Beberapa waktu terakhir berita tentang gelombang aksi demonstrasi mahasiswa menyikapi rencana undang-undang berbagai masalah yang menyangkut kepentingan publik menggelora setiap hari. Berbagai tuntutan yang disuarakan oleh mereka kalau dipikir lebih jernih boleh dikatakan sudah agak terlambat. Meskipun aspirasi masyarakat sudah didengar oleh pemerintah, masih saja gelombang aksi demonstrasi masih berjalan. Lalu apa yang sebenarnya dicari? Apakah ingin mencari panggung untuk masa depan segelintir mahasiswa ataukah benar-benar menyuarakan sikap masyarakat? Apa jadinya jika yang dianggap menyuarakan aspirasi masyarakat menganggap bahwa diri mereka sendiri ditunggangi oleh kepentingan rakyat? Lalu sebenarnya mereka menyuarakan aspirasinya siapa? Apakah mereka menganggap bahwa dirinya bukan bagian dari masyarakat? Semoga hanya selip lidah karena terlalu bersemangat. Argumentasi menjadi makin kacau apalagi bila yang berbicara tidak memahami masalah hukum dan belum membandingkan antara produk kolonial dengan rancangan produk yang baru. Bacalah dulu semuanya, baru manggung. Tidak grusa grusu dalam mempersiapkan setiap aksinya sehingga tidak menghitung dampak yang bisa mengganggu kepentingan masyarakat lain yang ingin tentram dan damai. Aksi yang berlebihan hanya akan merusak fasilitas pribadi dan publik dimana pada akhirnya yang menanggung semuanya adalah rakyat. Semoga lebih hati-hati dalam bertindak dan jauh mengurangi kerugian harta benda dan nyawa. Andaikata semuanya lebih bisa berpikir jernih, tidak perlu ada korban harta benda dan nyawa. Adu argumentasi dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat secara akademik justru akan makin mendidik masyarakat untuk bertindak dan bersikap sewajarnya dan tidak berlebih-lebihan. Mari bersama-sama membangun bangsa ini dengan cara-cara yang lebih baik dan banyak belajar pada sejarah bangsa kita sendiri dan bangsa-bangsa lain. Bukankah aspirasi sudah didengar?? Merusak jauh lebih mudah dan hanya butuh waktu yang singkat daripada membangun namun membangun justru merupakan tugas dan tanggungjawab yang mulia dan terhormat daripada merusak. Mari bersama-sama menjadi bagian dari problem solver, bukan menjadi bagian dari trouble maker.
No comments:
Post a Comment