Berita tentang nasib tenaga kerja wanita yang teraniaya di luar negeri sudah merupakan sesuatu yang biasa. Selama ini ratusan ribu tenaga kerja wanita kita berangkat ke luar negeri untuk mencari nafkah dengan bekal pengetahuan yang minim tentang negera asal tujuan serta pendidikan yang rendah. Kemampuan bahasa asingpun tidak memadai untuk berkomunikasi dengan atasan mereka/ majikan mereka. Jadi tidaklah aneh jikalau banyak tenaga kerja wanita kita yang dianiaya, dilecehkan, bahkan "terbunuh". Yang mengherankan pula, pemerintah tidak kuasa untuk mencegah tenaga kerja wanita tersebut diperlakukan demikian karena sebagian dari mereka merupakan pekerja ilegal, tanpa dokumen resmi. Lapangan pekerjaan di dalam negeri yang makin sulit untuk para pekerja wanita serta iming-iming gaji besar (kalau dikurskan ke rupiah) di negara lain menyebabkan berbondong-bondong mereka berangkat keluar negeri. Para makelar tenaga kerja yang menyalurkan kepada PJTKI dan PJTKI yang nakal banyak memanfaatkan keadaan mereka dan bahkan memeras mereka. Kita sering dengar dan baca dari media massa, para calon tenaga kerja yang disekap dan diisolir di kamp-kamp penampungan sebelum berangkat ke luar negeri selama berbulan-bulan. Kita juga sering baca di media massa, sejumlah tenaga kerja wanita yang baru pulang dari luar negeri dengan membawa dollar, ringgit, atau dinar diperas sebelum pulang ke kampung halamannya. Itu adalah perlakuan saudara-saudara sebangsa. Bagaimana dengan perlakuan bangsa lain ... sudah sering kita dengar pula. Ada yang cacat seumur hidup, diperkosa, dijual ke tempat pelacuran, meninggal, masuk penjara atau menjadi gelandangan di negeri orang.
Pemerintah seyogyanya tanggap akan masalah ini. Ekspor tenaga kerja tak terdidik dan tak terampil dan hanya menjadi babu-babu di negeri orang sangat merusak citra dan martabat bangsa Indonesia. Sudah sepantasnya jika pemerintah memberikan lapangan pekerjaan yang layak bagi mereka, misal dengan membuat program padat karya di banyak daerah. Uang-uang hasil korupsi harus disita dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Pendidikan harus menjangkau sampai masyarakat kecil dan pelosok desa dengan biaya murah atau digratiskan. Kesempatan menempuh pendidikan untuk rakyat miskin harus dibuka lebar. Pembangunan tidak hanya berpusat di kota-kota besar saja tapi harus menjangkau daerah terpencil. Dengan demikian pembangunan akan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Para pejabat harus sering turun ke bawah dan mendengarkan aspirasi rakyat, tidak hanya sering bepergian ke luar negeri dengan dalih sudah dianggarkan dimana sebenarnya hanya untuk menghabiskan sisa anggaran. Sumpah jabatan dan sumpah pegawai negeri seharusnya dipegang teguh dan benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata, tidak hanya sekedar di lidah saja. Law enforcement benar-benar ditegakkan dengan jujur dan adil. Andai ini semua diwujudkan, bukan tidak mungkin tujuan bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila sudah diambang pintu. Semoga harapan seperti ini tidak hanya merupakan mimpi di siang bolong.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Tuesday, November 16, 2010
Friday, October 29, 2010
Tsunami itu kembali terjadi ...
Bencana alam tsunami itu kembali terjadi tanpa disangka-sangka. Ketika kita menyoroti aktivitas gunung Merapi di Jawa Tengah yang makin meningkat, gempa bumi tektonik di dasar laut sekitar Mentawai mengguncang pulau-pulau di sekitarnya. Karena adanya sesar naik maka permukaan air laut seperti dikedut yang berakibat terjadinya tsunami. Tidak ada yang aneh pada tsunami-tsunami di pantai barat Sumatera selama ini. Ini karena pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia mempunyai batas di sekitar perairan barat Sumatera. Karena usaha bumi untuk terus menerus melakukan penstabilan diri setelah gempa tektonik di Aceh yang berakibat tsunami tahun 2004 yang lalu, maka terlihat bahwa gempa yang berakibat tsunami di Mentawai ini juga merupakan rangkaian dari peristiwa sebelum-sebelumnya.
Anak Krakatau di selat Sunda beberapa hari terakhir juga meningkat aktivitasnya. Sepertinya jalur patahan ini memang masih labil dan akan terus menerus menuju upaya kestabilan. Entah akan berapa lama keadaan stabil di jalur patahan ini terjadi karena aktivitas di jalur patahan pada suatu tempat tertentu akan memicu penstabilan di tempat yang lain. Ini karena lapisan astenosfer yang lebih lunak di bawah lapisan lithosfer/kerak bumi terus mengalami pergeseran. Arus konveksi terus berlangsung walau dalam gerak yang sangat pelan.
Yang harus makin disadarkan kepada masyarakat adalah pengetahuan tentang alam Indonesia yang begitu unik. Kebanyakan wilayah kita berada di batas lempeng (itu untuk bumi padatnya), kita berada di perbatasan samudra Hindia dan samudra Pasifik (untuk hidrosfernya), dan wilayah kita merupakan wilayah yang unik dari sisi sirkulasi atmosfernya/ cuaca dan iklimnya. Oleh karena itu para ilmuwan khususnya bidang kebumian sangat dituntut untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenali alam lingkungan Indonesia. Kita mesti harus belajar pada masyarakat Jepang yang juga merupakan masyarakat kepulauan dalam "mengikuti irama" alamnya, bersahabat dengan alam sehingga bencana alam yang sering terjadi tidak banyak memakan korban jiwa. Pengetahuan teoritis, observasi, dan pemodelan yang dikembangkan masyarakat ilmiah di sana patut kita tiru. Pemerintah hendaknya makin peduli akan hal ini.
Anak Krakatau di selat Sunda beberapa hari terakhir juga meningkat aktivitasnya. Sepertinya jalur patahan ini memang masih labil dan akan terus menerus menuju upaya kestabilan. Entah akan berapa lama keadaan stabil di jalur patahan ini terjadi karena aktivitas di jalur patahan pada suatu tempat tertentu akan memicu penstabilan di tempat yang lain. Ini karena lapisan astenosfer yang lebih lunak di bawah lapisan lithosfer/kerak bumi terus mengalami pergeseran. Arus konveksi terus berlangsung walau dalam gerak yang sangat pelan.
Yang harus makin disadarkan kepada masyarakat adalah pengetahuan tentang alam Indonesia yang begitu unik. Kebanyakan wilayah kita berada di batas lempeng (itu untuk bumi padatnya), kita berada di perbatasan samudra Hindia dan samudra Pasifik (untuk hidrosfernya), dan wilayah kita merupakan wilayah yang unik dari sisi sirkulasi atmosfernya/ cuaca dan iklimnya. Oleh karena itu para ilmuwan khususnya bidang kebumian sangat dituntut untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk mengenali alam lingkungan Indonesia. Kita mesti harus belajar pada masyarakat Jepang yang juga merupakan masyarakat kepulauan dalam "mengikuti irama" alamnya, bersahabat dengan alam sehingga bencana alam yang sering terjadi tidak banyak memakan korban jiwa. Pengetahuan teoritis, observasi, dan pemodelan yang dikembangkan masyarakat ilmiah di sana patut kita tiru. Pemerintah hendaknya makin peduli akan hal ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)