalagi kalau banyak debu beterbangan serta berisik/gaduh. Bukan tidak mungkin kita mudah marah-marah ketika terusik sedikit saja. Mengapa? Tidak lain karena ketika kondisi tersebut suhu dan kelembapan udara menjadi terasa tidak nyaman di badan. Mudah lelah, emosi bahkan stroke akibat panas bisa terjadi. Berkali-kali dalam berbagai kesempatan saya mengemukakan hal tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin suasana emosi yang tidak stabil bisa menyebabkan angka bunuh diri juga meningkat yang dipengaruhi juga oleh faktor cuaca. Pernahkah kalian mendengar akibat dari efek Foehn. Efek Fohn terjadi ketika hujan terjadi di hadapan gunung sehingga massa udara di balik gunung menjadi lebih panas dan kering dari biasanya. Ini karena massa udara yang melewati depan gunung (windward) mengalami kejenuhan, timbul perawanan dan hujan orografis sehingga ketika melewati pegunungan kelembapan udaranya menjadi lebih rendah atau kering. Di pegunungan Alpen, efek Foehn ini menyebabkan banyak kecelakaan lalu lintas terjadi. Ini tidak lain karena emosi pengemudi kendaraan menjadi tidak stabil akibat panas yang tidak biasanya. Di Indonesia, pengaruh efek Foehn pada kejadian seperti telah disebutkan di atas belum pernah diteliti. Ini kajian yang sangat menarik sebenarnya, kolaborasi antara bidang meteorologi dengan kesehatan.
https://www.google.com/url? ...&ust=1576557822183804
Kembali ke pertanyaan di atas. Mengapa ...? Pada daerah yang berbentuk cekungan dimana wilayah tersebut dikelilingi oleh gunung atau bukit yang tinggi maka lapisan awan yang menutupi cekungan tersebut ibaratnya sebagai tutup terhadap panas atau gelombang panjang dari bumi. Akibatnya maka panas yang dipantulkan dari muka bumi akan terjebak di udara. Ini tentu saja akan menyebabkan panas yang tidak mengenakkan karena setiap aktivitas di muka bumi seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan energi lainnya mengeluarkan panas. Ditambah lagi bila tidak ada atau sedikit pepohonan maka udara yang panas akan makin terasa panas. Agak sedikit berbeda dengan wilayah yang tidak berbentuk cekungan, suhu udara tidak akan terasa sepanas wilayah yang berbentuk cekungan.

Thursday, December 12, 2019

Musim hujan kali ini ...

Sejak beberapa waktu yang lalu, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Hal ini terlihat dari pola distribusi streamline dan uap airnya. Tidak seperti biasanya, tahun ini musim hujan mundur dari biasanya. Ini mengingat pengaruh dari beberapa fenomena regional dan global yang melanda Indonesia. Kita ingat IOD (Indian Ocean Dipole Mode) mempunyai nilai positif yang berarti bahwa dipole mode positif sedang terjadi. Ini berarti bahwa wilayah Indonesia khususnya bagian barat mengalami peluang curah hujan kecil karena perairan di wilayah samudra Hindia ekuator bagian timur suhunya lebih rendah daripada biasanya sedangkan di samudra Hindia bagian timur Afrika mengalami pemanasan. Akibatnya maka curah hujan akan sulit terbentuk di Indonesia bagian barat sedangkan di Afrika lebih mudah terbentuk. Monsoon mengalami perubahan yang tidak menentu yang terlihat dari pola angin yang tidak persisten meskipun secara keseluruhan menunjukkan pola yang normal. El Nino berada pada fase normal sedangkan osilasi Madden Julian memperlihatkan bahwa perawanan banyak terbentuk dan agak menguat di samudra Hindia dimana diprediksi dalam beberapa hari ke depan melewati Indonesia dan sampai Pasifik barat.
Kombinasi dari berbagai hal tersebut menyebabkan saat ini musim hujan meskipun belum mencapai curah hujan maksimum. Saatnya bagi kita semua untuk membereskan berbagai hal yang terkait dengan pekerjaan luar ruangan. Sudah waktunya untuk melakukan berbagai pekerjaan yang sifatnya dalam ruangan. Penggunaan komputer untuk perbaikan data, memperbaiki instalasi dalam ruangan, finishing pekerjaan tahun ini dan banyak kegiatan lainnya untuk persiapan tahun depan. Akhir tahun juga merupakan waktunya untuk introspeksi diri agar di masa mendatang jauh lebih produktif dan efisien dalam menggunakan sumber daya. Program-program lebih terarah, terkendali dan tepat sasaran sehingga bisa menjadi kado untuk setiap tahunnya. 

Thursday, November 7, 2019

Sudahkah musim hujan??

Menurut anda, sudah musim hujan belum?? Sebenarnya kalau melihat pola streamline, masih belum benar-benar memasuki musim hujan tapi masih memasuki musim transisi menuju musim hujan. Ini mengingat bahwa pola angin tenggara sampai timur-tenggara masih banyak/dominan berkembang di belahan bumi selatan Indonesia. Sedangkan di belahan bumi utara masih dominan berkembang siklon tropis Nakri di barat Philippina dan adanya pusat tekanan rendah di sebelah timurnya serta kuatnya angin barat daya yang lebih kuat daripada angin timur laut. Pola ini bisa berubah dalam waktu dekat dimana angin timur laut di belahan bumi utara yang akan berbelok menjadi barat laut dan mendorong lebih kuat dibanding angin tenggara. Kecepatan kekuatan dorongan angin ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Sementara itu di belahan bumi selatan khususnya di Australia bagian utara berkembang pusat tekanan rendah dimana kemungkinan dalam beberapa waktu mendatang akan makin menguat dan mungkin akan bertambah jumlahnya.
Banyaknya awan-awan yang banyak mengandung uap air di sebagian Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa kedua tempat tersebut sudah banyak mengalami musim hujan. Pulau Jawa sampai Nusa Tenggara masih banyak area yang bebas awan ataupun kalau terdapat awan masih tipis. Apalagi untuk wilayah Nusa Tenggara yang praktis banyak dipengaruhi oleh keberadaan benua Australia yang masih banyak bertekanan tinggi sehingga relatif kering. Uap air yang dibawa dari benua Australia dan area laut yang dilaluinya yang sempit menyebabkan wilayah Nusa Tenggara relatif masih sedikit awan potensial yang dapat turun sebagai hujan. Puncak musim hujan diprakirakan bulan Desember dan Januari mendatang khususnya yang mempunyai pola monsoonal. Oleh karena itu antisipasi terhadap bencana alam terkait hidrometeologi semacam hujan deras, angin kencang, banjir, dampak negatif dari keberadaan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia khususnya di Australia perlu untuk dicermati. Gelombang tinggi yang mengganggu pelayaran dan cuaca buruk yang berdampak pada penerbangan patut juga mendapatkan perhatian yang serius selain pembangunan infrastruktur yang pasti akan terganggu. Oleh karena itu berkali-kali saya ingatkan bahwa proses pembangunan mesti berdasarkan pada cuaca, musim dan iklim agar bisa lebih cepat, terukur, efektif dan efisien sehingga tidak sampai terjadi pemborosan anggaran belanja negara. 

Monday, October 28, 2019

Suara rimbawan ...


Mengapa masyarakat sekitar hutan belum sejahtera??
Ada beberapa sebab. Yang pertama karena kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan lahan yang baik. Akibatnya tidak ada kemajuan yang ditampakkan oleh masyarakat untuk memajukan fungsi ekonomi dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Yang kedua, adanya pembukaan lahan yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya masyarakat sekitar hutan akan kehilangan lahan untuk bercocok tanam dan juga sebagai nilai ekonomi rakyat sekitar hutan.
Penduduk sekitar hutan kekurangan fasilitas seperti listrik, internet, dan lainnya serta pendidikan yang tergolong masih rendah, sumber informasi sulit didapatkan, fasilitas kesehatan dinilai kurang dan terlalu bergantung pada alam yang sifatnya dinamis. Tingkat kesejahteraan itu sebenarnya tentatif atau subyektif karena setiap orang memiliki definisi sejahtera sendiri-sendiri.
Fahriza Dwi I, Irham Muhammad Dhaffien, Azzahra RKP, Muhammad Fajar N, Nyayu Anisza, Muhammad David Hambali, Choirruriwayacanti
Karena masyarakat sekitar desa hutan, walaupun tinggal di area hutan belum tentu memiliki kemampuan untuk mengelola hutan dan sumber daya alamnya. Solusinya adalah dilakukannya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan hutan dan dilakukan training yang intensif tentang cara mengelola hutan. Selain hal tersebut dapat disebabkan oleh pengelolaan hutan oleh pemerintah yang tidak menerapkan prinsip bagi hasil dengan masyarakat. Solusinya adalah pemerintah seharusnya membentuk PHBM (pengelolaan hutan bersama masyarakat). Penyebab lainnya dapat disebabkan bila hutan yang menjadi fokus utama merupakan hutan milik perusahaan dan perusahaan tersebut hanya mementingkan kelola ekonomi/produksi saja tanpa memecahkan kelola sosialnya. Solusinya adalah meningkatkan aplikasi dan optimalisasi undang-undang tentang hutan produksi dan pengelolaannya. Yang ketiga adalah faktor hutannya sendiri. Maksudnya adalah suatu hutan memang memiliki vegetasi dan fauna yang beragam tetapi potensi keberagaman itu untuk dimanfaatkan tidak dapat dipastikan, misalnya pohon atau tumbuhan di hutan tersebut kebanyakan beracun sehinggga tidak dapat dimanfaatkan sama sekali. Hal itu dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan tersebut. Solusinya adalah ada baiknya jika pemerintah dan masyarakat sekitar hutan bekerjasama membentuk area tumpang sari/agroforestri sehingga hutan masih eksis dan masyarakat dapat memperoleh manfaat dari hutan tersebut melalui hasil panen tanaman tumpang sari/agroforestry.
Zabrina Gilda, Zefanya Zeske RFN, Sarah Anaba, Fahmi Idris F, Aslama Nuraulia, Alfiazka AA, Dicko Luhut FN, Wita S Sihaloho
Berdasarkan SKH (survei kehutanan) 2014, diperoleh hasil bahwa masyarakat sekitar kawasan hutan masih memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, bertumpu pada sektor pertanian dan bergantung pada sumber daya hutan. Beberapa daerah sudah terjangkau oleh pemerintah. Pemerintah mencanangkan program perhutanan sosial namun program ini belum maksimal ditambah masyarakat belum memiliki keinginan yang besar dalam mengelola hutan. Tidak berjalannya program ini menghambat perkembangan ekonomi masyarakat. Faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah 1. Sumber daya manusia di sekitar hutan belum mampu mengelola sumber daya hutan karena tingkat pendidikan yang rendah. 2. Sarana prasarana belum memadai. 3. Bantuan dari pemerintah yang tidak tersalurkan dengan merata. 4. Pola pikir manusia yang modern sentris; 5. Masyarakat yang takut mencoba hal baru.
Alita Gevanya, Bahrul, Putri Meila, Tsabita, Sari Mahira, Risky Annisa, Wilterza N, Raja, Wais Alghani
Karena masyarakat sekitar hutan kebanyakan hanya menjadi buruh, bukan yang menjadi inisiator pengelolaan hutan yang biasanya orang-orang dari luar kawasan tersebut karena kurangnya pengetahuan masyarakat desa sekitar hutan mengenai tata cara kelola hutan. Banyak masyarakat sekitar hutan yang bergantung kepada sumber daya hutan sehingga mempengaruhi keadaan ekonomi masyarakat tersebut.  Sebagian besar masyarakat sekitar hutan merupakan petani pesanggem, tentu hasil yang didapatkan tidak menentu sehingga mengakibatkan lemahnya perkembangan ekonomi masyarakat desa di sekitar hutan. Kehidupan masyarakat menjadi lebih susah sehubungan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pihak pengelola hutan yang harus dipatuhi oleh masyarakat sekitar hutan untuk membantu menjaga kelestarian hutan serta adanya sangsi akibat pelanggaran yang dilakukan sehingga membuat gerak masyarakat sekitar hutan menjadi terbatas untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berada dalam lingkungan yang dikelilingi hutan membentuk keterbatasan akses masyarakat untuk memperoleh informasi baru sehingga mereka cenderung tertinggal/terbelakang. Adanya perasaan akan segala sesuatu yang dibutuhkan telah tersedia di hutan membentuk pribadi masyarakat menjadi malas untuk lebih berusaha  dalam setiap kegiatan yang mendukung perekonomiannya.
Fadel P Rabani, Riezcy Cecilia Dewi, Faza Meidina, Ranji Saptiadi M, Sheila Pertiwi, Muhamad Rifky, Muahmad Rizky D, Savira Qorry A, Hillaryana


Thursday, October 24, 2019

Mengapa panas sekali ...??

Hari-hari belakangan ini cuaca di Indonesia terasa panas sekali. Banyak berita di WAG yang menyatakan banyak kota besar di berbagai wilayah di Indonesia suhunya lebih dari 38oC. Sejumlah langkah telah disebarluaskan untuk mengatasi hal tersebut dari mulai hal yang sederhana. Misal membawa payung atau menyalakan AC di dalam ruangan, banyak minum supaya tidak dehidrasi dan sebagainya. Sebenarnya peristiwa ini biasa-biasa saja terjadi. Hal tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut.
Saat ini matahari seolah-olah bergerak ke lintang selatan atau kurang lebih pada lintang 8 derajat. Ini berarti bahwa pada bumi bagian selatan banyak mendapatkan radiasi matahari dibanding dengan belahan bumi utara apalagi kutub utara. Gerak matahari ini secara sederhana bisa dihitung (tentu ada koreksinya) dengan perjalanan 23,5 derajat dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Ini berarti bahwa setiap harinya matahari bergerak dengan kecepatan 23,5 derajat/90 hari. Pada saat ini banyak belahan bumi selatan khususnya di atas wilayah Indonesia yang tidak tertutup awan,  artinya tidak banyak uap air berada di kawasan tersebut. Wajar saja ketika tidak ada uap air di atas wilayah tersebut maka pembentukan perawanan tidak terjadi dan berakibat pada tidak adanya hujan serta tidak ada halangan sinar matahari menyinari permukaan bumi. Radiasi langsung dari matahari dan gelombang panjang yang dipantulkan bumi menyebabkan udara menjadi lebih panas. Perawanan yang terjadi di wilayah lain bisa memayungi permukaan di bawahnya sehingga udaranya lebih sejuk. Namun perawanan jenis stratus yang memayungi suatu wilayah yang banyak industri dan pencemaran udara akan menyebabkan udara menjadi terjebak di dalamnya apalagi bila tidak ada angin bertiup dan bentuk wilayahnya berupa cekungan. Udara yang terjebak akan makin meningkat temperaturnya sehingga memanaskan udara di atas wilayah tersebut. Kondisi semacam ini tidak mengenakkan bagi kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu adalah langkah yang baik bila lebih banyak menanam pohon-pohon agar udara menjadi tidak terlalu panas karena hadirnya banyak oksigen di udara. Oksigen  yang dihasilkan dari proses fotosintesis menjamin udara tetap segar untuk dihirup dan dapat mengurangi pemanasan skala mikro sampai global. Marilah berlomba-lomba dalam memperbaiki lingkungan agar cuaca, musim dan iklim makin mengenakkan untuk hidup kita. 

Wednesday, October 23, 2019

Kanal karhutla

Kanal air yang digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan atau saya singkat saja sebagai kanal karhutla sudah diwacanakan sejak beberapa waktu ini karena dianggap bahwa hujan buatan tidak mampu atau tidak efektif dalam menanggulangi karhutla. Menurut hemat saya, anggapan tersebut tidaklah tepat. Dengan miliaran liter air yang mengguyur permukaan bumi dengan sekali hujan buatan, maka dapat dipastikan bahwa akan lebih cepat karhutla teratasi. Memang bahwa tidak sekali hujan buatan akan segera memadamkan karhutla, namun bila berkali-kali terjadi hujan yang dipicu oleh penyemaian awan-awan potensial dengan menggunakan garam dapur maka bisa dipastikan api dan titik api akan cepat padam. Kekhawatiran bahwa saat ini belum ada cara yang ampuh untuk memadamkan titik api di dalam tanah gambut memang bukanlah hal yang berlebihan, wajar-wajar saja. Tetapi kanal yang akan diupayakan untuk memadamkan titik bara api di dalam permukaan tanah gambut bisa memicu permasalahan baru. Kita tahu bahwa bila dibuat kanal air maka air yang tersimpan di lahan gambut akan mengalir masuk ke dalam kanal tersebut. Akibatnya tanah gambut menjadi kering dan memudahkan timbulnya titik api baru dengan sedikit pemicu dari luar. Pecahan kaca yang tersinari matahari sehingga membentuk titik fokus karena berfungsi seperti lensa lup bisa berakibat pada pembentukan titik api. Puntung rokok yang dibuang sembarangan dan mengenai lahan gambut bisa menjadi sumber titik api baru. 
Kedalaman permukaan kanal air pasti akan lebih dalam dibandingkan dengan kedalaman permukaan tanah gambut. Air yang tersimpan dalam gambut akan meresap dan mengalir ke dalam kanal tersebut, seperti telah disebut di atas. Jadi cara yang sepertinya akan mengatasi masalah justru menimbulkan masalah baru karena makin mudahnya tanah gambut akan terbakar. Memang untuk kedalaman tanah gambut yang dalam dan terdapat batubara di dalamnya berpotensi untuk bisa dipadamkan namun lagi-lagi karena permukaannya dalam maka air kanal yang membasahi lahan gambut adalah yang bagian dalam sedangkan bagian permukaannya relatif kering. Mungkin cara yang paling efektif adalah mengkombinasikan antara hujan buatan dengan kanal air. Bagian dekat permukaan akan terbasahi oleh air hujan sedangkan bagian yang lebih dalam akan terbasahi oleh air kanal. Namun perlu diingat bahwa pada saat musim kemarau, pembuatan kanal air ini malah akan memperparah kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Semoga bisa menjadi alternatif pemikiran dalam memecahkan kebakaran hutan dan atau lahan di banyak tempat di Indonesia saat ini.

Monday, October 21, 2019

Banjir dan penanggulannya melalui pendekatan sistemik

Barangkali anda akan tertawa atau menertawakan mengapa saat ini bicara tentang banjir. Bukankah banyak daerah mengalami kebakaran hutan dan atau lahan? Bukankah waktu menunjukkan bahwa masih musim kemarau? Sejumlah pertanyaan yang menurut penulis wajar-wajar saja. Apa yang penulis sampaikan ini adalah untuk mengingatkan akan potensi datangnya banjir saat musim hujan mendatang sekaligus berkaca diri apakah pembangunan berbasis cuaca, musim dan iklim sudah mulai kita jalankan. Meskipun saat ini masih menginjak musim transisi di banyak wilayah di Indonesia khususnya yang mempunyai curah hujan tipe monsoonal namun di berbagai wilayah khususnya yang berada di Utara ekuator atau khatulistiwa sebagian sudah memasuki musim hujan. Ini bisa kita lihat dari citra satelit Himawari 8 dan pola streamline (garis arus) yang sudah sebagian mengarah timur laut meskipun beberapa waktu terakhir polanya berubah-ubah. Pembentukan pusat-pusat siklon atau gerak berputar dari pola angin yang berada di utara ekuator (ditandai dengan huruf C) menghambat untuk pembentukan hujan di banyak wilayah di tanah air. Pola streamline tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Masih banyaknya atau dominannya angin tenggara sampai timur di belahan bumi selatan mengindikasikan musim kemarau sampai dengan musim transisi menuju musim hujan. Kondisi mendatang dimana diprakirakan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) banyak wilayah memasuki musim hujan pada awal bulan November 2019 bisa berpotensi menyebabkan banjir. Kondisi banjir mengakibatkan air meluap keluar dari sungai dan menggenangi areal persawahan, permukiman dan badan-badan jalan sehingga mengganggu ekonomi masyarakat, aktivitas sosial budaya, mobilitas transportasi, kerugian harta benda  dan sebagainya bahkan terkadang menelan korban jiwa.
Banjir terjadi oleh karena tiga faktor yakni intensitas hujan yang tinggi melebihi kapasitas infiltrasi, limpasan permukaan daerah aliran sungai sudah tinggi dan atau kapasitas sungai sudah menurun akibat sedimentasi di badan sungai atau menyempitnya sungai akibat sampah dsb. Tingginya intensitas hujan sebagai penyebab utama banjir umumnya relevan dengan banjir yang terjadi bukan pada awal musim hujan tapi pada pertengahan sampai akhir musim hujan karena pada saat tersebut tanah sudah mulai jenuh akibat hujan yang terjadi sebelumnya. Air tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah tapi menggenang dan berjalan ke tempat yang lebih rendah. Faktor ini tidak dapat dicegah oleh manusia karena prosesnya sangat alami. Tingginya limpasan daerah aliran sungai (DAS) sebagai penyebab utama banjir akan relevan pada DAS yang penggunaan lahannya didominasi oleh pertanian yang pengelolaannya tidak mematuhi kaidah konservasi tanah, perubahan penggunaan lahan seperti misalnya yang tadinya hutan diubah peruntukannya menjadi non hutan, pemukiman, penggembalaan dan atau industri. Sedangkan faktor ketiga sebagai penyebab utama banjir relevan untuk DAS yang tingkat erosinya tinggi, banyak tanah longsor karena banyak penambangan liar dan penggundulan hutan, dan atau banyaknya sampah atau limbah padat yang dibuang ke sungai. Umumnya banjir terjadi karena kombinasi dari dua atau tiga faktor di atas.
Lahan kritisUntuk mengelola risiko bencana banjir, kita tidak dapat mencegah terjadinya hujan lebat. Kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya bencana dengan mencegah atau memperbaiki lahan kritis. Meskipun sudah ada program reboisasi sejak tahun 1960an, luas lahan kritis bukannya berkurang melainkan semakin bertambah misal dengan adanya kebakaran hutan dan atau lahan. Belum diperoleh data terbaru namun coba lihat data Kalimantan Utara berikut ini.
Dari data tersebut memang belum diperoleh timeline dari wilayah yang sama namun setidaknya tabel tersebut menunjukkan betapa besarnya jumlah lahan kritis dan sangat kritis di propinsi tersebut.

Secara umum di Indonesia, lahan-lahan kritis dan sangat kritis kemungkinan bisa disebabkan oleh tiga faktor. Pertama karena ada oknum pejabat yang pura-pura tidak mengetahui ada penebangan liar yang terjadi di wilayahnya dimana barangkali dia juga diuntungkan oleh penebangan liar tersebut. Lahan penebangan tersebut diubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang hasilnya bisa jadi ditadah atau disalurkan oleh pihak-pihak tertentu. Oknum-oknum inilah yang membiayai penebangan ini. Faktor kedua adalah kegagalan reboisasi yang telah dilakukannya sejak tahun 1960an. Kegagalan reboisasi pada tahun pertama bisa mencapai 50%. Karena pemeliharaan yang minim maka lima tahun pertama hanya tinggal beberapa persen saja yang tumbuh dengan baik, sisanya mati atau kerdil. Kemudian dilakukan penghijauan lagi yang waktunya sering tidak tepat. Anggaran turun akhir musim penghujan sehingga bibit yang kecil ditanam pada musim kemarau yang akhirnya mati juga. Faktor ketiga adalah kemiskinan yang diperparah oleh kebijakan pembangunan yang tidak pro masyarakat miskin. Pembangunan jalan tol, industri, dan pemukiman-pemukiman mewah yang memarjinalkan masyarakat miskin. Pemilik lahan mendapat ganti rugi namun biasanya jauh dari harga pasar. Buruh tani, pedagang pengangkut hasil pertanian yang kehilangan mata pencahariannya tidak mendapat ganti rugi. Mereka tergusur dan hanya memiliki dua pilihan, satu naik ke perbukitan dan membabat hutan yang ditanami tanaman hortikultura atau yang lain agar tidak mati kelaparan dan yang kedua adalah bermigrasi ke kota dan menambah jumlah kelompok marjinal.  Tapi itu dulu, saat jaman antah berantah. Sekarang kondisinya lebih membaik dan semoga tidak seperti yang digambarkan di atas. Penebangan liar dan pembakaran hutan dan lahan meskipun pernah mempunyai tren peningkatan, saat ini terjadi tren penurunan. Reboisasi yang dilakukan sudah mengalami peningkatan tetapi kebakaran hutan dan lahan memang menyebabkan usaha tersebut seperti sia-sia. Tidak ada salahnya untuk dilakukan lagi secara terus menerus agar supaya wilayah Indonesia makin hijau. Faktor kemiskinan juga menurun menjadi tinggal sekitar 9%.
Upaya mitigasi dan penanggulanganMemperkecil konsekuensi bencana dapat dilakukan dengan menggunakan sifat curah hujan dan peta topografi. Berdasarkan data tersebut dapat direncanakan tata ruang pembangunan untuk menghindari penduduk terdorong ke perbukitan/pegunungan dan membangun permukiman di sana, pemetaan kerentanan dan risiko bencana. Dalam analisis mengenai dampak lingkungan harus secara eksplisit dicantumkan rekomendasi cara menangani rakyat miskin bukan pemilik lahan. Permukiman yang terlanjur ada yang mempunyai risiko bencana harus ditata ulang kembali atau direlokasi. Walaupun biayanya mahal namun hal ini sepadan dengan kalau tindakan kuratif yang dilaksanakan.
Cara lain adalah kita harus melakukan deteksi dini luas lahan kita kemudian diterapkan penjagaan terhadap kawasan-kawasan yang rawan bencana, tidak hanya tutupannya tetapi juga kondisi tanamannya yang memenuhi syarat ekosistem. Percepatan reboisasi lahan-lahan gundul semestinya dilakukan berpacu dengan waktu. Kerjasama antara KLHK dan instansi lain perlu juga digalakkan untuk memberikan penyuluhan konservasi tanah, memperkuat penanaman tanaman keras akar dalam di lokasi perkebunan, penguatan program kampung iklim (proklim) serta berbagai upaya mikro lainnya mengingat adanya kaskade skala kegiatan dsb. KLHK harus mendorong pembangunan hutan rakyat terutama di daerah miring dan hulu serta mendorong dihindarkannya permukiman di daerah endapan alluvial yang mudah longsor. Selain hal di atas kita juga harus mengembalikan fungsi hutan yang sesungguhnya yang sebenarnya multifungsi. Kadangkala kita terjebak hanya pada satu fungsi saja, misalnya hutan produksi hanya untuk tujuan produksi saja padahal hutan produksi juga mempunyai fungsi lindung atau sosial pada sebagian areanya. Perlu dilakukan tata guna hutan mikro yakni tata guna hutan berdasarkan identifikasi karakteristik biofisiknya serta aspek sosial, ekonomi dan budaya sehingga mungkin bisa terjadi dalam hutan produksi ada area yang dikelola sebagai kawasan lindung atau sebaliknya. Pada kawasan hutan konservasi juga demikian. Mungkin pada zona tertentu yang memungkinkan dikelola untuk tujuan produksi atau peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk tujuan pelestarian keanekaragamanan hayati.
Perbaikan sempadan sungai, normalisasi sungai dengan mengatur agar sedimentasi tidak menyebabkan pendangkalan sungai (pengerukan sungai) dan perbaikan drainase merupakan langkah lain yang bisa ditempuh untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan hujan deras.
Selain hal yang telah dikemukakan di atas, momen musim kemarau merupakan momen yang tepat untuk pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan tol, saluran irigasi, saluran drainase, gedung dan bangunan, jalur kereta cepat, instalasi listrik dan air minum serta yang lainnya. Jadi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat cuaca, musim dan iklim dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Ini selain akan menghemat anggaran, juga akan menyebabkan percepatan dalam pembangunan infrastruktur. Percepatan-percepatan tanpa mengurangi kualitas bangunan dan ramping organisasi tapi padat fungsi sangat diperlukan dalam pembangunan. Pendekatan sistemik harus dilakukan sejak dini sehingga trilyunan rupiah bisa dihemat dari proses semacam ini.
Ketika semua itu sudah dilakukan maka semoga banjir yang akan datang tidak sehebat tahun-tahun sebelumnya. Banjir bukan lagi merupakan hal yang biasa namun menjadi hal yang sangat luar biasa karena sangat jarang terjadi. In sya alla. Aamiin. 

Friday, October 11, 2019

Pengamanan pejabat negara …

Peristiwa yang mengejutkan terjadi kemarin. Seorang pejabat negara sekelas Menko Polhukam di Menes Pandeglang Banten ditusuk oleh seseorang dimana ini merupakan peristiwa sangat langka di tanah air meskipun di beberapa bagian dunia yang lain pernah beberapa kali terjadi. Sekelas Presiden bahkan Perdana Menteri pernah terluka ataupun terbunuh karena berbagai sebab, mungkin akibat kebijakan-kebijakan yang diambilnya yang merugikan pihak peluka atau pembunuh atau kelompoknya atau masyarakat luas. Di  AS ada Presiden Ronald Reagan dan John F. Kennedy, PM Benazir Bhutto di Pakistan, PM Rajiv Ghandi di India, Anwar Sadat di Mesir, Moammar Khadaffi di Libya, dll. Orang-orang di pucuk pimpinan suatu negeri pasti banyak diterpa angin kencang baik karena motif ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam. Peluang sekecil apapun kadangkala dimanfaatkan oleh lawan politiknya atau orang-orang yang berseberangan dengan kebijakannya atau orang-orang yang sakit hati dan dendam untuk melampiaskan kekesalan dan kemarahannya yang kadangkala dilakukan dengan cara-cara destruktif. Seperti tidak ada toleransi terhadap kekeliruan sekecil apapun oleh pejabat publik karena pejabat publik dianggap sebagai orang yang sempurna (tidak boleh salah sekecil apapun ucapan dan tindakannya). Pokoknya sudah harus seperti manusia dewa; suatu tindakan yang keliru karena tidak pernah ada manusia yang sempurna meskipun diciptakan sempurna oleh Allah SWT. Dianggap seperti mesin yang sudah diprogram sempurna sehingga tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun padahal sebagai manusia kadangkala ada rasanya lelah dan capai karena banyak kepentingan publik yang diurusnya. Mesin saja butuh istirahat apalagi manusia. Kejenuhan karena hal yang sama terus menerus cenderung bisa menyebabkan seseorang salah ucap, salah bertindak dll yang akhirnya kadangkala merasa serba salah dalam meresponnya. Hal ini berbeda dengan peraturan atau pernyataan tertulis yang memang dituntut untuk sempurna bahkan karena typo sekalipun. Meskipun semua itu merupakan tuntutan yang wajar-wajar saja. Salah satu ukuran suatu peraturan atau kebijakan baik adalah jika tidak sampai timbul gejolak yang tidak terkendali. cmiiw
Di era sekarang ini, teknologi informasi begitu mendukung terjadinya percepatan baik dalam hal positif maupun negatif. Suatu peristiwa di suatu tempat bisa tersampaikan dengan hitungan detik ke berbagai belahan dunia lainnya yang mengundang respon yang beragam. Ibarat gelombang yang berkejaran. Ditambah lagi berita yang sudah berlalu kadangkala diungkap lagi karena orang-orang yang terlambat dalam menanggapinya. Misalnya berita yang telah berlalu yang kasusnya sudah selesai diungkap lagi ke permukaan atau banyaknya berita hoaks yang sengaja disebarkan untuk mengelabui orang yang belum cepat move on. Orang yang belum cepat move on seringkali akan merespon dengan tindakan yang destruktif dan anarkis sehingga merugikan publik yang kemudian ikut-ikutan panas. Ditambah lagi bila kemudian ada pihak yang mengompori misalnya politikus atau media massa yang menulis tanpa cek dan ricek serta cross check atau yang kemudian dikenal dengan istilah jurnalisme predator maka jadilah seperti api yang disiram bensin. Terkadang kita akan kehabisan energi untuk mengatasi hal-hal semacam ini sehingga pembangunan menjadi tertunda atau bahkan fasilitas umum dan pribadi yang ada juga turut rusak. Siapa yang dirugikan? Kita semua!!! Negara lain sudah melangkah lebih cepat, kita masih jalan di tempat karena mengurus yang begitu-begitu dan itu-itu saja yang tidak pernah bisa selesai karena kita memang bangsa yang sangat majemuk, jauh lebih majemuk daripada bangsa-bangsa lain di dunia ini. Tidak bisakah kita berlapang dada menerima fakta yang sesungguhnya dan memberi kesempatan yang sedang memegang amanah rakyat untuk menjadi pejabat negara?? Saya yakin kita semua bisa. Kalau tidak bisa ya usahakan sebisa-bisanya berpijak pada kenyataan.
Sudah saatnya bagi kita semua untuk berperan serta aktif dalam pembangunan dengan segala kemampuan dan fasilitas yang ada. Mengoptimalkan semua potensi sambil tetap memikirkan langkah-langkah strategisnya dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Kedekatan antara pejabat negara/pemerintah dan rakyat (pejabat yang merakyat) ini jangan sampai berubah karena noda peristiwa di Pandeglang tersebut. Sistem prosedur operasi standard (SOP) meski tetap ditegakkan dengan tegas dan disiplinserta terukur tapi tidak sampai menyebabkan jurang pemisah antara pemimpin dan rakyatnya. Peristiwa yang terjadi merupakan kehendak Illahi Robbi, jadi setelah semua hal kita coba benahi dan usahakan sebaik-baiknya namun pada akhirnya hanya Allah SWT yang maha menentukan segalanya.


Monday, September 30, 2019

Keterlaluan bila ...

Beberapa waktu terakhir berita tentang gelombang aksi demonstrasi mahasiswa menyikapi rencana undang-undang berbagai masalah yang menyangkut kepentingan publik menggelora setiap hari. Berbagai tuntutan yang disuarakan oleh mereka kalau dipikir lebih jernih boleh dikatakan sudah agak terlambat. Meskipun aspirasi masyarakat sudah didengar oleh pemerintah, masih saja gelombang aksi demonstrasi masih berjalan. Lalu apa yang sebenarnya dicari? Apakah ingin mencari panggung untuk masa depan segelintir mahasiswa ataukah benar-benar menyuarakan sikap masyarakat? Apa jadinya jika yang dianggap menyuarakan aspirasi masyarakat menganggap bahwa diri mereka sendiri ditunggangi oleh kepentingan rakyat? Lalu sebenarnya mereka menyuarakan aspirasinya siapa? Apakah mereka menganggap bahwa dirinya bukan bagian dari masyarakat? Semoga hanya selip lidah karena terlalu bersemangat. Argumentasi menjadi makin kacau apalagi bila yang berbicara tidak memahami masalah hukum dan belum membandingkan antara produk kolonial dengan rancangan produk yang baru. Bacalah dulu semuanya, baru manggung. Tidak grusa grusu dalam mempersiapkan setiap aksinya sehingga tidak menghitung dampak yang bisa mengganggu kepentingan masyarakat lain yang ingin tentram dan damai. Aksi yang berlebihan hanya akan merusak fasilitas pribadi dan publik dimana pada akhirnya yang menanggung semuanya adalah rakyat. Semoga lebih hati-hati dalam bertindak dan jauh mengurangi kerugian harta benda dan nyawa. Andaikata semuanya lebih bisa berpikir jernih, tidak perlu ada korban harta benda dan nyawa. Adu argumentasi dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat secara akademik justru akan makin mendidik masyarakat untuk bertindak dan bersikap sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan. Mari bersama-sama membangun bangsa ini dengan cara-cara yang lebih baik dan banyak belajar pada sejarah bangsa kita sendiri dan bangsa-bangsa lain. Bukankah aspirasi sudah didengar?? Merusak jauh lebih mudah dan hanya butuh waktu yang singkat daripada membangun namun membangun justru merupakan tugas dan tanggungjawab yang mulia dan terhormat daripada merusak. Mari bersama-sama menjadi bagian dari problem solver, bukan menjadi bagian dari trouble maker.

Asap, kabut, atau kabut asap??

Beberapa waktu ini di beberapa tempat di Indonesia, bahkan dunia, sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan. Selain di negeri kita, terdapat juga kebakaran skala besar yang terjadi di Brazil dan di Conggo. Kebakaran yang terjadi saat ini banyak mengeluarkan asap yang dampaknya sudah banyak dirasakan masyarakat. Udara menjadi pengap dan panas serta mengganggu pernafasan. Bagi manula (manusia berusia lanjut) dan anak-anak, hal ini tentu lebih dirasakan dibanding dengan yang berusia remaja dan dewasa. Sekali lagi "asap" mengingat hampir tidak ada uap air yang terkandung dalam asap karena keringnya. Kandungan uap air yang ada di atmosfer tropis mendekati 4% dari volume atmosfer sementara di wilayah kutub bisa mencapai 0%. Alhamdulillah bahwa dengan adanya modifikasi cuaca telah beberapa kali menyebabkan hujan deras di berbagai tempat. Ini merupakan berita yang baik mengingat beberapa waktu dilaksanakan proyek hujan buatan tetapi hasilnya masih jauh dari harapan mengingat ketiadaan awan-awan potensial untuk disemai.
Di Conggo, menurut informasi, mencontoh dan banyak belajar ke Indonesia dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Mereka berusaha untuk memadamkan kebakaran hutannya melalui cara-cara yang kebanyakan manual sedangkan Brazil masih berusaha untuk mengatasi kebakaran hutan Amazone bekerjasama dengan negara sekitarnya. Tentu semuanya mengharapkan agar secara alami segera terjadi musim hujan. Di Conggo, musim monsoon Afrika timur akan dengan segera menghasilkan hujan sedangkan di Brazil, monsoon Amerika selatan akan banyak mendatangkan hujan. Fenomena monsoon timur laut di belahan bumi utara wilayah Indonesia akan terjadi tidak berapa lama lagi mengingat sekarang angin sudah menjadi angin tenggara dan timur. Oleh karena itu bisa diharapkan bahwa asap akan segera terhalau dari wilayah kebakaran hutan dan lahan. Langit segera akan menjadi bersih kembali dan seluruh  masyarakat wilayah karhutla akan kembali melihat sinar matahari yang selama ini tertutup oleh asap dimana untuk sementara waktu akan mengalami "kabut asap" dahulu. Demikian juga wilayah Indonesia lainnya yang saat ini mengalami kekeringan dan terjadi kebakaran hutan, misalnya di Jawa Timur dan Nusa Tenggara. Bisa diharapkan bahwa pertengahan Oktober sudah memasuki awal musim hujan sedangkan di Nusa Tenggara mungkin awal November baru akan mengalami banyak hujan. Semoga musim hujan sesegera mungkin datang dan permasalahan kebakaran segera hilang dan kebutuhan air warga tercukupi. Sudah saatnya bersiap-siap akan datangnya banjir pada musim hujan mendatang yang semestinya sudah dipersiapkan saat musim kemarau dalam membangun infrastruktur, misalnya. Semoga tidak menjadi sesuatu yang sifatnya rutin semata namun harus selalu ada perbaikan pada setiap musimnya dalam proses pembangunan.


Sunday, September 22, 2019

Semoga segera memasuki musim hujan

Untuk daerah yang selama beberapa waktu ini terkena  asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) maka curah hujan merupakan dambaan bagi setiap orang. Sebenarnya memang ada yang sudah mengalami hujan namun bukan berarti bahwa musim hujan telah datang. Awal musim hujan baru terjadi bila curah hujan melebihi 50 mm yang kemudian diikuti dengan dua dasa harian berikutnya juga masing-masing lebih dari 50 mm. Namun untuk awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan dibutuhkan kelembapan relatif yang cukup yang bisa menghasilkan hujan. Kelembapan relatif 75-85% menjamin teraktifasinya tetes-tetes awan menjadi tetes hujan. Dengan demikian maka hujan buatan dengan menaburkan garam dapur atau urea yang notabene merupakan salah satu upaya bentuk modifikasi cuaca patut untuk dicoba untuk meningkatkan jumlah tetes awan dan tetes hujan yang ada di atmosfer. Beberapa waktu ini ada wacana tentang penggunaan kapur tohor untuk mengatasi asap dari kebakaran hutan. Ini juga merupakan salah satu bentuk modifikasi cuaca untuk mengikat partikel asap agar berukuran lebih besar sehingga bisa dijatuhkan sebagai partikel "hujan". Kapur tohor juga mempunyai sifat menyerap air di sekitarnya (higroskopis). Mengingat awan potensial  yang ada tidak berjumlah cukup karena radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi sehingga tidak bisa menguapkan air dari permukaan air, tanah dan tanaman (menghambat evaporasi dan transpirasi, evapotranspirasi) maka ini menghambat pada proses keberhasilan pembentukan "hujan buatan". Asap yang tebal inilah yang menghalangi proses penyinaran matahari langsung sampai permukaan bumi. Selain daripada itu, angin lemah yang berasal dari benua Australia tidak banyak membawa uap air selama perjalanannya menuju wilayah karhutla. Mengingat gerak semu matahari yang bergeser menuju ekuator maka dapat dipastikan bahwa perawanan juga bergeser mengikuti gerak semu matahari ini. Meskipun demikian, apakah perawanan ini membawa cukup uap air yang berpotensi timbulnya awan konvergensi dan awan konvektif di tempat-tempat karhutla, masih harus dipantau lebih lanjut.  Pergeseran angin makin menjadi angin timur laut di belahan bumi utara merupakan awal yang cocok untuk melakukan hujan buatan. Semoga dalam waktu dekat ini merupakan waktu yang cocok untuk melakukan hujan buatan, bilamana kapur tohor tersebut tidak mampu untuk turun menjadi "hujan". Semoga kapur tohor yang jatuh yang bereaksi dengan uap air dan asap tidak menimbulkan masalah baru bagi kesehatan makhluk hidup. Semakin banyak uap air yang terserap oleh kapur tohor maka peluang terjadinya hujan buatan makin besar. Langit yang tertutup warna merah di propinsi Jambi kemarin merupakan fenomena optik biasa mengingat ukuran partikel yang ada di atmosfer meningkat dengan meningkatnya kepekatan asap karhutla. Entah karena pengaruh penaburan kapur tohor atau karena angin lemah akibat gaya gradien tekanan yang ada tidak cukup kuat, perlu dilihat di lapangan.

Monday, September 2, 2019

Lagu WAJIB NASIONAL


Sudah lama banyak di antara kita semua yang tidak mendengar lagu wajib nasional, padahal banyak. Yang sering disampaikan dalam upacara-upacara bendera tiap hari senin adalah lagu Indonesia Raya saja, lagu-lagu wajib lainnya jarang bahkan mungkin tidak diperdengarkan dalam upacara tersebut. Akibatnya kita sering lupa bahwa kita mempunyai banyak lagu wajib yang mengikat kita sebagai bangsa yang bertanah air dan berbahasa INDONESIA. Dalam acara kenegaraanpun, yang paling nyaring terdengar adalah lagu Indonesia Raya. Lagu lain semacam Maju Tak Gentar, Bagimu Negeri, Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, Garuda Pancasila, Bangun Pemudi Pemuda, dll jarang terdengar. Dalam acara tujuhbelas Agustus-an kemarin lagu-lagu ini juga jarang diperdengarkan di pelosok negeri. Ada baiknya bila lagu-lagu wajib nasional diperkenalkan lagi sejak dini dan ada perlombaan menyanyikan lagu-lagu tersebut. Barangkali ada bagusnya juga para wakil rakyat diuji pengetahuannya tentang lagu wajib nasional. Pengetahuan dan penghayatan yang baik tentang lagu wajib nasional akan makin membangkitkan kita untuk mencintai tanah air, bangsa dan Bahasa kita yang demikian indah dan menakjubkan. Alangkah hebatnya bila Bahasa Indonesia-pun menjadi Bahasa internasional yang digunakan dalam forum resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingat jumlah penduduk kita adalah ke-5 terbesar di dunia. Tugas dan langkah besar bila hal ini bisa terwujud, selain bahwa kita akan menjadi macan dunia, negara adidaya maju dunia. Semua potensi bangsa baik sumber daya alamnya yang demikian luar biasa dan sumber daya manusia yang makin terbuka alam pikirannya dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi akan dapat mempercepat terwujudnya hal tersebut. Bagaikan zamrud khatulistiwa yang demikian berkilau. Pembukaan UUD 1945 yang demikian indah dan menakjubkan sangat mencerminkan bagaimana founding fathers & mothers dan seluruh generasi setelahnya untuk mewujudkannya.  Sejarah bangsa ini yang demikian bergonta ganti antara cemerlang dan kelam yang kemudian bangkit makin cemerlang semoga tidak dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang membentur-benturkan dengan menggunakan issue-issue SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
Apakah diperkenankan lagu wajib diperbarui dengan aspek kekinian sehingga lebih meresap dalam hati sanubari penyanyi dan pendengarnya, saya pikir mungkin bisa/boleh. CMIIW.  Yang jelas bahwa lagu tersebut harus bisa menggugah semangat kebangsaan kita sebagai bertanah air yang satu, berbangsa yang satu, dan berbahasa yang satu …       INDONESIA. Bukankah hal tersebut demikian indahnya?? Selama masih mengalir dalam darahnya semangat nasionalisme, saya yakin tidak akan mudah negeri kita NKRI tercinta ini digoyang dengan issue-issue SARA.  Perbedaan-perbedaan dalam hal SARA tetap harus terikat dalam semangat kebangsaan dan nasionalisme Indonesia yang tetap kita pertahankan namun TIDAK dibentur-benturkan. Bagaimanapun dan siapapun pemerintahnya, sebisa mungkin tetap mengakomodasi kebhinekaan tersebut. Jangan sampai era keterbukaan menyebabkan kita terpecah belah namun justru kita harus makin kompak dalam menumbuhkembangkan negeri kita tercinta ini menjadi negara yang maju, berkeadilan sosial, makmur, dan sejahtera.
Percepatan-percepatan di sana sini dalam proses pembangunan harus diperbaiki dan juga berorientasi pada hasil yang baik. Namun percepatan-percepatan yang dilakukan jangan sampai grusa grusu/kebat kliwat (tergesa-gesa sehingga ceroboh). Umpan balik dari hasil dan kebijakan yang dibuat digunakan untuk memperbaiki input dan proses serta hasil dan kebijakan pembangunan. Kebijakan-kebijakan yang menghambat dalam berkreasi dan berinovasi diperbaiki sebaik mungkin. Semua potensi bangsa harus diberdayakan dengan bertumpukan pada sumber daya yang unggul dan tampil prima. Sarana dan prasarana dasar baik infrastruktur dan suprastruktur seperti psikologi, kesehatan, pendidikan, hankam, sandang, pangan, papan, manajemen, informasi sehingga masyarakat bisa beraktualisasi diri secara bijak harus dikelola sedemikian hingga negara kita menjadi yang kita rakyat Indonesia inginkan bersama. Puncak itu semua adalah spiritualitas yang berwujud keikhlasan bahwa negara kita masih semacam ini saat ini. Ikhlas memberi dan menerima sesuai kewajiban dan haknya sebagai WNI yang demikian majemuk. Tidak mudah untuk sampai pada tahap ikhlas meskipun dengan mudah kita bisa ucapkan setiap saat. Semuanya butuh waktu dan proses. Bersyukurlah bahwa arah pembangunan yang makin membaik dari waktu ke waktu bisa kita wujudkan secara bertahap. Sudah waktunya haluan negara kita samakan persepsinya agar negeri kita tidak mudah berubah arahnya karena pergantian kepemimpinan daerah dan nasional serta legislatif dan yudikatifnya. Beri kesempatan yang sedang mendapatkan amanah mengemban tugas negara untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional kecuali yang bermasalah hukum. Salam INDONESIA MAJU DAN BERKEADILAN SOSIAL!!!