Wednesday, June 22, 2022

Berita Hoaks

 Berita hoaks sepertinya bukan merupakan berita yang jarang terjadi. Sering tanpa kita sadari kita terpapar oleh berita semacam itu sehingga timbul keresahan di masyarakat. Hoaks menyasar banyak pihak, apalagi saat ini hampir semua orang terpapar oleh berita-berita yang harus di cek betul kebenarannya dan itu harus ditanyakan kepada ahlinya. Demikian pula dengan berita tentang cuaca, musim dan iklim.

Tanggal 18 Juni 2022 yang lalu, dilaksanakan kegiatan webinar tentang hoaks yang diikuti oleh peserta dari sebagian wilayah  Indonesia dengan berbagai profesi. Menarik bahwa banyak pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi perhatian publik baru kali ini mendapatkan pemaparannya secara lebih detail. Bisa dimaklumi karena background para peserta bukanlah meteorologi atau klimatologi. 

Berikut ini adalah hasil dari webinar tersebut.

·        Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD dll. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia dan ini tidak boleh dibiarkan saja. Pelibatan masyarakat dalam menangkal hoaks harus terus menerus diupayakan agar issue-issue terkait cuaca, musim dan iklim makin bisa ditangani dan diluruskan secara ilmiah.
·         Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat dan berpotensi pada terbentuknya berita hoaks. Sehingga hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu dan kualitas pemberitaan.
·  Pemanasan global telah terjadi, dan terbukti sebagai fakta dalam data-data pada skala global, regional dan lokal.
· Pemanasan lokal dimungkinkan lebih kuat daripada pemanasan global, terutama di daerah perkotaan.
· Perubahan lingkungan besar-besaran dapat memperburuk efek pemanasan global pada perubahan lokal (misalnya fenomena pulau panas "heat island" perkotaan)
·  96% kejadian bencana di Indonesia terkategorikan sebagai bencana hidrometeorologi, dan sebagian besarnya disebabkan oleh cuaca/iklim ekstrim.
·  Peningkatan suhu udara sebesar 1ᵒC sangat besar pengaruhnya terhadap penguatan siklus hidrologi sehingga meningkatkan kejadian ekstrim (baik intensitas maupun frekuensinya) yang berikutnya dapat menjadi ancaman bencana hidrometeorologi.
·   Musim kemarau basah akan terus berlanjut hingga akhir September 2022 khususnya utk kawasan barat Indonesia yg bertipe hujan monsunal bukan karena efek La-Nina namun karena IOD yg berfase negatif.




No comments:

Post a Comment