Monday, December 28, 2020

Bencana nasional 2020

 Akhir tahun 2020 ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis berita bahwa selama kurun waktu satu tahun ini telah terjadi 2921 bencana alam di seluruh tanah air dimana 1064 kejadiannya berupa bencana alam banjir. Jadi lebih dari sepertiga bencana alam berupa banjir. Ini tentu saja peristiwa yang tidak mengenakkan dan menyengsarakan bagi masyarakat terdampak. Rinciannya adalah 16 gempa bumi, 7 letusan gunung api, 326 kebakaran hutan dan lahan, 29 kejadian kekeringan, 570 kejadian tanah longsor, 872 putting beliung, 32 gelombang pasang dan abrasi dan kejadian non alam yakni pandemi Covid-19 dimana sampai dengan hari ini kecenderungan jumlah penderitanya bertambah. Sebanyak 713.365 orang terkonfirmasi terkena Covid. Lebih dari 21 ribu jiwa meninggal dunia dengan tingkat kesembuhan mencapai lebih dari 580 ribu orang.

 

Urutan kejadian bencana alam didominasi oleh Sumatera, diikuti oleh Jawa, Kalimantan dan Papua. Kerusakan total fasilitas public mencapai 1543 unit dimana 672 buah di antaranya berupa fasilitas pendidikan, 728 fasilitas ibadah dan 143 fasilitas kesehatan. Lebih dari 6 juta jiwa mengungsi dan 370 jiwa meninggal dunia, 39 hilang dan luka-luka sebanyak 356 orang.

Generasi muda dan kebencanaan

 Latar belakang dan motivasi

Abad 21 merupakan abad teknologi informasi; setiap orang dari mulai balita sampai orang-orang jompo terpapar oleh informasi yang disampaikan melalui media masa dan media sosial. Selama 24 jam sehari, pemberitaan dan pertukaran informasi terjadi melalui media elektronik dan media cetak. Oleh karena itu seolah-olah tidak ada batas negara dalam hal informasi. Namun informasi-informasi tersebut bercampur aduk, ada yang benar dan ada pula yang salah/hoaks. Bahkan tidak jarang informasi diselewengkan untuk tujuan-tujuan yang tidak benar dan merusak. Karenanya dibutuhkan filter dan tameng untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan merusak tersebut dengan memberikan pemahaman yang benar salah satunya tentang kebencanaan kepada generasi muda. Peran dari penyampai berita baik perorangan maupun lembaga tentu sering menyebabkan kekisruhan di masyarakat. Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu pemberitaan. Diharapkan dengan meningkatkan pemahaman tentang bencana kebumian di Indonesia dan sekitarnya bagi para generasi muda di pondok-pondok pesantren ASWAJA maka sedikit demi sedikit pemahaman masyarakat dan generasi muda akan masalah kebencanaan menjadi lebih baik. Generasi muda  menjadi mitra strategis dalam menyampaikan berita tersebut

https://jakarta.bisnis.com/

Deskripsi masalah dan Tujuan

Beberapa tahun terakhir ini fenomena cuaca dan iklim ekstrim seperti banjir, kekeringan, angin kencang, angin puting beliung dan siklon tropis serta bencana kebumian yang lain seperti gempa bumi, letusan gunung api, tsunami makin sering melanda dunia. Pemberitaan tentang hal tersebut dapat dijumpai di berbagai macam media masa seperti koran, majalah, buletin, televisi, radio dan media sosial lainnya seperti twitter, facebook, dll. Dengan demikian maka hampir semua kalangan masyarakat terpapar oleh pemberitaan tersebut. Namun sayangnya, sering pemberitaan tersebut tidak tepat sehingga informasi yang diterima masyarakat juga tidak tepat. Akibatnya pemahaman masyarakat tentang fenomena cuaca dan iklim serta bencana kebumian yang lain menjadi tidak tepat juga. Ini merupakan tanggungjawab kita bersama; pemerintah, dunia pendidikan yang terkait dengan ilmu dan teknologi kebumian, masyarakat khususnya generasi muda  dan media masa (khususnya wartawan) untuk meluruskannya.

Pemberitaan yang sering tidak tepat menggelitik kami untuk mencoba meningkatkan mutu dan meluruskannya melalui kegiatan ceramah interaktif ke pondok-pondok pesantren ASWAJA agar generasi muda kita melek atau paham tentang bencana-bencana tersebut yang terjadi di Indonesia. Diharapkan ada efek bola salju dari kegiatan ini dalam memahami fenomena alam dan mensikapinya.

Metodologi

Pemahaman masyarakat tentang bencana kebumian khususnya akibat cuaca dan iklim akan sedikit demi sedikit menjadi lebih baik karena perbaikan pemahaman generasi muda tentang berita yang sampai kepada mereka. Ini karena setiap saat warga masyarakat terpapar oleh berita, tidak terkecuali berita tentang bencana alam tersebut. Oleh karena itu, santriwan dan santriwati pondok pesantren ASWAJA merupakan mitra strategis bagi perguruan tinggi. Berita dan informasi tersebut akan dengan cepat dapat diluruskan bila semakin banyak generasi muda memahami dengan benar dan saling bahu membahu  bekerjasama dalam menyampaikan berita dan informasi yang benar kepada masyarakat luas melalui berbagai forum dan media.

Target luaran: video pembelajaran dan buku serta publikasi di media massa

Kelompok sasaran : generasi muda pontren ASWAJA di Jabar, Jateng, DIY dan Jatim serta propinsi-propinsi lain di Indonesia

Outcome:

Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini pemahamansantriwan/santriwati pontren ASWAJA tentang bencana kebumian makin meningkat.

Thursday, November 19, 2020

Mengapa musim hujan tidak setiap hari hujan

 Sejak beberapa waktu yang lalu kita telah memasuki musim hujan. Musim hujan diartikan sebagai periode dimana hujan banyak terjadi. Ukurannya adalah bila sudah memasuki dasarian yang curah hujannya melebihi 50 mm setelah tiga dasarian berturut-turut masing-masing mempunyai curah hujan lebih dari 50 mm. Pada musim hujan, hujan merupakan fenomena yang sering terjadi sedangkan pada musim kemarau, curah hujan jarang terjadi meskipun bisa saja terjadi hujan dengan besar dalam satu dasariannya kurang dari 50 mm. Bila kita amati dalam beberapa waktu terakhir, pada kadar antara jarang dan sering, curah hujan terjadi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa curah hujan tidak terjadi?? Mari kita lihat peta sinoptik berikut ini.

Peta di atas adalah prakiraan untuk hari ini. Mengamati peta sinoptik beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa angin tenggara - timur begitu dominan di selatan ekuator. Mengingat bahwa umumnya tidak banyak mengandung uap air maka pembentukan perawanan juga kurang mendukung untuk terjadinya hujan. Wajar pula mengapa panas begitu menyengat, tidak lain karena matahari berada di lintang selatan dekat pulau Jawa. Penguapan yang terus menerus dari permukaan bumi khususnya yang dialami di sebagian besar wilayah selatan ekuator menyebabkan panas terasa lebih dari biasanya. Keberadaan uap air dari perawanan ini barangkali dikurangi oleh efek kurangnya aerosol higroskopis yang melayang-layang di atmosfer akibat jauh berkurangnya aktivitas manusia selama pandemi. Angin yang berubah-ubah arah dan keberadaan pusat tekanan rendah di utara Indonesia memberi kontribusi juga pada terbentuknya kondisi "kurangnya" hujan. Tekanan rendah di lepas pantai Sumatera Utara memberi kontribusi pada terjadinya banjir di wilayah tersebut, khususnya di Medan. Sedangkan di Banyumas Jawa Tengah kejadian banjir lebih dipengaruhi oleh efek lokal yakni pegunungan di sekitarnya. 

Friday, November 6, 2020

Percepatan pembangunan bisa terjadi

 Saat-saat semacam ini, alangkah baiknya bagi kita semua untuk merenung dan memikirkan kembali apakah pembangunan sudah memperhatikan dan memperhitungkan cuaca, musim dan iklim dengan seksama. Selama puluhan tahun, masalah cuaca musim dan iklim seolah-olah hanya sekedar sebagai pengisi waktu sela antara satu acara televisi dengan acara televisi yang lain. Orang akan melihat bahwa ramalan cuaca (waktu jaman dulu menggunakan istilah tersebut, namun setelah judi porkas SDSB dll marak maka istilah ramalan diganti dengan prakiraan) merupakan acara yang mungkin bagi sebagian besar orang terasa menjemukan. Ada masa dimana sejak ada televisi swasta, acara prakiraan cuaca menjadi terasa demikian menarik seperti siaran-siaran luar negeri karena kiblat penyiaran ramalan cuaca waktu itu adalah Amerika Serikat. Namun karena dikhawatirkan terjadi perbedaan antara ramalan cuaca di TVRI dan di televisi swasta yang dikhawatirkan akan membingungkan masyarakat maka acara tersebut tidak lagi disiarkan. Setelah beberapa waktu kemudian, siaran ramalan cuaca di televisi swasta disampaikan lagi dengan format yang mirip namun dengan sumber yang sama dengan yang dipakai TVRI. Apalagi kemudian muncul UU Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (MKG) maka sudah merupakan kewajiban untuk menyiarkan hasil ramalan cuaca versi BMKG. Sebenarnya bila saja dimungkinkan swasta menggunakan sumber siarannya sendiri maka bisa menjadi pembanding yang baik bagi perkembangan MKG. Terlepas dari pasang surutnya perkembangan hak siaran MKG, saya ingin menyoroti masalah pembangunan di tanah air yang dikaitkan dengan kondisi cuaca musim dan iklim di Indonesia.

Seperti saya sering sebut sebelumnya, kita mengenal tiga pola curah hujan di Indonesia. Ini perlu berkali kali saya ulangi mengingat parameter curah hujan merupakan parameter paling penting di wilayah tropis seperti negara kita ini. Curah hujan mempunyai pola monsoonal, ekuatorial, dan lokal. Distribusi lokasi dari pola-pola tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Selama puluhan tahun pola ini tidak mengalami banyak perubahan, hanya berubah detail-detailnya saja akibat perubahan iklim atau lingkungan yang berubah. Warna hijau menunjukkan pola ekuatorial dimana terdapat dua puncak curah hujan dalam satu tahun yakni sekitar bulan-bulan MAM dan SON sedangkan bulan-bulan lain masih ada curah hujannya. Pola lokal ditandai dengan warna merah karena pengaruh topografi setempat atau pola angin darat angin laut,  sedangkan warna putih menunjukkan pola monsoonal yang umumnya curah hujan pada bulan JJA jauh berkurang dibanding bulan-bulan lain. 
Gradien temperatur dan tekanan relatif rendah sedangkan angin juga relatif tidak besar, berkisar pada kecepatan 3 meter per detik saja. Oleh karena itu tidak setiap tempat di Indonesia mempunyai potensi tenaga angin yang besar untuk menggerakkan kincir angin. Potensi radiasi matahari lebih menjanjikan sebenarnya mengingat hampir sepanjang tahun wilayah Indonesia dilalui oleh gerak semu matahari dimana panjang harinya mempunyai kisaran waktu sekitar 10-12 jam. Dengan potensi yang besar ini maka energi terbarukan semestinya bisa dibangun lebih banyak di seluruh wilayah tanah air. Di daerah-daerah yang mempunyai kecepatan angin rendahpun bisa dibangun mini atau mikrowind, selain mini atau mikrohidro. Untuk kebutuhan penduduk dalam satu kawasan tertentu hal ini bisa dilakukan, demikian pula dengan tenaga matahari. Bahkan solar panel raksasa seperti yang dibangun China juga bisa diaplikasikan di Indonesia.
Kembali pada hal yang telah disebut di atas. Masalah hujan sangat bermanfaat khususnya pada saat musim kemarau tapi bisa menjadi masalah besar ketika musim hujan yang terus menerus terjadi. Oleh karena itu manajemen air menjadi hal yang sangat penting untuk disikapi. Kemampuan peramalan cuaca dan musim yang akurat akan sangat membantu dalam memenej waktu turunnya anggaran untuk pembangunan. Semestinya dengan teknologi informasi dan komunikasi yang makin modern maka akan makin cepat eksekusi suatu program. Percepatan-percepatan pembangunan yang didukung oleh sistem TIK ini akan banyak terealisasi dengan tingkat kesalahan yang makin kecil. Mari kita upayakan dengan kerja keras dan cerdas melalui langkah-langkah revolusioner dalam bidang realisasi penganggaran tepat waktu. 

Saturday, October 31, 2020

Bencana hidrometeor

 Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah mengalami musim penghujan. Bagi kalangan tertentu, ini merupakan berita yang sangat menggembirakan, namun mungkin tidak bagi kalangan yang lain. Pembangunan bidang pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lingkungan hidup dll tentu merupakan berita yang bagus karena bisa melakukan aktivitasnya dengan baik, tidak terkendala oleh cuaca dan musim. Namun bagi kegiatan infrastruktur luar ruangan, ini berita yang agak kurang menggembirakan karena pekerjaan bisa tertunda. Semoga tulisan saya terdahulu yang menyatakan bahwa kita harus menyesuaikan kegiatan pembangunan dengan cuaca musim dan iklim benar-benar dilaksanakan sehingga terjadi efisiensi dalam penganggaran, waktu dan sebagainya. Meskipun mungkin dengan adanya bencana hidrometeor bisa berdampak pada pembangunan infrastruktur baru namun dengan adanya hujan yang mungkin akan turun hampir setiap hari maka tetap saja akan terpengaruh berbagai kegiatan di dalamnya. 

Saya sengaja mengatakan bencana hidrometeor, bukan hidrometeorologi mengingat bahwa hidrometeorologi adalah ilmu tentang hidrometeor. Jadi semestinya bencananya adalah bencana hidrometeor, bukan bencana hidrometeorologi. Karena sudah salah kaprah maka akhirnya banyak orang menyebutnya sebagai bencana hidrometeorologi. Itu sekelumit kisah mengapa saya menuliskannya sebagai bencana hidrometeor. 

Kembali ke hal yang sudah saya sampaikan di atas. Saat ini pengembangan pertanian sangat diuntungkan dengan adanya hujan. Pada saat kemarau kemarin, kekeringan melanda sejumlah wilayah bahkan dikhawatirkan timbul bencana kebakaran hutan dan lahan. Kekeringan sendiri mempunyai 4 jenis yakni kekeringan meteorologi, hidrologi, pertanian dan sosial ekonomi. Tiadanya hujan karena siklus air yang tidak berjalan dengan baik menjadikan lahan pertanian tidak bisa berproduksi optimal sehingga berdampak pada sosial ekonomi masyarakat. Dengan kecukupan air semestinya dikembangkan tanaman-tanaman yang membutuhkan air banyak atau tanaman yang berdaun lebar serta bisa pula berbudidaya mina padi. Suatu sistem yang menggabungkan antara tanaman dan hewan yang saling menguntungkan. Tanaman padi mendapatkan pupuk dari kotoran ikan, sedangkan ikan 

mendapatkan bahan pangan dan oksigen dari tanaman. Hama dan penyakit tanaman akan terkurangi potensi keberadaannya karena adanya mina (ikan). Pola-pola pertanian ganda semacam ini sebenarnya sangat dibutuhkan mengingat bisa merupakan langkah intensifikasi pertanian dimana bila dilakukan secara masif akan bisa meningkatkan produktivitas. Peternakan yang disandingkan dengan budidaya tanaman akan sangat menguntungkan juga mengingat ada simbiosis mutualisma yang terjadi. Ini merupakan pertanian yang ramah lingkungan dan mengorganisasikan seluruh potensi untuk dikembalikan ke alam, tidak menyisakan residu yang berarti. Masyarakat akan diuntungkan dengan sistem LEISA (low external input and sustainable agriculture) ini. Inilah saatnya untuk menggenjot produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan tidak menggantungkan diri pada import. Kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan harus terus menerus diupayakan agar negara betul-betul otonom terhadap semua kebutuhan rakyatnya. Negara maju yang disokong dengan kedaulatan pangan akan merupakan negara yang disegani. Gemah ripah loh jinawi, titi tentrem kerto raharjo. Subur makmur damai sejahtera dunia dan akheratnya.

Sunday, October 11, 2020

La Nina 2020

 Pertanyaan yang sampai sekarang menggelitik saya yang bergelut dengan meteorologi dan klimatologi sejak puluhan tahun yang lalu seperti yang pernah saya tulis dalam buku "Benarkah pemahaman anda tentang El Nino dan La Nina??" tahun 1998 adalah apakah yang bisa dilakukan ketika mendengar ada El Nino dan La Nina?? BANYAK! Setidak-tidaknya kita bisa berjaga-jaga atas segala kemungkinan yang terjadi terhadap bencana yang ditimbulkan akibat keduanya. Mengingat bahwa saat ini adalah saat terjadinya La Nina dimana bila anomali suhu permukaan laut di wilayah Nino 3.4 adalah kurang dari -0,5 terjadi selama 3 bulan berturut-turut. Lautan di wilayah Indonesia pada saat La Nina adalah relatif lebih hangat daripada biasanya, sedangkan di wilayah samudra Pasifik bagian tengah dan timur mendingin. Mekanisme terkait dengan La Nina ini telah secara gamblang disampaikan dalam buku di atas dan buku "Cuaca, musim dan iklim tropis" tulisan saya. 


Bencana yang mengiringi terjadinya La Nina adalah bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor,  puting beliung, dan banyak petir akibat banyak terbentuk perawanan besar yang berada di atas wilayah Indonesia. Bisa dipahami mengingat pola konvergensi angin yang membawa uap air dan penguapan yang besar dari perairan Indonesia yang hangat meningkatkan pembentukan awan hujan. Wajar bila bencana-bencana seperti telah tersebut di atas jumlahnya meningkat. Jadi, tidak perlu lagi dijelaskan bagaimana harus bersiap-siap menghadapi bencana-bencana tersebut to? Saya yakin masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan bila mendengar bahwa kemungkinan banjir, banjir bandang, puting beliun dan petir akan makin meningkat. Yang perlu disosialisasikan adalah bahwa bila mendengar tentang La Nina maka kemungkinan potensi bencana seperti tersebut di atas meningkat.

Di bidang pertanian, curah hujan yang meningkat bisa dimaknai dengan kalender tanam yang berubah atau penggunaan tanaman-tanaman tertentu yang lebih banyak membutuhkan air. Petani garam yang membuka ladang garam, siap-siap untuk sementara waktu tidak bisa melakukan panen garam. Nelayan perlu diingatkan bahwa angin tenggara sampai angin timur menguat mengingat pusat tekanan rendah di Pasifik tenggara menguat dan siap-siap melaut dengan cuaca yang hangat dan basah. Pembangunan infrastruktur juga akan mengalami masalah dengan adanya musim yang lebih basah daripada biasanya. Silahkan dirinci untuk setiap kementrian, apa saja yang mesti dilakukan dengan cuaca dan musim seperti itu.


Friday, September 25, 2020

Mari peduli lingkungan: banjir

 Beberapa hari terakhir banyak terjadi banjir baik di Sumatera maupun di Jawa. Sebut saja misalnya Aceh, Sumut, Sumbar, Jabar dan DKI Jakarta. Pola cuaca mendukung untuk itu apalagi didukung oleh IOD negatif dan La Nina. Kedua fenomena tersebut menunjukkan nilai negatif. Ini berarti peningkatan kebasahan di atmosfer Indonesia terjadi. Meskipun angin tenggara masih bertiup namun mengingat matahari sudah bergerak ke selatan ekuator maka demikian pula dengan perawanannya. Dengan demikian maka sebagian besar wilayah Indonesia akan segera mengalami musim hujan. Pola musim hujan ini akan makin kuat ketika angin pasat timur laut di utara khatulistiwa berkembang dan menjadi angin barat laut di wilayah Indonesia. Ketika angin ini steady/tunak/dominan maka Indonesia akan benar benar mengalami musim hujan dan wajib bagi kita untuk mempersiapkan diri akan kemungkinan datangnya bencana banjir. Mumpung masih ada waktu maka marilah berbenah diri, memfungsikan semua sarana dan prasarana yang ada untuk meminimalisasi kemungkinan banjir.




Monday, August 31, 2020

Pola harian dan musiman cuaca

Kalau melihat pola angin yg terjadi sampai hari ini maka tampaknya musim kemarau masih akan berlangsung sampai beberapa waktu mendatang. Hal ini terlihat dari pola angin tenggara pada hampir semua wilayah di tanah air. Pola ini menyebabkan peluang perawanan khususnya yg lebih dekat dengan benua Australia berkurang terbentuk.


Prakiraan pola hujan bulanan yang terjadi pada bulan September mendatang juga menunjukkan bahwa hujan terbentuk khususnya di daerah bertipe curah hujan monsoonal di utara ekuator, ekuatorial dan lokal. Sementara itu pola monsoonal di selatan ekuator cenderung kering. Tidak pelak lagi ini karena pada bulan September daerah ITCZ (inter tropical convergence zone) masih berada di utara ekuator. Lewat tanggal 23 September, matahari bergeser makin ke selatan ekuator sehingga wilayah monsoonal selatan ekuator makin berpeluang untuk terjadinya hujan. Apalagi ENSO juga menunjukkan pola normal sehingga aktivitas monsoonal ini tidak terganggu. 
Semoga manajemen air di musim kemarau ini makin profesional dan presisi sehingga ketersediaan air bagi masyarakat dengan segala aktivitasnya terpenuhi.


Tuesday, August 11, 2020

Embun upas di Dieng, Bromo dan Ijen

 Beberapa waktu ini, berita pariwisata khususnya dilengkapi dengan berita tentang cuaca berupa embun upas yang terjadi di beberapa pegunungan seperti Dieng di Jawa Tengah, gunung Bromo dan Ijen di Jawa Timur. Sesuatu hal yang menurut khalayak ramai menarik untuk disaksikan karena merupakan kejadian cuaca yang tidak biasanya terjadi. Peristiwa ini terjadi pada waktu-waktu tertentu dan langka. Oleh karena itulah maka menjadi obyek wisata yang dicari mengingat tidak setiap tempat di Indonesia bisa terjadi peristiwa itu. Fenomena yang biasa terjadi di lintang menengah atau tinggi yang biasa disebut sebagai embun beku ini di negara-negara tertentu bisa menyebabkan suatu bangunan sampai tertutup embun beku mengingat demikian tebalnya embun beku yang menerpa. 

(sumber: https://jateng.inews.id)

Di wilayah Indonesia, hanya tempat-tempat tertentu saja yang bisa mengalami embun beku. Ini khususnya untuk wilayah dengan ketinggian tertentu dan musimnya juga mendukung. Sejauh ini hanya wilayah di Jawa saja yang mengalaminya. Belum ada pemberitaan di wilayah-wilayah lain di tanah air di luar pulau Jawa yang menyeruak meskipun bisa terjadi bila prasyaratnya terpenuhi. Embun beku atau embun upas ini terbentuk ketika suhu tanah lebih hangat daripada udara di atas permukaan tanah yang mengalir. Pada saat bulan Juni-Juli-Agustus, massa udara dari Australia yang saat ini mengalami musim dingin mengalir di atas permukaan tanah. Massa udara dingin dari Australia tersebut akan terjenuhkan ketika melewati permukaan tanah yang lebih hangat yang berada di pegunungan. Pendinginan radiatif dan proses adveksi yang terjadi di gunung atau pegunungan ini menyebabkan embun beku (frost) terbentuk.


Friday, July 17, 2020

Banjir di Sulawesi, Kalimantan dan Papua

Meski sebenarnya sudah bisa diduga bahwa di banyak tempat di Indonesia masih ada yang mempunyai curah hujan cukup untuk menghasilkan banjir mengingat ada tiga pola curah hujan di tanah air, namun peristiwa banjir di Masamba Sulawesi ini memang tidak diduga sebelumnya. Curah hujan yang sedang hingga tinggi sebelum kejadian menyebabkan banjir bandang terjadi. Puluhan korban jiwa sampai hari ini dilaporkan, dan banyak kawasan mengalami kerusakan karena air bah yang membawa lumpur. Secara meteorologis bisa dijelaskan bahwa daerah tersebut mengalami pola curah hujan lokal karena juga ada perbukitan di sekitarnya. Pola curah hujan ini berkebalikan dengan pola monsoonal dimana justru pada bulan Juni Juli Agustus curah hujannya tinggi. Pembentukan perawanan cumulonimbus pada saat kejadian hujan sedang dan deras sebelumnya mempunyai pengaruh kuat pada pembentukan banjir bandang.
Warga melakukan pencarian klorban tertimbun lumpur akibat banjir bandang di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Selasa (14/07/2020)
sumber: Kompas, 14/7/2020
Di Sintang Kalimantan dan Sorong Papua juga terjadi banjir. Banjir yang mengakibatkan berbagai kerugian disebabkan oleh pola curah hujan ekuatorial dan lokal yang terjadi di tempat tersebut selain karena pengaruh wilayah yang sudah rusak ekologinya dan juga tanahnya sudah mengalami kejenuhan ketika banjir terjadi. Tanah yang jenuh ini diakibatkan oleh air hujan yang cukup untuk menjenuhkan tanah. Kemudian air tidak lagi dapat meresap ke dalam tanah dan akhirnya run off terjadi yang makin lama makin besar. Bila run off ini tidak tertampung di sungai atau badan-badan air maka bisa meluber dan menyebabkan banjir atau memperparah genangan. Oleh karena itu bila kita bicara masalah banjir maka kita bicara juga masalah lingkungan, selain faktor kebiasaan manusia, infrastruktur dan juga faktor meteorologi. Baca misalnya di sini dan di sini.

Wednesday, July 8, 2020

Kebakaran hutan dan lahan 2020

Kebakaran hutan merupakan salah satu bencana yang sering terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik alamiah maupun oleh sebab manusia. Kerentanan kebakaran hutan sebagian besar berkaitan dengan iklim (musim) dan karakter vegetasi. Kecenderungan kebakaran hutan juga ada yang menganggap bergantung pada faktor jenis vegetasi, kelembapan area, dan jaraknya terhadap pemukiman dan jalan. Dampak kebakaran tersebut dapat menyentuh sektor-sektor poleksosbudhankam. Dalam bidang politik bisa menyebabkan ketegangan antara masyarakat terdampak dengan pemerintah daerah dan pusat, bahkan dengan luar negeri. Dalam bidang ekonomi, jelas terlihat bahwa dengan adanya kabut asap maka aktivitas ekonomi menjadi terhambat. Dalam bidang sosial, mengingat bahwa kegiatan kemasyarakatan menjadi terhambat maka aktivitas-aktivitas lain menjadi terkendala. Kesehatan penduduk menurun akibat terlalu sering menghisap kabut asap, misal dengan meningkatnya pasien penyakit gangguan saluran pernapasan atas. Terganggunya emosi penduduk karena udara yang tidak nyaman dan sebagainya. Budaya masyarakat dalam banyak bentuk aktivitasnya terganggu dan pertahanan serta keamanan menjadi terdampak pula. Misalnya dengan adanya uluran tangan pemerintah asing, bukan tidak mungkin disisipi oleh misi-misi tertentu yang bisa membahayakan pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu, selama kita merasa mampu untuk mengantisipasinya, tidak perlu melibatkan pemerintah asing dalam menangani masalah tersebut.
Karhutla Jambi
Sumber: Liputan 6, 5/7/2020
Titik panas atau hotspot adalah istilah untuk titik atau area tertentu yang memiliki nilai temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan ambang batas. Nilai ambang batas untuk siang hari 315 K dan malam hari 310 K. Kelompok titik panas yang terus menerus di suatu tempat bisa menjadi indikator yang sangat baik untuk menentukan kebakaran sehingga sering juga dikenal dengan istilah titik api. Data titik panas akan memberikan informasi yang lebih baik bila dikombinasikan dengan informasi lain seperti penggunaan lahan, tutupan vegetasi, habitat binatang dan peta tematik lainnya.
Saat ini belum ada kabar adanya kebakaran hutan dan lahan yang hebat yang terjadi di wilayah-wilayah yang sering diberitakan selama ini. Ini mengindikasikan bahwa tampaknya usaha modifikasi cuaca yang beberapa waktu lalu dilaksanakan cukup berhasil. Tentu ini semua atas kerja keras yang dilakukan berbagai pihak dalam mengantisipasi karhutla. Kerjasama teknis yang melibatkan instansi yang bergerak di berbagai bidang baik saintifik, layanan masyarakat, hankam, dan masyarakat telah cukup berhasil sampai sejauh ini. Prediksi BMKG yang menunjukkan bahwa banyak wilayah mempunyai potensi kemarau yang bisa berdampak pada kejadian kebakaran hendaknya menjadi peringatan bagi semua pihak untuk menempuh hal-hal yang dianggap penting dan perlu.  

Musim kemarau saat ini

Sejak beberapa waktu ini umumnya Indonesia mengalami musim kemarau, suatu keadaan dimana hujan jarang terjadi dan kalaupun terjadi maka dalam 3 dasarian berturut-turut curah hujannya kurang dari 150 mm. Di wilayah-wilayah tertentu yang topografinya mempunyai pengaruh kuat maka dampak lokal tersebut bisa berwujud pada terbentuknya curah hujan lokal khususnya di bagian depan gunung (wind ward) sedangkan di wilayah belakang gunung (lee ward) tidak terbentuk hujan dan massa udaranya kering. Biasanya di saat musim kemarau seperti saat ini, sisi  Sumatra bagian barat lebih lembab dan berhujan dibanding bagian timurnya mengingat massa udara yang berasal dari Australia mempunyai arah angin barat daya sehingga pengaruh hujan orografis bisa terbentuk di sisi sebelah barat dari Pegunungan Bukit Barisan. Kalau melihat ramalan cuaca yang berlaku hari ini maka tampak bahwa angin tenggara begitu dominan sehingga sulit terbentuk hujan lokal di sisi barat Sumatra. Melihat pola-pola tekanan rendah yang terdapat di barat dan utara Kalimantan memungkinkan adanya cuaca buruk di wilayah-wilayah sekitarnya meskipun kalau dilihat pada jam 9 WIB
prakiraan tersebut kurang terdukung oleh fakta sebenarnya karena gradien tekanannya tidak begitu besar. Pembentukan perawanan pada hari ini justru terjadi di sebelah barat pulau Sumatera dan Jawa yang demikian masif dan berpeluang besar untuk terjadinya hujan di atas lautan. Bergesernya matahari meninggalkan titik balik di lintang utara namun masih berada di lintang utara menyebabkan perawanan juga tetap masih banyak yang berada di belahan bumi utara. Awan-awan rendah banyak terdapat di sebagian besar wilayah Indonesia meskipun ada sebagian Jawa sampai Nusa Tenggara yang bersih dari awan.
Peluang terjadinya curah hujan seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini juga memperlihatkan bahwa 
curah hujan kemungkinan besar terjadi di barat Lampung dan selat Karimata, sebagian perairan antara Sulawesi dan Maluku serta Utara Papua dengan peluang sebesar lebih dari 80%. Masih adanya awan yang berpotensi untuk diturunkan menjadi hujan memungkinkan proyek hujan buatan atau modifikasi cuaca masih berpeluang untuk diadakan meskipun harus diingat bahwa bila awan-awan potensial lebih banyak di atas daratan dan anginnya memungkinkan, maka peluang keberhasilannya akan jauh lebih besar. Semoga kesiapsiagaan instansi seperti TNI, Polri, KLHK, Depdagri, BMKG, dan BPPT dll tidak sia-sia. Syukur-syukur bahwa tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan serta kemarau terjadi "biasa-biasa saja" sehingga terjadi penghematan biaya yang cukup besar dan bisa dialokasikan untuk kegiatan lain. 

Friday, June 26, 2020

Longsor di Palopo Sulawesi Selatan

Kejadian longsor di Palopo yang menyebabkan terputusnya jalan Palopo - Toraja dan beberapa rumah terbawa longsor menjadi berita hangat hari ini. Dalam berbagai video amatir yang tersebar di media massa terlihat bagaimana longsor tersebut terjadi. Bukan hal aneh mengingat saat ini hujan masih terjadi yang menyebabkan pori-pori tanah terisi air dan ikatan antar struktur tanah menjadi relatif lemah sehingga mudah untuk longsor. Longsor terjadi di wilayah dengan kemiringan tertentu, semakin miring maka semakin mudah untuk terjadi longsor. Adanya tanaman pada suatu bukit memang akan mengurangi terjadinya longsor sampai kedalaman tertentu namun bila ikatan tanah yang lemah lebih dalam lagi maka tetap saja longsor bisa terjadi. Tanaman-tanaman berakar tunjang akan memungkinkan mengikat tanah dengan lebih baik dibanding tanaman berakar serabut. Pohon-pohon yang tinggi umumnya mempunyai perakaran tunjang untuk menancapkan bagian tubuh tanaman ke tanah.
Kalau melihat informasi dari BMKG yang diupdate tanggal 20 Juni 2020 yang lalu, sebagian wilayah Sulawesi Selatan masih banyak hujan. Hampir tiada hari tanpa hujan seperti yang terlihat pada peta di bawah ini yang ditunjukkan oleh noktah hijau.
Kalau dilihat dari distribusi perawanan yang terjadi pada beberapa hari ini memang tampak bahwa perawanan hujan masih banyak berada di Sulawesi, termasuk Sulawesi Selatan. Tidak mengherankan mengingat pola angin yang membawa uap air masih terdapat di wilayah Sulawesi Selatan. Matahari yang mulai meninggalkan 23,5o lintang utara menuju ke Selatan mempunyai pengaruh pada angin tenggara ini. Semoga kejadian longsor semacam ini tidak terjadi lagi di waktu mendatang. Yang penting juga agar jalan darat poros Palopo - Toraja bisa terhubung kembali sesegera mungkin.

Friday, June 12, 2020

Adaptasi kebiasaan baru ...

Di Indonesia, sudah 35 ribuan orang positif menderita Covid-19, 12 ribuan yang telah sembuh dan lebih dari 1900 orang yang meninggal dunia. Secara de facto, jumlah penderita Covid-19 sedunia sudah mencapai 7,5 juta jiwa, yang sembuh sebanyak 3,8 juta dan yang mati sebanyak 420 ribu jiwa per tanggal 11 Juni 2020. Amerika Serikat menempati urutan pertama, disusul oleh Brazil, Rusia, Inggris, Spanyol, India, Italia, Peru, Jerman dan Iran. Negara-negara yang disebut tersebut merupakan negara dengan pasien ratusan ribu sampai jutaan pasien pengidap Corona. Ini merupakan angka yang tidak main-main. Diprakirakan masih akan ada lagi lonjakan penderita covid jika kegiatan umat manusia masih seperti kemarin-kemarin. Indonesia telah memperkenalkan istilah adaptasi kebiasaan baru sebagai pengganti kata new normal yang sering digaungkan oleh WHO. Suatu kebiasaan dimana ketika beraktivitas maka seseorang harus memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan. Istilah ini sudah digaungkan secara lebih masif beberapa waktu terakhir ketika diperkirakan kondisi masyarakat sudah lebih baik dan angka penularan serta kematian menurun meskipun masih belum stabil mengingat melalui tes swab sebanyak 12 ribuan per hari terdapat sekitar seribuan yang telah positif corona per hari. Ini angka yang besar dan tidak bisa diremehkan. Sudah sewajarnya setiap warga negara Indonesia berupaya untuk memberikan kontribusi terbaiknya pada bangsa dengan disiplin melakukan anjuran pemerintah.
Kebiasaan disiplin, sehat dan produktif seharusnya menjadi panduan untuk makin menurunkan tingkat pandemi dan meningkatkan pencapaian tujuan pembangunan nasional di tengah pandemi. Semoga pandemi ini makin memacu kita semua untuk berbagi, bergotongroyong dan melaju bersama menggapai impian. 

Thursday, June 11, 2020

Masih adakah hujan di bulan Juni??

Untuk wilayah-wilayah tertentu di Indonesia, saat ini masih mengalami banyak hujan, sedangkan di wilayah lainnya sudah mengalami musim kemarau. Hujan masih terjadi di wilayah-wilayah yang bertipe curah hujan ekuatorial dan lokal dimana merupakan sebagian kecil dari wilayah Indonesia. Wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi bagian Utara dan tengah serta sebagian Papua masih mempunyai potensi untuk mengalami cukup hujan meskipun tidak melimpah. Tanah masih menyimpan air untuk digunakan dalam kegiatan pertanian dan kehutanan meskipun dalam jangka waktu lebih dari 60 hari bila hujan tidak turun bisa memicu adanya kekeringan. Adanya peluang ENSO netral dimana distribusi anomali suhu permukaan lautan Pasifik tropis 60% dalam kondisi biasa menyebabkan wilayah Indonesia mempunyai peluang mengalami musim kemarau yang biasa-biasa saja. Disampaikan oleh WMO bahwa peluang terjadinya El Nino sebesar 30%  dan La Nina sebesar 10%. Ini berarti peluang terjadinya kekeringan lebih besar dibanding dengan berlimpahnya curah hujan.
Ini belum termasuk memperhitungkan masalah osilasi yang bergerak dari Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik yang berpengaruh juga pada distribusi hujan di tanah air. Awan-awan jenis stratiform dan konvektif yang terbentuk akibat pengaruh osilasi antar musiman di wilayah daratan mempunyai kontribusi pada banyaknya curah hujan yang terjadi, meskipun pada saat ini khususnya di pulau Jawa peluang curah hujan ini berkurang. Pengaruh lokal paling mungkin terjadi di sekitar wilayah pegunungan yang mempunyai pengaruh pada terjadinya angin Foehn seperti terjadi di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Papua. Kondisi dari ketiga sel sirkulasi yang bekerja pada atmosfer di Indonesia menyebabkan pola musim pada bulan Juni ini demikian unik. Pandemi Covid-19 yang turut berpengaruh pada distribusi aerosol di atmosfer sebagai dampak dari menurunnya aktifitas manusia di dunia tampaknya juga membawa pengaruh pada cuaca dan musim. Selama jumlah aerosol di atmosfer berkurang maka pembentukan tetes hujan yang berpeluang menjadi butiran hujan juga berkurang. Kelihatannya tetes-tetes hujan lebih banyak terbentuk dari sumber lautan dibanding di daratan. Sehingga bila terjadi hujan maka hujannya pun cukup deras. Oleh karena itu, bila di beberapa tempat di tanah air masih mengandalkan sisa hujan di musim kemarau ini untuk menanam tanaman padi maka masih dikatakan wajar mengingat masih berpeluang untuk menanam tanaman yang cukup membutuhkan air meskipun saya sendiri ragu apakah tanaman misalnya padi akan tumbuh dengan cukup baik di wilayah bertipe curah hujan monsoonal bila tanpa dukungan irigasi. Bila menanam padi dengan sistem SRI (system of rice intensification) maka air irigasi masih bisa mendukung, namun bila pengairannya menggunakan sistem permukaan lainnya yang boros air maka bisa dibayangkan bahwa padi akan kekurangan air dan bulir padipun tidak akan mencapai ukuran maksimum dan hasil panen optimal.

Wednesday, May 20, 2020

Kebangkitan nasional ...

Setiap tanggal 20 Mei diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai hari kebangkitan nasional. Suatu moment penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia untuk meningkatkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul dan terpandang. Berbagai potensi bangsa ini terungkap tidak saja oleh para generasi tuanya yang produktif tetapi juga generasi mudanya. Generasi muda yang menjadi generasi yang modern, mandiri, dan setiap saat terpapar oleh kecanggihan teknologi. Bila generasi muda ini bisa ditingkatkan mutunya dengan terarah maka bukan tidak mungkin suatu saat yang merajai berbagai temuan teknologi terkini adalah generasi muda Indonesia. Kalau masalah kecanggihan otak, sudah bukan berita baru bahwa kejuaraan ini itu sudah menjadi langganan juara. Sains, teknologi, seni, olah raga, agama, sastra, dan lain-lain sudah banyak dirambah dan menjadi yang pertama di dunia. Ini seharusnya memicu para pelaksana di bidang pendidikan untuk terus menerus berusaha memberikan pengabdian dan sumbangsih terbaiknya bagi bangsa dan negara. Tidak hanya dalam dunia ajar mengajar, tetapi juga dalam dunia administrasi. Administrasi yang masih jadul dan sering ketinggalan jaman (negara lain sudah lebih efisien dan efektif seperti misalnya China, Korea Selatan, dan Jepang, Inggris, Jerman, Finlandia dan Perancis, Kanada, serta Amerika Serikat) serta tidak transparan menyebabkan upaya percepatan peningkatan kemampuan generasi muda menjadi terkendala. Transparansi anggaran negara yang digunakan untuk penerimaan dan operasional belanja negara masih dirumitkan oleh prosedur yang dibuat remang-remang sehingga rawan untuk diselewengkan. Efisiensi, ramping organisasi dan padat fungsi masih menjadi kendala yang harus secara bertahap dan cepat dijalankan. Bukan hal yang mustahil bila masalah administrasi bisa diberesi dan selaras dengan tujuan pembangunan nasional maka Indonesia menjadi negara maju dan adidaya lebih cepat dari yang diprediksi banyak pihak dari dalam dan luar negeri.
Sinergisitas antar generasi akan meningkatkan percepatan pembangunan. Keunggulan komparatif kita sudah miliki jauh lebih banyak daripada negara lain. Keunggulan kompetitiflah yang harus terus menerus kita kejar. Daya saing kita harus lebih besar. Wilayah kerjasama negara-negara ASEAN, Lingkar Asia Pasifik, Lingkar Samudra Hindia, G-20, dan Perserikatan Bangsa Bangsa harus dimaknai sebagai upaya kita untuk membesarkan pengaruh Indonesia di kancah dunia. Dengan leadership yang kuat maka pastilah Indonesia akan jaya selamanya.

Monday, May 18, 2020

Badai panas ekuinoks

Istilah badai panas saja sudah tidak benar untuk istilah meteorologi, apalagi bila ditambahi kata ekuinoks. Tidak ada istilah badai panas, yang ada adalah gelombang panas. Gelombang panas ini biasanya terbentuk sebagai efek Foehn dari suatu halangan tertentu misalnya pegunungan atau adanya aliran masa panas yang tidak biasanya terjadi dari daerah padang pasir. Badai biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya perawanan besar dan tinggi yang disertai petir, guruh atau kilat sehingga disebut sebagai badai petir, badai guruh atau thunderstorm. Badai tropis merujuk pada kondisi satu tahap sebelum terbentuknya siklon tropis dan satu tahap setelah depresi tropis. Sedangkan ekuinoks menyatakan kondisi dimana matahari berada seolah-olah di atas ekuator atau khatulistiwa atau berada di lintang nol derajat. Ini menyebabkan belahan bumi utara dan bumi selatan mempunyai radiasi matahari yang sama. Hal ini terjadi pada tanggal 21 Maret dan 23 September setiap tahunnya. Meskipun ini tidak berarti bahwa ekuinoks menjamin kondisi cuaca dan musim di kedua belahan bumi sama. Ini mengingat beberapa hal, misalnya distribusi daratan dan lautan yang tidak sama, adanya efek delay/keterlambatan respon panas media di bawahnya, kapasitas panas yang tidak sama dan sebagainya.
Peristiwa ekuinoks merupakan hal yang biasa saja terjadi setiap tahun. Tidak ada hal aneh dari peristiwa tersebut kecuali ketika matahari berada pada fase aktif sehingga hot spot yang melontarkan semburah panas matahari ke angkasa luar terasakan sampai ke bumi. Jadi sekali lagi istilah badai panas ekuinoks tersebut tidak benar dan tidak perlu dibahas lagi mengingat kelihatannya setiap tahunnya diulang-ulang.  

Wednesday, May 13, 2020

Lagi tentang Covid-19

Banyak yang berubah sejak virus corona menjadi pandemi global. Banyak sendi-sendi kehidupan menjadi bergeser atau berubah sama sekali yang menyebabkan berbagai macam shock pada masyarakat. Masyarakat kita belum terbiasa dengan situasi dimana manusia sebagai makhluk sosial dibatasi ruang geraknya. Di banyak negara, situasi sudah seperti berada pada ruang tahanan kota dimana pergerakan manusia sangat terbatas dan sunyi sepi, apalagi bila sudah menerapkan cara lockdown. Di Indonesia sudah 10 ribuan yang terpapar positif virus corona yang tersebar terutama di pulau Jawa yang memang paling padat penduduknya dibanding pulau-pulau lainnya. Sekitar seribuan sudah meninggal dunia dan lebih dari tiga kali lipatnya sudah sembuh. Segala macam usaha telah dilakukan. Di bidang ekonomi sejumlah kebijakan telah diambil agar kegiatan ekonomi masyarakat tidak terlalu terpengaruh pada pandemi. Dalam bidang pendidikan, berbagai aksi telah dilakukan dengan lebih mengedepankan belajar mengajar dengan sistem online. Berbagai kendala telah dan sedang dihadapi mengingat ada wilayah tertentu di tanah air yang belum teraliri listrik dan jaringan internet. Bahkan ada kabar duka, ketika seorang mahasiswa meninggal karena jatuh dari atap masjid saat ia mencari sinyal internet untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Ada pula yang harus berjalan cukup jauh beberapa kilometer untuk mencari sinyal internet. Banyak wilayah masih mempunyai blankspot sehingga tidak bisa mengakses internet dengan baik. Ada juga seorang pengajar sekolah dasar guna memenuhi target silabus mata pelajarannya, ia berkunjung dari rumah ke rumah anak didiknya karena orang tua anak didiknya tidak mampu membeli handphone. Masih banyak kendala untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar online tersebut. Banyak yang masih gagap akan kebiasaan yang dipaksakan tersebut.
Banyak pertemuan, rapat, seminar dan sebagainya menggantungkan pada aplikasi tertentu misalnya zoom, yang sangat populer saat ini mengalahkan aplikasi lainnya. Media sosial lainnya juga sangat membantu mengatasi berbagai perubahan budaya tersebut.
Dalam bidang kesehatan juga terjadi perkembangan berarti misalnya pada pembuatan alat pelindung kesehatan, ventilator dan berbagai sarana prasarana lainnya. Salah satu versi ventilator saat ini telah melewati uji klinis dan segera memasuki produksi massal. Berita menggembirakan ini tentu juga akan memicu perkembangan lain di bidang farmasi obat-obatan yang selama ini lebih banyak import dibanding memproduksi sendiri padahal ketersediaan bahan baku obat sangat melimpah di Indonesia. Obat-obatan herbal juga berkembang pesat dan menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi berbagai penyakit yang dialami masyarakat saat ini. Merombak budaya importir menjadi produsen dan eksportir memang tidak mudah. Butuh tekad kuat dari semua pihak untuk bisa mandiri. Tata niaga obat-obatan dan produk farmasi yang lain juga mesti harus diatur ulang agar tidak terjadi kartel yang sangat merugikan masyarakat. Upaya ini harus dilakukan dari dalam dan dari luar sistem tersebut. Selama masih ada pihak-pihak yang bersikap seperti lintah darah maka masih tidak mudah untuk dibenahi. Sekali lagi perlu perombakan total namun dengan sangat hati-hati mengingat obat bagi orang yang sakit sudah seperti makanan sehari-hari.
Dalam usaha menggerakkan ekonomi pula maka khususnya usaha mikro, kecil dan menengah mendapatkan perhatian khusus. Berbagai skema juga telah dilakukan untuk mengurangi dampak covid ini. Sektor pekerja juga telah mendapatkan perhatian khusus melalui program kartu prakerja. Berbagai pihak disasar oleh kartu ini khususnya yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat perusahaannya mengalami kemunduran produksi dan sebagainya. Meski mengalami silang sengketa terhadap niat mulia penerapan pelatihan pra kerja namun program ini tetap jalan terus. Diharapkan tercipta wirausahawan baru yang turut menggerakkan ekonomi masyarakat kelas bawah. Tapi harus dicatat bahwa sebenarnya anggaran pelatihan masih bisa sangat diefisienkan. Bukan tidak mungkin suatu saat materi pelatihan online tersebut akan dibuka untuk publik, tidak hanya yang mendapatkan kartu prakerja saja.
Persaudaraan antar sesama umat manusia juga makin meningkat seiring dengan kondisi senasib sesama anak bangsa. Sebagian orang yang mampu menyediakan kebutuhan pangan bagi warga yang tidak mampu. Kesenjangan sosial yang selama ini menggurita di masyarakat sedikit terbantu dengan kesadaran akan amanat penderitaan rakyat. Berbagai skema bantuan dari pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten dll juga telah digelorakan dan yang masih menjadi masalah adalah data real time. Ini menyisakan pekerjaan rumah yang tidak pernah habis.
Semoga saja pandemi ini segera berlalu dan Indonesia kembali melesat pembangunannya mengejar ketertinggalan dari negara maju. Dalam situasi serba kepepet biasanya bangsa Indonesia lebih kreatif dan inovatif serta menginspirasi. Alam tropis yang demikian nikmat dan indahnya sering meninabobokkan kita sehingga lamban dalam mengejar cita-cita bangsa yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Justru seharusnya dengan kenikmatan alam yang kita peroleh sepanjang waktu ini lebih memacu untuk bergerak membangun karena kendala alam berkurang.

Thursday, May 7, 2020

Mengapa di bulan Mei masih "sering" hujan?

Saat ini masih banyak hujan di banyak tempat di tanah air padahal angin tenggara sudah lebih dominan dibanding angin timur laut. Ini seharusnya berarti bahwa wilayah Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh benua Australia daripada benua Asia. Saat ini di wilayah Utara katulistiwa juga tersebar pusat tekanan rendah, namun beberapa tekanan rendah kadang dijumpai di sebelah Selatan katulistiwa. Peristiwa ini menarik mengingat seharusnya pada saat ini Indonesia sudah mulai menginjak musim kemarau dan makin sedikit curah hujan yang terjadi. Coba kita lihat kondisi peluang hujan yang terjadi hari ini dimana digambarkan pada citra satelit Himawari 8 berikut ini.
Terlihat dengan jelas peluang curah hujan yang terjadi di wilayah barat pulau Sumatera dan sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Papua. Awan-awan rendah dan menengah juga cukup tebal tersebar di berbagai wilayah tanah air. Pusat tekanan rendah masif terlihat di barat daya Jakarta.
Memang sekali lagi agak aneh kondisi beberapa waktu terakhir ini, apakah ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh pandemi Corona? Mungkin iya. Iklim, musim, cuaca sangat dipengaruhi oleh aktifitas alam dan manusia. Saat ini relatif jauh berkurang pengaruh aktivitas manusia akibat pandemi Corona ini. Bumi sedang berusaha mereset kembali kondisi alamnya. Pada saat kondisi normal dimana aktivitas manusia begitu banyak dan beragam serta mengeluarkan banyak polusi pada bumi serta turut mempengaruhi sebaran titik-titik panas di bumi menyebabkan bumi mengalami kondisi seperti tergambar dalam seratus tahun terakhir ini. Bumi yang demikian dinamis dan terjadi peningkatan aerosol akan memberi peluang pada terciptanya curah hujan sehingga tidak jarang terjadi cuaca ekstrim.
Kembali ke wilayah Indonesia. Rupa-rupanya pada saat ini uap air yang terbawa oleh angin tenggara dari wilayah Australia cukup banyak dan aktivitas tekanan rendah yang terjadi di barat daya Lampung membawa pengaruh pada peningkatan peluang terjadinya hujan akibat awan-awan konvergensi yang terjadi. Aktivitas matahari yang relatif normal menyebabkan penguapan yang memicu adanya awan-awan konvektif juga banyak terjadi. Wilayah Nusa Tenggara yang masih terkadang hujan bisa diduga bahwa masih memungkinkan di beberapa wilayah di pulau Jawa mengalami hujan. Semoga sisa-sisa hujan yang terjadi pada musim pancaroba pertama ini masih bisa membawa berkah dan tidak menimbulkan bencana alam.

Friday, May 1, 2020

May Day ...Peringatan hari buruh internasional online

Hari buruh internasional atau May Day selalu diperingati oleh seluruh buruh di dunia ini dengan gegap gempita. Biasanya untuk menarik perhatian maka para buruh melakukan aksi mogok kerja, melakukan demonstrasi besar-besaran dan sebagainya. Namun kali ini buruh sedunia melakukan aksinya dengan lebih simpatik karena menggunakan media sosial dalam menyampaikan aspirasinya. Aspirasi yang selalu diulang setiap tahun dimana selalu berisi tuntutan untuk peningkatan kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Di tengah pandemi Corona ini memang cara penyampaian yang lain ini patut diberikan apresiasi karena tidak mengganggu banyak pihak. Tiga tuntutan yakni penundaan pembahasan Omnibus Law, menolak pemutusan hubungan kerja dan menuntut tunjangan hari raya penuh ini dalam batas wajar-wajar saja meskipun mereka juga belum mendengarkan keluhan para pengusaha yang usahanya menjadi sangat terdampak oleh pandemi ini. Pengusaha dihadapkan pada situasi dimana tidak ada produksi sehingga tidak bisa menghasilkan pemasukan bagi perusahaan sedangkan tuntutan untuk membayar gaji karyawan dan tunjangan terus menerus dihadapi. Situasi semacam ini tentu saja sangat tidak mengenakkan bagi para pengusaha. Gerusan pada aset perusahaan bisa jadi menguat seiring makin lamanya situasi pandemi corona ini bila tidak segera berakhir. Dilematis memang. Pengusaha yang baik tentu selalu berpikir bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan karyawannya dan perusahaannya makin maju. Itu selalu merupakan impian juga bagi karyawannya. Tidak ada PHK, tidak ada pemotongan gaji, THR jalan terus, kesejahteraan meningkat dimana itu semua tidak jauh-jauh urusannya dengan kesejahteraan hidup karyawan/buruh. Semoga ada titik temu antara masyarakat buruh dengan pengusaha yang dimediasi oleh pemerintah sebagai regulator. Saatnya juga bagi Dewan Perwakilan Rakyat untuk memperjuangkan dengan gigih masyarakat yang diwakilinya (baca: tingkat kesejahteraannya) agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia benar-benar bisa dirasakan.  

Bencana alam ...

Ada bencana alam yg dicirikan misalnya tidak diketahui datangnya (sulit diprediksi), datang secara tiba tiba, menimbulkan kerugian materi dan non materi dll dan bencana non alam seperti misalnya covid-19 seperti sekarang ini. Video di atas adalah pengantar pada materi perkuliahan atau pelatihan bencana alam. Yang berminat silahkan kontak sekarang juga ke: wiratmo@itb.ac.id. 

Saturday, April 4, 2020

Corona dipengaruhi musim?? ...

Sudah sejak beberapa waktu ini, Corona sudah menjadi pandemi global. Corona yang oleh AS dinamai sebagai virus China yang menyebabkan China marah ini membawa dampak yang luar biasa pada manusia karena menyebabkan seseorang meninggal dengan cepat bila tidak segera ditangani. Ribuan orang telah meninggal dunia dan ratusan ribu orang sudah terpapar oleh virus ini. Yang menarik adalah bahwa virus ini banyak menyerang wilayah yang kemarin mengalami musim dingin, yakni Desember-Januari-Februari di belahan bumi utara. Sedangkan yang saat kemarin mengalami musim panas seperti Australia hanya sedikit korban yang dilaporkan. Ini menarik mengingat apakah itu berarti bahwa musim juga berpengaruh pada penyebaran virus ini? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Dilaporkan sudah 202 negara terpapar virus ini. Terlepas dari benar salahnya hal tersebut, ada baiknya untuk mengingat bahwa peredaran matahari setiap tahunnya adalah sebagai berikut. Pada 21 Maret dan 23 September matahari terletak di ekuator, sedangkan pada 23,5o lintang utara pada 21/22 Juni dan pada 22 Desember matahari berada di 23,5o lintang selatan. Dengan gerak semu semacam ini maka saat bulan DJF, MAM, JJA, SON di belahan bumi utara mengalami musim dingin, semi, panas, dan gugur sedangkan di belahan bumi selatan mengalami musim panas, semi, gugur dan dingin. Selengkapnya tentang hal ini bisa disimak pada video berikut ini:
Pembentukan musim dan lama waktu penyinaran terlihat dengan jelas pada penjelasan tersebut. Dengan demikian waktu dan sudut datang sinar matahari pada setiap lintang mempunyai panjang dan besar yang berbeda kecuali pada saat ekuinoks. Pada saat ekuinoks, semua lintang mempunyai waktu siang hari yang sama yakni 12 jam. Setiap harinya matahari mencapai puncak intensitas maksimum pada jam 9 am sampai dengan 3 pm, oleh karena itu di wilayah tropis khususnya tidak dianjurkan untuk berjemur sinar matahari di antara jam-jam tersebut. Pada saat tersebut radiasi gelombang pendek ultraviolet mengalami penguatan. Ultraviolet merupakan radiasi matahari yang mempunyai panjang gelombang kurang dari 400 nm dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian pada makhluk hidup. Matahari lebih banyak memancarkan sinar matahari pada panjang gelombang cahaya tampak yakni berupa warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sedangkan pada panjang gelombang lebih dari 700 nm terdapat gelombang panjang infra merah, gelombang mikro dan gelombang radio. Sifat dari gelombang panjang adalah daya tembus terhadap suatu permukaan kecil, sifat yang berbeda dengan gelombang pendek. Kalau di atmosfer gelombang panjang ini banyak diserap oleh gas rumah kaca dan diubah menjadi panas serta dipantulkan ke permukaan bumi kembali dan memicu terjadinya pemanasan global.
Kembali ke pembahasan di atas. Gelombang ultraviolet banyak diserap oleh lapisan ozon pada ketinggian lapisan stratosfer dan sedikit sekali yang mencapai permukaan bumi. Dengan sifatnya yang bisa mematikan jasad renik, maka sebenarnya ia pun  bisa berkontribusi langsung pada virus Corona.  Radiasi matahari pagi sangat baik dalam meningkatkan vitamin D dan menguatkan tulang. Tentu dengan tambahan vitamin dari radiasi matahari ini maka imunitas tubuh menjadi meningkat dan bisa mengurangi kemungkinan untuk terserang covid-19. Olah raga teratur, suasana hati yang gembira, makan makanan dengan gizi seimbang, minum air bening dan istirahat yang cukup, serta tetap produktif ... maka imunitas tubuh akan terjaga dengan baik. Ikhtiar dan doa sudah dan sedang serta akan terus dilakukan, selanjutnya hanya kepada Allah swt saja kita berserah diri dan memohon pertolongan.

Thursday, March 26, 2020

ITCZ masih di selatan ...



ITCZ atau intertropical convergence zone adalah daerah pertemuan antara angin pasat yang umumnya banyak perawanan di sana karena konvergensi ini membawa banyak uap air. Biasanya awan-awan yang terbentuk adalah awan-awan konvergensi yang sering bercampur dengan awan-awan konvektif yang mempunyai potensi pada terbentuknya curah hujan. Seperti terlihat pada gambar ramalan cuaca di samping maka kemungkinan besar bahwa awan-awan yang terbentuk adalah berada di sepanjang Jawa sampai Nusa Tenggara demikian pula di Sumatera dan sekitar kepala burung Papua. Saat ini matahari baru saja meninggalkan wilayah ekuator dan bergerak ke belahan bumi Utara. Ini berarti bahwa ITCZ juga bergerak ke Utara. Hal ini dikuatkan dengan adanya angin yang masih membawa uap air yang banyak di hampir seluruh wilayah Indonesia. Angin pasat timur laut masih mendesak ke selatan katulistiwa yang berarti bahwa pengaruh dari Samudra Pasifik dan benua Asia yang masih dingin masih kuat. Kalau melihat distribusi uap air seperti terlihat di bawah maka tampak bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi hujan besar terjadi, misal di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung, Banten, DKI Jaya, Jabar, sebagian Jawa Tengah, Bali, sebagian Kalimantan, dan

sebagian Papua. Awan-awan yang tidak terlalu tebal banyak bertebaran di pulau-pulau di seluruh Indonesia. Oleh karena itu kemungkinan banjir di tengah pandemi Corona ini masih mungkin terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Semoga saja dampak positifnya bagi pengurangan pandemi Covid-19 ini bisa nyata terlihat dengan tersapunya virus bersama air khususnya untuk yang ada di luar ruangan, meski faktanya masih harus diteliti lebih lanjut.

Wednesday, March 18, 2020

Persiapan mengatasi karhutla ...

Minggu lalu diadakan acara persiapan mengatasi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau yang diadakan oleh pihak-pihak BPPT, BMKG, BNPB, Polri dan TNI. Seperti kita ketahui bersama, tahun lalu masih terjadi kebakaran hutan dan lahan yang sangat luas meskipun lebih sedikit luasnya dibanding beberapa tahun yang lalu. Kesiapsiagaan instansi terkait ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Sampai saat ini hutan dan lahan yang terbakar belum pulih seperti sediakala mengingat luasnya hutan dan lahan yang terbakar waktu itu.  Seperti diketahui ratusan ribu hektar hutan dan lahan terbakar tahun lalu sedangkan tahun 2015 karhutla lebih besar lagi, jutaan hektar. Prestasi penurunan karhutla patut diapresiasi meskipun mengingat kelengahan kita dengan adanya masa masa kampanye pilpres yang menyedot banyak perhatian menyebabkan karhutla masih terjadi waktu itu.
Semoga dengan kejadian tersebut kita bisa menarik pelajaran berharga dan tahun ini dengan kesigapan semua pihak maka karhutla bisa dicegah.

Tuesday, March 17, 2020

Masihkah musim hujan?


Merujuk pada gambar yang disajikan oleh BMKG prakiraan curah hujan dasarian ke-3 wilayah Indonesia menunjukkan bahwa sudah mulai banyak wilayah Indonesia mengalami curah hujan menengah dan rendah. Hanya sebagian kecil yang masih mempunyai curah hujan yang tinggi seperti yang terjadi di tengah pulau Papua di sekitar pegunungan Jaya Wijaya.
Bila kita membagi kategori berdasarkan Oldeman maka dikatakan bulan basah bila curah hujannya adalah lebih dari 200 mm, bulan kering adalah kurang dari 100 mm dan bulan lembab adalah bulan dimana curah hujannya antara 100 dan 200 mm. Oldeman ini digunakan untuk patokan dalam menanam padi dan palawija dimana dihitung curah hujan bulanan rata-rata berturut-turut. Kita mengetahui bahwa dalam satu bulan terdiri dari 3 dasarian yakni dasarian pertama dari kalender  tanggal 1 sampai 10, dasarian kedua dari tanggal 11-20 dan dasarian ketiga dari 21 sampai dengan akhir bulan. Dengan demikian bila kita pukul rata satu bulan terdapat 100 dan 200 mm maka dalam satu dasarian kira-kira terdapat 33 mm dan 69 mm curah hujan. Berpatokan dengan hal ini maka bila curah hujan dalam dasarian tersebut adalah kurang dari 33 mm maka dikatakan dasarian kering dan bila curah hujan lebih dari 69 mm maka dikatakan sebagai dasarian basah.  Dengan pembagian semacam itu maka prakiraan dasarian ketiga bulan Maret 2020 versi BMKG dapat diinterpretasikan bahwa masih banyak wilayah Indonesia yang mempunyai dasarian basah dan lembab serta ada sebagian yang sudah kering. Warna-warni yang dikategorikan di atas masuk dasarian dengan curah hujan menengah merupakan dasarian basah sedangkan yang masuk kategori hujan tinggi merupakan dasarian sangat basah.
Bila dilihat pola angin yang diprakirakan untuk hari ini maka tampak bahwa angin di belahan bumi utara sekitar ekuator masih merupakan angin timur laut demikian pula di sebagian pulau yang berada di selatan ekuator. Semakin banyak arah angin tenggara di ekuator seperti yang terjadi di selatan pulau Jawa dan Sumatera pada ketinggian 850 mbar dari citra satelit Himawari 8 IR + GSM. Oleh karena itu sebenarnya sebagian wilayah sedang mulai mengalami musim pancaroba pertama khususnya yang bertipe curah hujan monsoon meskipun diprakirakan masih basah seperti yang diuraikan di atas. 

Sunday, February 2, 2020

Memang lagi waktunya ...

Saat ini banyak kota yang mengalami banjir ataupun genangan. Berbagai sebab memungkinkan hal tersebut terjadi. Saluran drainase yang tersumbat, sungai yang mengalami pendangkalan, perbukitan yang rusak akibat perambahan hutan atau untuk tujuan pertanian, pemukiman, dll. Selain itu tentu saja yang paling utama adalah curah hujan yang tinggi yang datang dalam waktu cukup lama atau curah hujan deras dalam waktu singkat sehingga menyebabkan air tidak dapat tertampung di saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Kalau kita tengok ramalan cuaca yang dilakukan BMKG dan hasil observasi mendekati real time, terlihat bahwa saat ini memang sedang saatnya musim hujan. Musim hujan juga bukan berarti selalu setiap hari hujan, namun bila dalam kurun waktu tertentu mempunyai curah hujan tertentu.
Pusat-pusat tekanan rendah dan area konvergensi banyak terjadi di wilayah Indonesia dan sekitarnya. Ini makin memperkuat adanya pembentukan awan-awan konvektif dan konvergensi di wilayah kita. Hal ini dikuatkan oleh keberadaan awan-awan tebal yang banyak mengandung uap air seperti terlihat pada gambar berikut yang diambil tanggal 2 Pebruari 2020 jam 10 UTC:
Di sebagian Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara tertutup oleh awan potensial. Jadi bila hari ini terjadi banjir lagi di beberapa wilayah di tanah merupakan hal yang wajar, bila hujan yang jatuh tidak mampu tertampung oleh saluran drainase. Upaya mitigasi dan adaptasi sudah harus disiapkan sesegera mungkin karena musim hujan masih akan berlangsung sampai Maret nanti. Ini kalau kita lihat iklimnya lho ya, meskipun tergantung pada wilayahnya apakah curah hujannya mengikuti pola monsoonal, ekuatorial atau lokal. Program-program jangka pendek, menengah dan panjang sudah selayaknya untuk dipersiapkan dan dilaksanakan. Semoga dengan manajemen air yang lebih baik maka di musim hujan kita tidak kebanjiran dan di musim kemarau tidak kekurangan air atau bahkan kekeringan.

Thursday, January 30, 2020

Membangun rumah Indonesia sehat dan Corona

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat. Siapa sangka dalam kurun waktu beberapa tahun saja suatu profesi menjadi terangkat dan banyak menjadi pilihan pekerjaan utama, semisal menjadi influencer, motivator atau jualan online. Siapa sangka gadget berkembang dengan sangat pesat dimana banyak menu di dalamnya yang bisa mengusik ketentraman seseorang karena mampu memindai telepon genggam orang lain. Siapa sangka orang dengan cepat berubah dari budaya baca menjadi budaya audio visual. Banyak koran-koran yang tadinya beroplah banyak tetapi kemudian bergeser menjadi berita online. Orang juga lebih suka membaca media sosial karena merupakan hal yang sangat mengasyikkan. Media sosial begitu ramai dan gegap gempita oleh berbagai uneg-uneg atau berita yang suka-suka orang mengirimnya. Kelompok-kelompok kerohanian, warga suatu kompleks, teman-teman masa kecil sampai dewasa, kelompok kegemaran yang sama, dan sebagainya berseliweran di dunia maya. Berbagai jenis media sosial juga berkembang dengan sangat ramainya. Suatu grup bisa mempunyai ratusan ribu bahkan jutaan penggemar. Semua teknologi yang ada saat ini memungkinkan hal itu terjadi.
Ramainya dunia media sosial dan makin bebasnya orang berekspresi di ruang publik menyebabkan tatanan suatu negara bisa berubah cepat. Warga negara suatu bangsa sudah seperti warga dunia yang tidak ada batasan negara. Dunia dapat dengan cepat berubah dari kondisi satu menjadi kondisi yang lain. Dunia yang tadinya aman tentram dan seolah terisolasi antara satu dengan yang lain menjadi demikian liar dan seolah tanpa aturan. Dari perspektif kedaulatan negara, ini merupakan hal yang cukup berisiko. Kebobolan keamanan negara bisa dikendalikan dari beberapa titik tertentu di bumi yang mempunyai sumber daya unggul dan berteknologi tinggi. Pergerakan manusia yang demikian bebas bisa pula mengancam pada kesehatan masyarakat, seperti issue virus Corona saat ini. Virus yang menular dengan sangat cepat ini menggoncangkan dunia karena ditularkan lewat orang per orang, bukan lagi dari hewan ke manusia. Bahkan Wuhan dan beberapa kota di sekitarnya di China sudah diisolasi agar penyebaran virus yang diduga berasal dari wilayah ini tidak sampai menyebar makin luas dan makin cepat. Di beberapa negara juga sudah tertular virus ini. Banyak negara yang kemudian memulangkan para wisatawan China atau mengkarantina orang-orang China yang datang ke suatu negara untuk jangka waktu tertentu untuk memastikan bahwa dia tidak terdampak virus tersebut. Sampai hari kemarin diberitakan ada 131 orang yang sudah meninggal dan ribuan yang tertular di China khususnya. Ada sementara kota yang sudah seperti kota mati karena wabah tersebut yang sangat menakutkan. Aktivitas penduduk bahkan untuk berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-haripun sudah cukup sulit mengingat tidak setiap saat toko buka. Sampai sekarang belum ada obat yang ditemukan untuk menangani penyakit ini. Semoga penyebaran virus Corona dan berbagai virus berbahaya lainnya tidak melalui udara atau dipengaruhi cuaca dan musim. Rumah sakit khusus yang dibangun di China ditargetkan selesai dalam waktu 10 hari, suatu pekerjaan infrastruktur yang luar biasa cepatnya. Teknologi ini seandainya bisa juga diterapkan untuk membangun infrastruktur di Indonesia akan merupakan kemajuan pesat dan mempercepat proses pensejajaran negara kita dengan negara maju. Ini mengingat kita masih kalah atau tertinggal beberapa waktu dalam masalah infrastruktur yang memang nyata-nyata dibutuhkan oleh negara kita yang berwujud kepulauan.
Pembangunan infrastruktur banjir juga bisa dikebut dan bencana banjir bisa diminimalisasi dengan adanya percepatan konstruksi. Pembangunan rumah Indonesia sehat baik fisik maupun non fisik bisa cepat tercapai melalui berbagai percepatan bila sumber daya manusia unggul dan sehat. Kesehatan merupakan barang yang mahal, oleh karena itu investasi dalam bidang kesehatan juga penting untuk diprioritaskan. Para petugas kesehatan juga tidak menjadikan pekerjaannya sebagai ladang pengerukan kekayaan dari banyak orang yang menderita karena sakit. cmiiw. Ketahanan tubuh akan berfungsi dengan baik bila cukup makanan bergizi, minum air bening dan vitamin, cukup istirahat, dan olah raga yang teratur. Boleh dikatakan bila fisik ini sudah terjaga maka 50% penyakit akan menjauh. Selebihnya adalah masalah psikologis atau mindset yang terorganisasi dengan baik. Psikologis, keamanan fisik, sandang, pangan, papan, manajemen, informasi, aktualisasi diri yang baik yang berujung pada keikhlasan diri akan menjadikan Indonesia ini sehat lahir batin, bahagia di dunia dan akherat. In sya allah. Aamiin.

Friday, January 17, 2020

Berbagai sudut pandang generasi muda tentang banjir

Banjir telah terjadi di banyak wilayah di tanah air. Tidak jarang kepala daerah bahkan presiden sekalipun dibully oleh sebagian masyarakat. Terdapat pro dan kontra yang berkembang di masyarakat, sebagian menyalahkan dan sebagian membela pihak-pihak tertentu, sesuatu yang biasa dalam negara kita yang demikian majemuk. Namun demikian tidak sedikit yang urun rembug bagaimana mengatasi masalah yang selalu berulang ini. Setiap kali musim hujan dipastikan di berbagai tempat di tanah air menjadi langganan banjir. Berikut ini beberapa sumbangsih pemikiran khususnya dari generasi muda kita yang menarik untuk diperhitungkan dalam membuat kebijakan.
Penanaman vegetasi di sepanjang bantaran sungai akan memperkuat tanah dan mengurangi laju erosi sehingga tidak terjadi pendangkalan sungai patut untuk diperhitungkan. Daerah-daerah aliran sungai dihijaukan demikian pula dengan wilayah sekitar muara sungai yang berbatasan dengan laut menggunakan tanaman bakau. Daerah banjir dan genangan yang meningkat akibat rob bisa dikurangi dampaknya dengan cara ini, selain pembangunan infrastruktur yang sudah seringkali dianggap menjadi cara utama mengatasi banjir. Pada prinsipnya sebenarnya adalah bagaimana caranya agar air yang masuk ke dalam saluran drainase dan sungai tidak sampai meluap. Memperbesar daya tampung saluran drainase dan sungai merupakan salah satu cara utama mengurangi luapan air. Hujan yang jatuh pada suatu permukaan pada suatu wilayah tertentu bisa dihitung berapa volumenya demikian pula dengan daya tampung sungai.85% banjir diakibatkan oleh curah hujan (Ann HS dan PJ Robinson, 1986), oleh karenanya jika kita mengetahui dengan betul bagaimana prinsip siklus hidrologi maka akan banyak mengurangi potensi banjir. Imbas tentang hal tersebut adalah bagaimana menata ruang dan waktu agar terhindar banjir dan genangan.
Sebenarnya banyak kontribusi dari riset-riset yang terkait dengan berbagai bidang termasuk meteorologi, klimatologi dan hidrologi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan mitigasi dan adaptasi terhadap banjir. Masalahnya kita mau atau tidak untuk memanfaatkan hasil riset.
Contoh yang lain terkait dengan peraturan daerah (perda). Peraturan daerah yang mengatur tata ruang dan peruntukannya sering menjadi masalah karena berbagai kepentingan, siapa yang kuat modalnya dan pengaruhnya maka dia lah yang menguasai perda. Agar berbagai kepentingan tidak tumpang tindih maka harus ada payung hukum nasional yang harus dipatuhi oleh pembuat perda di bawahnya, bila menyimpang langsung dicabut. Tajam ke atas tajam ke bawah. Ini semua perlu pembenahan secara bertahap dan revolusioner agar banjir tidak menjadi langganan kejadian di musim hujan. 

Thursday, January 16, 2020

Turut memikirkan ...

Mahasiswa ITB pun turut memikirkan masalah banjir di berbagai tempat di tanah air, seperti terlihat pada video singkat berikut ini.
Hasil pemikiran mereka akan di share nanti.

Monday, January 6, 2020

Belajar dari pengalaman banjir ...

Hari demi hari telah berlalu, banyak yang tidak bisa melupakan peristiwa bencana banjir tahun baru 2020 yang mungkin akan berulang lagi dalam waktu dekat karena biasanya puncak curah hujan monsoonal terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Ambil contoh untuk kasus Jakarta karena di beberapa tempat terdapat curah hujan lebih dari 200 mm/hari pada tanggal 1 Januari kemarin yang merupakan curah hujan ekstrim. Curah hujan di Halim Perdana Kusumah, Taman Mini Indonesia Indah, dan Pulogadung di Jakarta Timur masing-masing adalah 337, 335 dan 265 mm. Di Kembangan dan Tomang Jakarta Barat masing-masing 265 dan 226 mm, sedangkan di Jatiasih Bekasi Jawa Barat 246 mm. Ini berarti bahwa angka-angka tersebut menunjukkan ketinggian permukaan tanah yang tertutupi oleh air (jika dianggap permukaan Jakarta rata) adalah sekitar 28,46 cm. Dilihat dari angka-angka tersebut maka wajar bahwa Jakarta Timur merupakan wilayah yang mengalami banjir paling parah. Ini belum termasuk memperhitungkan sungai-sungai yang masuk ke Jakarta yang berasal dari luar kota yang lebih tinggi ketinggian permukaannya. Daerah khusus ibukota memang rentan oleh bencana banjir apalagi sebagian wilayahnya ada yang berada di bawah permukaan air laut sehingga ketika pasang naik maka air sungai yang akan masuk ke laut akan tertahan sehingga bisa timbul genangan. Ini akan memperparah keadaan. Selanjutnya, silahkan baca di sini dan di sini.  

Friday, January 3, 2020

Bencana banjir

Hadiah khusus tahun baru kali ini adalah bencana banjir. Mungkin banyak yang tidak menyangka bahwa banjir kali ini bisa sebesar itu. Air sungai meluap dan banyak membanjiri pemukiman warga. Tak pelak lagi maka banyak pihak kerepotan akibat banjir yang demikian besar yang melanda beberapa kawasan khususnya ibukota Jakarta. Banyak mobil terendam sehingga banyak kemungkinan harus masuk bengkel. Rumah-rumah warga termasuki air dan perabotan rumah tangga terendam atau mengapung di dalam rumah. Tak terhitung kerugian yang harus ditanggung warga masyarakat.Bahkan ada yang meninggal karena banjir dan dampaknya. Sarana dan prasarana publik juga mengalami kerusakan sebagian. Selama 3 hari ini khususnya banyak berita beredar tentang banjir di Jakarta dan sekitarnya meskipun di beberapa tempat sebelum tahun baru, sudah mengalami banjir besar seperti yang terjadi di Sumatera.
Sebenarnya masalah banjir ini bukan barang baru, hampir setiap tahun terjadi. Kali ini agak lebih super karena terjadi bertepatan dengan tahun baru saat warga kita begitu gembira merayakan malam tahun baru. Hujan deras yang terjadi tanggal 31 Desember 2019 di Jawa Barat dan Jakarta sangat berdampak pada naiknya permukaan air sungai sehingga air melimpah kemana-mana. Apakah ini merupakan banjir 5, 10, 20, 25 tahunan atau bahkan lebih? Masih harus diteliti lebih lanjut. Tapi yang jelas dengan kondisi lingkungan yang semakin berubah dan sering kurang memperhatikan siklus hidrologi maka tidaklah salah kalau mengatakan bahwa banjir ini akibat masalah musim, lingkungan dan perilaku masyarakat. Perubahan cepat pada lingkungan sehingga air tidak banyak meresap ke dalam tanah, sungai yang banyak mengalami sedimentasi karena ada erosi dan sampah, dan sebab-sebab lain misal pasang surut air laut bisa berkontribusi pada kejadian banjir dan genangan. Oleh sebab itu maka beberapa hal yang bisa dilakukan adalah memperbaiki sepanjang daerah aliran sungai, perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sehingga saluran drainase terhambat, mempercepat pembangunan/memfungsikan dengan baik waduk/situ-situ/kolam besar/hidropori/sumur resapan,  mengedukasi masyarakat untuk ikut serta dalam penanggulangan dan mitigasi bencana, dan lain-lain.
Ada baiknya untuk melihat kembali tulisan berikut ini, sebagai perbandingan yang mungkin terjadi di tempat lain. Selain itu tidak lupa saya mengingatkan untuk menyesuaikan pembangunan dengan masalah cuaca, musim dan iklim.
Tak lupa saya sampaikan turut berbelasungkawa, semoga Allah SWT/Tuhan YME mengganti kehilangan harta benda saudara-saudara kita yang rusak/hilang dan semoga yang meninggal husnul khatimah. Aamiin.