Massa udara yang dimaksud di atas bukanlah massa yang berkaitan dengan bobot misal gram, kilogram, ton dsb tapi "massa" yang berarti "kumpulan atau badan (body)". Jika udara menetap pada waktu yang cukup lama di atas suatu permukaan bumi, sifatnya cenderung menjadi ciri khas untuk permukaan itu. Jika sifat permukaan tersebut kurang lebih sama untuk daerah yang sangat luas (ribuan kilometer persegi) maka sifat suatu badan udara yang besar akan menjadi hampir sama/ seragam dalam bidang horizontal. Badan udara dengan sifat (khususnya dicirikan oleh temperatur dan kelembapan) yang hampir seragam dalam jarak horizontal ribuan kilometer disebut sebagai massa udara.
Dengan demikian, agar terbentuk suatu massa udara maka udara harus diam atau bergerak untuk waktu yang lama dan terdapat di atas daerah yang luas yang memiliki sifat seragam. Sifat dan tingkat keseragaman tersebut bergantung pada sumber massa udara, riwayat (modifikasi) massa udara dan waktu hidup massa udara. Pembentukan massa udara yang seragam dapat diperoleh melalui proses percampuran dan radiatif yang memerlukan waktu selama 3-7 hari.
Massa udara juga bisa mengalamai perubahan baik akibat proses termodinamik maupun proses dinamik. Proses termodinamik seperti misalnya pemanasan/ pendinginan permukaan dan penambahan/ hilangnya kelembapan. Sedangkan proses dinamik misalnya adalah percampuran turbulen dan pengangkatan/ penurunan skala besar.
Massa udarapun juga bisa diklasifikasikan didasarkan pada daerah sumber dan jenis permukaannya. Terdapat 4 klasifikasi dasar dari massa udara, yakni continental (c) yang secara tipikal kelembapannya rendah, maritime (m) yang kandungan uap airnya tinggi, polar (P)yang sifatnya dingin dan tropikal (T) yang sifatnya hangat. Dari keempat tipe dan sifat permukaan di atas, terdapat 4 kombinasi yakni continental polar (cP), continental tropic (cT), maritime polar (mP), dan maritime tropic (mT). Ada lagi tambahan jenis massa udara yakni Arctic (A) yang sifatnya sangat dingin dan sering tidak bisa dibedaan dengan massa udara polar (kutub) di dekat permukaan. Massa udara ini berasal lebih banyak dari atas tutupan es kutub daripada massa daratan lintang tinggi. Oleh karena itu terdapat 2 lagi tambahan massa udara yakni continental arctic (cA) dan maritime arctic (mA). Beberapa skema klasifikasi menambahkan indikasi pada udara tersebut yakni warmer (w) dan cooler (k) setelah nama massa udaranya, seperti misalnya cPk (continental polar cooler) dan mPw (maritime polar warmer). Sifat-sifat masing-masing massa udara ini sesuai dengan namanya. Oleh karena itu untuk mengetahui sifat-sifat masing-masing massa udara dengan lebih detail dipersilahkan para pembaca mencari referensi untuk itu.
Massa udara arctic terasakan sampai ketinggian 650 mb, cP dan mP terasakan sampai beberapa milibar di atas ketinggian A. Massa udara mT terasakan sampai ketinggian hampir 500 mb sedangkan cT kurang lebih terasakan sampai ketinggian 700 mb. Di antara semua massa udara tersebut, massa udara A mempunyai kadar kebasahan yang paling rendah dan mT adalah yang paling tinggi kadar kelembapannya.
Seperti telah disebut di atas, massa udara bisa mengalami perubahan sifat. Ini terjadi ketika ia meninggalkan sumbernya karena berinteraksi degan permukaan yang dilalui yang mengubah kestabilan dan berinteraksi dengan massa udara lainnya. Ketika bergerak menuju ekuator, massa udara A akan mendapatkan pemanasan dari bawah (suplai uap air dari permukaan yang hangat dan basah) sehingga menjadi tidak stabil sehingga bisa timbul awan besar. Jika ia bergabung dengan aliran mensiklon maka udara menjadi makin tidak stabil dan perawanan yang menghasilkan hujan curah (shower) makin bertambah. Namun yang sering terjadi adalah bahwa massa udara ini bergabung dengan aliran mengantisiklon sehingga pertumbuhan vertikal awan terbatasi walaupun dia mendapat suplai pemanasan dari bawah.
Sebaliknya massa udara mT yang bergerak menuju kutub di musim dingin cenderung makin stabil sehingga yang terbentuk hanya awan-awan jenis stratus. Sedangkan di musim panas, di atas daratan di lintang rendah, massa udara ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk awan-awan kumulus (Cu), hujan curah dan badai guntur.
Cuaca dalam suatu daerah bergantung pada berbagai sifat massa udara yang melaluinya terutama kestabilan dan kandungan uap airnya. Umumnya massa udara maritim memiliki perawanan dan hujan curah yang lebih besar, sedangkan massa udara continental cenderung membawa sifat cerah pada daerah yang dilaluinya.
Meskipun pada sebagian besar waktu, cuaca pada suatu tempat ditentukan oleh sifat massa udara yang berkuasa atau menyelimuti wilayah tersebut, namun cuaca sangat buruk sering berhubungan dengan interaksi dari dua massa udara yang bertemu (front) khususnya di batas pertemuan kedua massa udara tersebut. Indonesia tidak dilalui oleh front ini.
OK segini dulu ya. Nantikan cerita selanjutnya ...
hemmm....
ReplyDeletebagus juga...
Terimakasih. Salam kenal.
Deletekalau komposisi massa udar itu apa?
ReplyDeleteKomposisi itu berarti tersusun dari apa massa udara tsb. Udara tersusun dari udara kering, uap air dan aerosol. Udara kering terdiri dari gas-gas semacam nitrogen, oksigen, argon dll. Nantikan tulisan tentang komposisi udara ya ... Salam kenal untuk Anna Jamil.
ReplyDeleteHalo. Pak Joko Wiratmo dosen prodi Meteorologi ITB ya?!
ReplyDeleteSalam kenal juga ya.
Iya.
DeleteAssalamualaikum Pak Joko.
ReplyDeleteSaya mau bertanya, mengapa P.Flores dan sekitarnya memiliki iklim yg berbeda dengan P.Jawa berdasarkan massa udaranya?
Terimakasih pak, mohon pencerahannya
wassalam.
Pak boleh tau knp iklim di pulau flores, sumbawa dan timor brbeda dgn pulau jawa dtnjau dr masa udaranya? Tks
ReplyDeleteNTB dan NTT banyak dipengaruhi oleh massa udara dari Australia yang relatif kering karena dalam perjalanannya menuju wilayah Indonesia dan Asia hanya sedikit membawa uap air. Sedangkan pada waktu yang lain, massa udara yang berasal dari Asia yang relatif basah karena melewati lautan yang lebih luas dan lama menjadi perawanan dan hujan lebih dulu di wilayah Sumatra dan Jawa. Karenanya maka makin ke arah timur curah hujannya berkurang dan NTB + NTT kurang mendapatkan pasokan hujan. Moga-moga jawaban saya yang singkat ini dapat memuaskan anda. Terimakasih pertanyaannya Lucky. Wass. Wr. Wb
DeleteApakah kemudian di daerah tsb membentuk front, Pak? Kemudian pengaruhnya thd iklim?
ReplyDeleteUntuk wilayah Indonesia, tidak dikenal istilah front. Front umumnya terjadi di lintang-lintang yang lebih tinggi di luar wilayah tropis. Daerah pertemuan massa udara di wilayah tropis dikenal sebagai ITCZ (intertropical convergence zones). Letak dari ITCZ ini sesuai dengan posisi matahari. Bila matahari berada di belahan bumi selatan, maka ITCZ juga di selatan ekuator, sedangkan bila matahari berada di BBU maka ITCZ juga berada di utara ekuator. Wilayah konvergensi ini merupakan wilayah dengan perawanan konvektif dan secara klimatologis lebih sering berada di utara ekuator (tentang ITCZ ini akan saya tulis pada kesempatan berikutnya di blog ini).
ReplyDeleteSebenarnya iklim di Flores dan sekitarnya dapat dengan mudah dimengerti jika anda mengetahui tentang pola monsoon di Indonesia dan dampaknya pada tipe hujan dan iklim di Indonesia (lihat postingan sebelumnya).
assalamu'alaikum wr wb pak,, izin bertanya pak,,
ReplyDeleteuntuk di indonesia sendiri, pak. massa udara yang mendominasi di Indonesia itu massa udara apa, pak?
apakah mT yang mana bapak sebutkan diatas bahwa di musim panas, di atas daratan di lintang rendah, massa udara mT ini menjadi makin tidak stabil sehingga terbentuk awan-awan cumulus (Cu), hujan curah dan badai guntur.
mohon penjelasannya pak. Terimakasih.
wassalamu'alaikum wr wb.
Massa udara yang mendominasi wilayah Indonesia adalah massa udara tropis, khususnya mT. Jika permukaan di bawah massa udara ini mendapatkan lebih banyak pemanasan matahari maka massa udara tsb makin tidak stabil dan bisa terbentuk perawanan vertikal, hujan dsb. Wass. Wr. Wb
ReplyDeleteTerimakasih pak,ilmunya sangat membantu saya🙏
ReplyDeleteterimakasih kembali. Semoga pemahamannya bisa meningkat dg membaca tulisan di atas ya mbak.
ReplyDelete