Thursday, March 26, 2020

ITCZ masih di selatan ...



ITCZ atau intertropical convergence zone adalah daerah pertemuan antara angin pasat yang umumnya banyak perawanan di sana karena konvergensi ini membawa banyak uap air. Biasanya awan-awan yang terbentuk adalah awan-awan konvergensi yang sering bercampur dengan awan-awan konvektif yang mempunyai potensi pada terbentuknya curah hujan. Seperti terlihat pada gambar ramalan cuaca di samping maka kemungkinan besar bahwa awan-awan yang terbentuk adalah berada di sepanjang Jawa sampai Nusa Tenggara demikian pula di Sumatera dan sekitar kepala burung Papua. Saat ini matahari baru saja meninggalkan wilayah ekuator dan bergerak ke belahan bumi Utara. Ini berarti bahwa ITCZ juga bergerak ke Utara. Hal ini dikuatkan dengan adanya angin yang masih membawa uap air yang banyak di hampir seluruh wilayah Indonesia. Angin pasat timur laut masih mendesak ke selatan katulistiwa yang berarti bahwa pengaruh dari Samudra Pasifik dan benua Asia yang masih dingin masih kuat. Kalau melihat distribusi uap air seperti terlihat di bawah maka tampak bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi hujan besar terjadi, misal di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung, Banten, DKI Jaya, Jabar, sebagian Jawa Tengah, Bali, sebagian Kalimantan, dan

sebagian Papua. Awan-awan yang tidak terlalu tebal banyak bertebaran di pulau-pulau di seluruh Indonesia. Oleh karena itu kemungkinan banjir di tengah pandemi Corona ini masih mungkin terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Semoga saja dampak positifnya bagi pengurangan pandemi Covid-19 ini bisa nyata terlihat dengan tersapunya virus bersama air khususnya untuk yang ada di luar ruangan, meski faktanya masih harus diteliti lebih lanjut.

Wednesday, March 18, 2020

Persiapan mengatasi karhutla ...

Minggu lalu diadakan acara persiapan mengatasi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di Riau yang diadakan oleh pihak-pihak BPPT, BMKG, BNPB, Polri dan TNI. Seperti kita ketahui bersama, tahun lalu masih terjadi kebakaran hutan dan lahan yang sangat luas meskipun lebih sedikit luasnya dibanding beberapa tahun yang lalu. Kesiapsiagaan instansi terkait ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Sampai saat ini hutan dan lahan yang terbakar belum pulih seperti sediakala mengingat luasnya hutan dan lahan yang terbakar waktu itu.  Seperti diketahui ratusan ribu hektar hutan dan lahan terbakar tahun lalu sedangkan tahun 2015 karhutla lebih besar lagi, jutaan hektar. Prestasi penurunan karhutla patut diapresiasi meskipun mengingat kelengahan kita dengan adanya masa masa kampanye pilpres yang menyedot banyak perhatian menyebabkan karhutla masih terjadi waktu itu.
Semoga dengan kejadian tersebut kita bisa menarik pelajaran berharga dan tahun ini dengan kesigapan semua pihak maka karhutla bisa dicegah.

Tuesday, March 17, 2020

Masihkah musim hujan?


Merujuk pada gambar yang disajikan oleh BMKG prakiraan curah hujan dasarian ke-3 wilayah Indonesia menunjukkan bahwa sudah mulai banyak wilayah Indonesia mengalami curah hujan menengah dan rendah. Hanya sebagian kecil yang masih mempunyai curah hujan yang tinggi seperti yang terjadi di tengah pulau Papua di sekitar pegunungan Jaya Wijaya.
Bila kita membagi kategori berdasarkan Oldeman maka dikatakan bulan basah bila curah hujannya adalah lebih dari 200 mm, bulan kering adalah kurang dari 100 mm dan bulan lembab adalah bulan dimana curah hujannya antara 100 dan 200 mm. Oldeman ini digunakan untuk patokan dalam menanam padi dan palawija dimana dihitung curah hujan bulanan rata-rata berturut-turut. Kita mengetahui bahwa dalam satu bulan terdiri dari 3 dasarian yakni dasarian pertama dari kalender  tanggal 1 sampai 10, dasarian kedua dari tanggal 11-20 dan dasarian ketiga dari 21 sampai dengan akhir bulan. Dengan demikian bila kita pukul rata satu bulan terdapat 100 dan 200 mm maka dalam satu dasarian kira-kira terdapat 33 mm dan 69 mm curah hujan. Berpatokan dengan hal ini maka bila curah hujan dalam dasarian tersebut adalah kurang dari 33 mm maka dikatakan dasarian kering dan bila curah hujan lebih dari 69 mm maka dikatakan sebagai dasarian basah.  Dengan pembagian semacam itu maka prakiraan dasarian ketiga bulan Maret 2020 versi BMKG dapat diinterpretasikan bahwa masih banyak wilayah Indonesia yang mempunyai dasarian basah dan lembab serta ada sebagian yang sudah kering. Warna-warni yang dikategorikan di atas masuk dasarian dengan curah hujan menengah merupakan dasarian basah sedangkan yang masuk kategori hujan tinggi merupakan dasarian sangat basah.
Bila dilihat pola angin yang diprakirakan untuk hari ini maka tampak bahwa angin di belahan bumi utara sekitar ekuator masih merupakan angin timur laut demikian pula di sebagian pulau yang berada di selatan ekuator. Semakin banyak arah angin tenggara di ekuator seperti yang terjadi di selatan pulau Jawa dan Sumatera pada ketinggian 850 mbar dari citra satelit Himawari 8 IR + GSM. Oleh karena itu sebenarnya sebagian wilayah sedang mulai mengalami musim pancaroba pertama khususnya yang bertipe curah hujan monsoon meskipun diprakirakan masih basah seperti yang diuraikan di atas.