Bencana alam tsunami itu kembali terjadi tanpa disangka-sangka. Ketika kita menyoroti aktivitas gunung Merapi di Jawa Tengah yang makin meningkat, gempa bumi tektonik di dasar laut sekitar Mentawai mengguncang pulau-pulau di sekitarnya. Karena adanya sesar naik maka permukaan air laut seperti dikedut yang berakibat terjadinya tsunami. Tidak ada yang aneh pada tsunami-tsunami di pantai barat Sumatera selama ini. Ini karena pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia mempunyai batas di sekitar perairan barat Sumatera. Karena usaha bumi untuk terus menerus melakukan penstabilan diri setelah gempa tektonik di Aceh yang berakibat tsunami tahun 2004 yang lalu, maka terlihat bahwa gempa yang berakibat tsunami di Mentawai ini juga merupakan rangkaian dari peristiwa sebelum-sebelumnya.
Anak Krakatau di selat Sunda beberapa hari terakhir juga meningkat aktivitasnya. Sepertinya jalur patahan ini memang masih labil dan akan terus menerus menuju upaya kestabilan. Entah akan berapa lama keadaan stabil di jalur patahan ini terjadi karena aktivitas di jalur patahan pada suatu tempat tertentu akan memicu penstabilan di tempat yang lain. Ini karena lapisan astenosfer yang lebih lunak di bawah lapisan lithosfer/kerak bumi terus mengalami pergeseran. Arus konveksi terus berlangsung walau dalam gerak yang sangat pelan.
Yang harus makin disadarkan kepada masyarakat adalah pengetahuan tentang alam Indonesia yang begitu unik. Kebanyakan wilayah kita berada di batas lempeng (itu untuk bumi padatnya), kita berada di perbatasan samudra Hindia dan samudra Pasifik (untuk hidrosfernya), dan wilayah kita merupakan wilayah yang unik dari sisi sirkulasi atmosfernya/ cuaca dan iklimnya. Oleh karena itu para ilmuwan khususnya bidang kebumian sangat dituntut untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenali alam lingkungan Indonesia. Kita mesti harus belajar pada masyarakat Jepang yang juga merupakan masyarakat kepulauan dalam "mengikuti irama" alamnya, bersahabat dengan alam sehingga bencana alam yang sering terjadi tidak banyak memakan korban jiwa. Pengetahuan teoritis, observasi, dan pemodelan yang dikembangkan masyarakat ilmiah di sana patut kita tiru. Pemerintah hendaknya makin peduli akan hal ini.
No comments:
Post a Comment