Thursday, October 28, 2010

Merapi, mbah Marijan, dan wedhus gembel

Sejak 4 tahun yang lalu, seiring dengan batuk-batuknya gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah, nama mbah Marijan melambung tinggi bahkan dia dikontrak untuk iklan jamu terkenal (Sido Muncul) untuk mengiklankan produk jamu terkenal Kuku Bima dengan mengatakan ROSA (bahasa Jawa: yang artinya "kuat"). Tetapi letusan gunung Merapi dengan fenomena wedhus gembelnya kali ini (2010) tidak cukup kuat ditanggung mbah Marijan. Dia meninggal dalam sujudnya. Wedhus gembel (biri-biri) adalah awan panas yang mempunyai temperatur sangat tinggi, kurang lebih 500-600oC ... suatu temperatur dimana tidak ada makhluk hidup yang tahan dan bisa hidup pada suhu tersebut. Tumbuh-tumbuhan yang dilanda awan panas ini akan meranggas, sedangkan hewan dan manusia bisa menjadi daging matang. Panas yang sangat tinggi akan menyebabkan udara menjadi sangat renggang dan manusia dan hewan akan sangat kesulitan bernafas. Jadi sebelum menjadi daging matang, seorang manusia akan mati lemas.

Merupakan tantangan yang sangat besar bagi dinas vulkanologi untuk dapat mengurangi dampak yang diakibatkan wedhus gembel ini. Tidak ada yang dapat dilakukan selain dari memberikan informasi seakurat mungkin kepada masyarakat untuk segera meninggalkan gunung bila suatu gunung akan segera meletus. Namun perlu kita sadari pula bahwa masyarakat tidak mudah percaya pada informasi yang disampaikan. Masyarakat ilmiah belum dapat meramalkan kapan suatu gunung akan meletus, seakurat ramalan gerhana matahari atau bulan dimana sampai dapat diketahui menit dan detiknya suatu gerhana akan terjadi. Banyak memang teori-teori untuk meramal gempa, tapi tidak ada yang dapat memperkirakan secara persis suatu gunung meletus dan gempa akan terjadi. Memang sebelum gunung meletus ditandai dengan frekwensi gempa yang makin meningkat, tapi kapan meletusnya tidak dapat diketahui. Inilah alam; semuanya serba mungkin dan sulit untuk diprediksi kemauannya.

Informasi tentang gunung meletus ini sering tidak akurat sehingga masyarakat sering mengabaikannya. Mereka seringkali mendasarkan tindakannya dengan kebiasaan yang terjadi. Bila lahar dan awan panas biasanya mengarah ke selatan, maka masyarakat lereng gunung di sisi barat, utara dan timur biasanya tenang-tenang saja. Padahal sikap seperti ini sangat membahayakan diri mereka sendiri karena perilaku gunung dan awan tidak mudah ditebak. Informasi yang sangat penting menjadi seringkali tidak berguna bila masyarakat menjadi apatis. Kekhawatiran kehilangan harta benda, menjadi alasan utama penduduk tidak mau mengungsi. Mereka baru mengungsi setelah semuanya terlambat ...

Oleh karena itu, saya sebagai saintis menghimbau kepada masyarakat untuk mematuhi himbauan yang disampaikan dinas yang berwenang manakala bahaya mulai menjelang. Informasi-informasi yang disampaikan dinas vulkanologi, meteorologi-klimatologi dan geofisika hendaknya disambut secara rasional dan dicerna dengan baik karena barangkali informasi tersebut akan menyelamatkan jiwa kita dan keluarga.

*) turut berduka cita untuk saudaraku mbah Marijan dan saudara-saudara kita yang tertimpa bencana gunung Merapi dan tsunami. Semoga mereka-mereka yang telah meninggal diterima di sisi Nya dan diterima amalnya selama di dunia ini.

No comments:

Post a Comment