Wednesday, November 2, 2022

Selingan: Toksik??? Jauhi!!

 Beberapa waktu ini, khususnya memang dipicu oleh peristiwa menjelang pemilihan kepala daerah atau Gubernur DKI Jakarta kesan bahwa politik identitas begitu mengemuka. Dilanjutkan dengan pemilihan presiden RI yang juga begitu gegap gempita menggaungkan identitas khususnya masalah SARA (suku, agama, ras, antar golongan) sehingga sempat menyebabkan suasana kebatinan dan kebangsaan Indonesia begitu terkoyak-koyak. Bayangkan, dengan jumlah suku di Indonesia yang ribuan dan menganut berbagai agama menyebabkan begitu rentannya persatuan dan kesatuan NKRI bila hal ini terus menerus dilakukan.

Orang-orang yang merasa paling benar sendiri, menganggap tahu segalanya terhadap kehendak Yang Maha Segalanya, kunci surga berada di tangannya dan pemeluk agama lainnya dimusuhi dan dianggap sebagai kafir yang harus diperangi/dimusuhi bahkan boleh jadi dimusnahkan berperan besar pada terpeliharanya bara api yang setiap saat merenggut bangsa Indonesia. Di kehidupan sehari-hari, infiltrasi berbagai aliran yang selama ini dilarang oleh pemerintah karena bisa mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara demikian masif terjadi. Tidak saja dalam kehidupan beragama, tetapi juga seluruh bidang kehidupan seperti pendidikan, penegakan hukum, politik, ekonomi, dan lain-lain. Semuanya dirasuki melalui media massa dan media sosial baik cetak maupun elektronik. Demikian masifnya aliran/pemikiran/pandangan yang mereka gaungkan setiap saat menyebabkan ada kegoyahan dalam memandang persoalan bangsa dan kehidupan ini oleh para pemuka masyarakat dan pemerintah. Karena sering dibenturkan dengan kitab suci atau kutipan ayat-ayat yang bisa multi tafsir maka kegamangan dalam mengambil keputusan terjadi pada diri pemerintah. Sehingga tidak jarang karena hal tersebut, suatu keputusan tergantung pada dinamika yang berkembang di masyarakat, bukan atas kebenaran yg hakiki.

Yang mesti menjadi perhatian kita semua saat ini  dan nanti adalah bahwa berita atau potongan-potongan pernyataan/ceramah berantai yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat terkait masalah agama sangat tergantung pada tingkat pemahaman penceramah dan atau pendengarnya. Topiknya macam-macam. Misal tingkat pemahaman penceramah setinggi SMP menyampaikan materi setingkat SMA dan disampaikan kepada masyarakat yang pemahamannya setingkat SD maka bagaimana bisa mengerti orang-orang yang mendengarnya. Atau penceramah yang baru level SMA tetapi mengajarkan materi setingkat PT, bagaimana jadinya pemahaman penceramah tersebut dalam mengutarakan materi ceramah meskipun rujukannya sama. 

Majunya orang orang dengan berbagai background pemahaman agama yang diwadahi oleh partai politik menyebabkan seolah-olah ada legitimasi bagi kelompok orang tersebut dalam mengubah tatanan hidup bernegara yang selama ini berideologi Pancasila yang kita cintai ini. Pancasila mampu menjaga keberagaman Indonesia dan bisa menangkal aliran radikal dan rasialis serta teroris. Di bidang pendidikan, waspadai terhadap orang-orang yang berpemahaman tidak sesuai dengan hukum negara. Tetaplah menjaga keberagaman yang ber: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD45. Semoga Indonesia tetap jaya selamanya. Aamiin. Salut kepada NU yang menginisiasi pemahaman masalah ini dan pencarian solusinya dalam forum R20 bulan ini di Bali.

Wednesday, October 12, 2022

Menyongsong kemungkinan rawan pangan dan energi yang lebih hebat

 Salah satu permasalahan utama terkait dengan perubahan iklim ditambah berbagai pertistiwa yang terjadi di dunia ini adalah kerawanan pangan. Faktor lain yang turut terdampak adalah sektor energi. Secara global hal tersebut sudah dirasakan di banyak negara sehingga memicu kekacauan dan kecemasan masyarakat negara-negara tersebut. Alih alih mampu mengatasi masalah, negara tersebut bahkan pemerintahannya sudah ambruk dan warganya berusaha untuk bisa bangkit lagi dengan tertatih-tatih.

https://money.kompas.com/read/2022/07/08/165016126/dunia-krisis-pangan-jokowi-minta-pekarangan-kosong-ditanami?page=all

Peristiwa tersebut tentu saja juga dipikirkan oleh pemerintah Indonesia yang mengajak para pemimpin global untuk mengantisipasi adanya kerawanan pangan akibat pupuk dan perubahan iklim. Pupuk yang dimaksud adalah pupuk kimia yang warga dunia khususnya yang berprofesi petani sangat butuhkan untuk meningkatkan produksi. Perang yang berkecamuk di Ukraina akibat invasi Rusia ke negara tersebut membuat kondisi dunia makin runyam dan belum jelas kapan berakhirnya. Sebagai negara-negara sentra produksi gandum dunia, adanya perang ini menyebabkan pasokan bahan pangan tersebut menjadi terganggu. Karenanya pihak-pihak yang menggantungkan pasokan gandum dari kedua negara tersebut sudah kelabakan dan terganggu perekonomiannya. Apalagi ditambah krisis energi dimana Eropa juga sebagian bergantung pada Rusia. Kondisi yang semakin tidak menentu inilah yang meningkatkan ketidakpastian kondisi dunia yang masih juga berkutat dengan pandemi.

Rawan pangan dan energi merambat kemana-mana, ditambah krisis keuangan. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, kondisi ini terasa sangat berat. Semua profesi yang ada di dunia ini terdampak sehingga tidak ada alasan untuk mengeluh. Yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya agar semuanya selamat dan lepas dari jeratan berbagai macam krisis tersebut dengan bersatu padu melakukan yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Tidak bisa tidak, yang harus dilakukan adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Yuk bersama sama lakukan yang terbaik bagi negeri kita tercinta.

Saturday, September 3, 2022

Strategi menghadapi dampak perubahan iklim menjelang tahun 2050

Perubahan iklim banyak menyengsarakan seluruh warga dunia karena berbagai dampak negatifnya. Berbagai langkah yang bisa ditempuh mengkombat percepatan perubahan iklim bisa diperoleh dari rekaman video webinar di bawah ini. Silahkan akses: https://drive.google.com/file/d/174OUg8Mm1v79bKC9KDKhPogwvgSX-wrs/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat bagi semua pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim sampai dengan tahun 2050.

Tuesday, July 5, 2022

100 guru geografi Kalimantan tingkatkan kualitas

 Berikut ini adalah salah satu berita yang memuat tentang kegiatan pelatihan para guru geografi yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan mengundang lebih dari 1000 sekolah setingkat SMA di seluruh Kalimantan yang dimuat di Kaltim Post.





Wednesday, June 22, 2022

Berita Hoaks

 Berita hoaks sepertinya bukan merupakan berita yang jarang terjadi. Sering tanpa kita sadari kita terpapar oleh berita semacam itu sehingga timbul keresahan di masyarakat. Hoaks menyasar banyak pihak, apalagi saat ini hampir semua orang terpapar oleh berita-berita yang harus di cek betul kebenarannya dan itu harus ditanyakan kepada ahlinya. Demikian pula dengan berita tentang cuaca, musim dan iklim.

Tanggal 18 Juni 2022 yang lalu, dilaksanakan kegiatan webinar tentang hoaks yang diikuti oleh peserta dari sebagian wilayah  Indonesia dengan berbagai profesi. Menarik bahwa banyak pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi perhatian publik baru kali ini mendapatkan pemaparannya secara lebih detail. Bisa dimaklumi karena background para peserta bukanlah meteorologi atau klimatologi. 

Berikut ini adalah hasil dari webinar tersebut.

·        Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD dll. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia dan ini tidak boleh dibiarkan saja. Pelibatan masyarakat dalam menangkal hoaks harus terus menerus diupayakan agar issue-issue terkait cuaca, musim dan iklim makin bisa ditangani dan diluruskan secara ilmiah.
·         Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat dan berpotensi pada terbentuknya berita hoaks. Sehingga hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu dan kualitas pemberitaan.
·  Pemanasan global telah terjadi, dan terbukti sebagai fakta dalam data-data pada skala global, regional dan lokal.
· Pemanasan lokal dimungkinkan lebih kuat daripada pemanasan global, terutama di daerah perkotaan.
· Perubahan lingkungan besar-besaran dapat memperburuk efek pemanasan global pada perubahan lokal (misalnya fenomena pulau panas "heat island" perkotaan)
·  96% kejadian bencana di Indonesia terkategorikan sebagai bencana hidrometeorologi, dan sebagian besarnya disebabkan oleh cuaca/iklim ekstrim.
·  Peningkatan suhu udara sebesar 1ᵒC sangat besar pengaruhnya terhadap penguatan siklus hidrologi sehingga meningkatkan kejadian ekstrim (baik intensitas maupun frekuensinya) yang berikutnya dapat menjadi ancaman bencana hidrometeorologi.
·   Musim kemarau basah akan terus berlanjut hingga akhir September 2022 khususnya utk kawasan barat Indonesia yg bertipe hujan monsunal bukan karena efek La-Nina namun karena IOD yg berfase negatif.




Wednesday, June 8, 2022

Peningkatan kualitas guru geografi wilayah binaan se Pulau Kalimantan

 Saudara semuanya khususnya para guru pasti menyadari bahwa pendidikan geografi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbangan kami untuk turut membina para guru agar menghasilkan siswa yang unggul dari daerah mengingat bahwa selama ini kemampuan akademis banyak dirajai oleh siswa-siswa dari pulau Jawa. Kesenjangan ini harus dipersempit agar kualitas sumber daya manusia di daerah memampukan pengelolaan sumber daya alam  yang profesional. Terkait dengan pertimbangan akan adanya rencana pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan ini kami berupaya untuk meningkatkan kualitas siswa sekolah menengah dan madrasah aliyah melalui para guru geografi mereka. Bila saudara berminat untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas diri maka silahkan untuk mendaftarkan diri pada link di bawah.



Sedekah ilmu cuaca, musim dan iklim

 Seperti sudah disebut sebelumnya, masalah cuaca, musim dan iklim makin menjadi perhatian dunia. Peristiwa yang berubah setiap saat dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak ini harus makin menjadi perhatian mengingat berdampak luas pada skala ruang mikro sampai global. Oleh orang-orang tertentu, berita yang sudah benar dipelintir sehingga menjadi berita hoaks. Untuk itulah maka Gerakan Sedekah Ilmu coba saya lakukan karena merasa terpanggil untuk turut meluruskan berita-berita terkait meteorologi dan klimatologi. Bila saudara berminat, silahkan kunjungi link di bawah.

Silahkan disebarkan pada kolega saudara agar makin terbuka mengenai kondisi cuaca, musim dan iklim di Indonesia.



Tuesday, March 22, 2022

Be aware of water, energy and food issues from now on

 Happy Water Day and World Meteorological Day …

We often hear about climate change from various print and online mass media as well as social media, but it doesn't seem to have become an agenda that is considered important for some people. The issue of climate change is still a global elite issue. Although some people in the world realize that the various events that occur in their daily lives are related to climate change with various variations, the steps to combat this problem still seem cloudy. The impact caused by climate change may already be known to many, especially urban residents because information can be obtained from existing gadgets. Three things that must be known and will be very likely to experience change and are vulnerable to disturbances in the present and future are water, energy and food issues.

Various disasters that occur in various parts of the world including Indonesia are often considered to be caused by climate change. Hydrometeorological disasters as part of natural disasters such as cyclones, tropical storms, tropical cyclones, floods, flash floods, droughts and landslides triggered by heavy rains often take property and lives. All of that can be seen from various news sources in the past until recently. Information about natural disasters every day adorns the mass media and social media. Of course everyone does not want to experience it but very few of the community are involved in saving the environment and other preventive measures. Only when natural disasters occur do people rush to take curative actions.

Floods such as those that have occurred recently, whether on the island of Java or outside Java Indonesia, where the water has not receded for several weeks, for example in Sintang, West Kalimantan some time ago, are clear evidence of the effects of climate change. An increase in rainfall to more than 120 millimeters per day will cause the soil to not have time to absorb large amounts of water. The heavy rain will trigger the formation of water flow on the ground (runoff) which then enters the river flow. Unfortunately the drainage channel is not running well and the capacity of the river is not commensurate with the incoming water flow. The latter is exacerbated by erosion upstream of the river and the habit of people throwing all kinds of garbage into the river. The occurrence of cold lava floods on the slopes of Mount Semeru, East Java due to heavy rains on the peaks and slopes, seems to be also influenced by this climate change. In this case, what is influenced by climate change is the rainfall factor. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students.

Landslides which are also common following flooding during the rainy season (Asian monsoon) which are exacerbated by La Nina events in the Pacific Ocean and negative Dipole Mode in the Indian Ocean can actually also be reduced. A number of steps can be taken, for example one of them is strengthening the soil structure by planting trees. The slopes of hills and mountains should also be strengthened by planting trees with deep roots such as pine trees, teak, and various types of horticultural trees. This is so that apart from the stems and twigs that can be used for wood, it can also increase the nutritional security of the community. River borders must also be strengthened and niches or reservoirs and dams that exist in areas higher than rivers/hills/mountains are also treated to prevent flash floods.

At this time, La Nina is predicted to be at a moderate level by NMME so that for the Indonesian region it causes the rainy season to progress and lasts longer. This must also be anticipated through water management so that excess water in the rainy season can be stored to fill groundwater or reservoirs and the dry season does not dry out. The steps taken by the government, such as building reservoirs, are a step forward in securing water availability for various purposes.

The availability of water can also be good energy if it is used from micro-hydro electricity to large-scale hydroelectric power plants. Energy security can be done in this way and developing new renewable energy such as solar and wind energy. We should be grateful that our region is close to the equator so that the length of the day is about 10-12 hours throughout the year. Day length is the time from sunrise to sunset. This causes solar energy can be easily obtained throughout the year. Unfortunately, to install until it can be used by the wider community, it still requires technological revolution. For now, it still requires high costs where only certain people can or want to invest to get this free energy. You can imagine how in the future far more people will enjoy this free energy compared to those who use hydroelectric power as it is today. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries.

Energy can also be used for agricultural cultivation activities. So far, agricultural mechanization has not reached and is evenly distributed in remote rural areas. Smart farming still feels like a dream for traditional farmers, whose numbers are very, very much more than tie farmers or those who are technology literate. The use of agricultural infrastructure based on IoT (internet of things) is still felt as a technology belonging to millennials or young people. This transformation of knowledge and technology in smart farming must be carried out from now on considering the number of Indonesian farmers from year to year is decreasing and is dominated by those aged 47 years and over. This can be a serious threat to the problem of food security in the country.

The quality of human resources will increase, as will their life expectancy if food and nutrition problems can be improved. Hopefully with the increasing attention of the government, the business world, communities, universities and the mass media on water, energy and food security, this will make our beloved country progress and become a world superpower. If this can be accelerated, the impact of climate change on the lives of Indonesian people will be minimized, especially if it is carried out in mutual cooperation and together with other countries around the world.

 

Friday, February 11, 2022

Ibu Kota Negara

 Masih relevankah membangun IKN di Kalimantan Timur?? Kalimantan Timur memang selama ini tidak mengalami kebakaran hutan, kalaupun ada dalam skala kecil dan mengingat pada saat karhutla angin tenggara yang berperan dominan maka masyarakat Kalimantan Timur tidak mengalami masalah kesehatan dan kerugian lain. Ini mengingat asap bergerak menuju barat laut sampai utara ketika musim kemarau yang kering atau kekeringan yang diakibatkan berbagai fenomena seperti monsoon tenggara, El Nino dan El Nino modoki. Dari sisi angin memang relatif aman dari bahaya asap. Dari perspektif air, dengar dengar masih ada masalah. Ini tentu terkait juga dengan vegetasi yang tumbuh di sana, selain faktor tanah yang kebanyakan tanah gambut dan batubara. Jika mampu mengolah air sungai atau payau di sana menjadi air tawar, maka masalah ini masih bisa ditangani meski untuk itu barangkali membutuhkan teknologi tinggi desalinisasi air payau. Selain tentu saja vegetasi dan pepohonan tropis yang mampu menghadirkan sumber-sumber air minum sehingga harus ada konservasi tanah dan air. Pembangunan infrastruktur yang tentu saja akan menyebabkan banyak lahan hutan yang dikonversi menjadi pusat-pusat aktivitas manusia seperti pemukiman, industri, perkantoran dll harus diganti dengan luas lahan vegetasi yang lebih dari yang ditebangi. Ini setidaknya diperkirakan akan memperbaiki siklus hidrologi di kawasan IKN tersebut. Masalah energi sebenarnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang hijau, artinya yang tidak sampai dampaknya merusak lingkungan. Bisa berwujud energi angin, air, dan radiasi matahari. Meskipun angin tampaknya kecil mengingat kecepatan angin di wilayah IKN kecil namun bila untuk skala mikro pemukiman (Pembangkit Listrik Tenaga Angin Mikro) tampaknya tidak mengalami masalah. Dinamika air sungai dan laut bisa pula dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Potensi lain adalah energi surya yang karena berada dekat wilayah ekuator maka sangat melimpah. Dengan demikian untuk masalah energi bila benar-benar diberdayakan maka mungkin akan cukup melimpah. 

Faktor pangan bisa tercukupi mengingat propinsi Kalimantan Tengah diproyeksikan menjadi lumbung pangan nasional dan bisa mensuplai IKN. Bila saja food estate tersebut berhasil maka masalah pangan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim global akan bisa direduksi. Jika permasalahan pangan, energi dan air ini bisa ditangani dengan sebaik-baiknya maka dampak perubahan iklim tidak akan begitu dirasakan oleh bangsa Indonesia. 

Meskipun hal yang disampaikan di atas adalah dalam sudut pandang positif/optimis namun jangan pula dikesampingkan pandangan-pandangan pesimis yang mungkin juga berkembang mengingat lokasi IKN (akan) sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak, bangsa dan rakyat Indonesia tercinta.