Kanal air yang digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan atau saya singkat saja sebagai kanal karhutla sudah diwacanakan sejak beberapa waktu ini karena dianggap bahwa hujan buatan tidak mampu atau tidak efektif dalam menanggulangi karhutla. Menurut hemat saya, anggapan tersebut tidaklah tepat. Dengan miliaran liter air yang mengguyur permukaan bumi dengan sekali hujan buatan, maka dapat dipastikan bahwa akan lebih cepat karhutla teratasi. Memang bahwa tidak sekali hujan buatan akan segera memadamkan karhutla, namun bila berkali-kali terjadi hujan yang dipicu oleh penyemaian awan-awan potensial dengan menggunakan garam dapur maka bisa dipastikan api dan titik api akan cepat padam. Kekhawatiran bahwa saat ini belum ada cara yang ampuh untuk memadamkan titik api di dalam tanah gambut memang bukanlah hal yang berlebihan, wajar-wajar saja. Tetapi kanal yang akan diupayakan untuk memadamkan titik bara api di dalam permukaan tanah gambut bisa memicu permasalahan baru. Kita tahu bahwa bila dibuat kanal air maka air yang tersimpan di lahan gambut akan mengalir masuk ke dalam kanal tersebut. Akibatnya tanah gambut menjadi kering dan memudahkan timbulnya titik api baru dengan sedikit pemicu dari luar. Pecahan kaca yang tersinari matahari sehingga membentuk titik fokus karena berfungsi seperti lensa lup bisa berakibat pada pembentukan titik api. Puntung rokok yang dibuang sembarangan dan mengenai lahan gambut bisa menjadi sumber titik api baru.
Kedalaman permukaan kanal air pasti akan lebih dalam dibandingkan dengan kedalaman permukaan tanah gambut. Air yang tersimpan dalam gambut akan meresap dan mengalir ke dalam kanal tersebut, seperti telah disebut di atas. Jadi cara yang sepertinya akan mengatasi masalah justru menimbulkan masalah baru karena makin mudahnya tanah gambut akan terbakar. Memang untuk kedalaman tanah gambut yang dalam dan terdapat batubara di dalamnya berpotensi untuk bisa dipadamkan namun lagi-lagi karena permukaannya dalam maka air kanal yang membasahi lahan gambut adalah yang bagian dalam sedangkan bagian permukaannya relatif kering. Mungkin cara yang paling efektif adalah mengkombinasikan antara hujan buatan dengan kanal air. Bagian dekat permukaan akan terbasahi oleh air hujan sedangkan bagian yang lebih dalam akan terbasahi oleh air kanal. Namun perlu diingat bahwa pada saat musim kemarau, pembuatan kanal air ini malah akan memperparah kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Semoga bisa menjadi alternatif pemikiran dalam memecahkan kebakaran hutan dan atau lahan di banyak tempat di Indonesia saat ini.
No comments:
Post a Comment