Wednesday, July 1, 2015

Pengalaman menumpang pesawat Hercules ABRI

Kecelakaan pesawat yang menimpa Hercules TNI AU mengingatkanku pada saat pertama kali aku naik pesawat Hercules tersebut era tahun 1997an. Saat itu aku mewakili Rektor ITB dalam acara peresmian monumen Latsitarda bersama para pembesar AKABRI dan ABRI di Propinsi Riau. Latsitarda adalah Latihan Integrasi Taruna Dewasa, yakni suatu kegiatan semacam Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang melibatkan para taruna keempat angkatan (Akmil, AAL, AAU, Akpol), STPDN, dan perguruan-perguruan tinggi daerah ditambah dengan beberapa perguruan tinggi seperti UI, ITB, dan UGM, serta ITS. Peresmian monumen dilaksanakan oleh Jendral Feisal Tandjung (almarhum). Ketika berangkat menuju Pekanbaru dilakukan dengan pesawat komersial yang kemudian dilanjutkan jalan darat ke Dumai. Pada saat selesai acara peresmian tersebut, tamu undangan termasuk aku di antaranya, diangkut dengan pesawat Hercules menuju Jakarta (bandara Halim Perdanakusumah). Satu pesawat denganku adalah para gubernur keempat angkatan (pak Djoko Soebroto, pak Soedarsono, pak Chepy Hakim, pak ... (lupa namanya, beliau gubernur Akpol), ketua STPDN (pak IGK Manila), dan PR III ITS. Dan, kemudian setelah menurunkan beliau-beliau, aku diangkut pesawat bersama ketua STPDN ke Bandung. Pengalaman yang aku alami dengan menggunakan pesawat Hercules tersebut adalah bahwa pesawat tersebut nyaman untuk dinaiki, mungkin karena waktu itu musim kemarau dan tidak banyak perawanan serta turbulensi. Tidak ada goncangan yang berarti, meskipun tempat duduknya memang dirancang untuk tujuan militer. Aku pikir mungkin pesawat-pesawat sejenis yang mengalami kecelakaan di Medan kemarin siang. Usia tua, meskipun dirawat dengan baik tidak menjamin bisa beroperasi dengan optimal. Sudah selayaknya pemerintah memperkuat TNI dengan peremajaan alutsista modern. PT Pindad dan PTDI serta industri-industri strategis yang lain harus didorong dan disokong dengan pendanaan yang memadai. Tanpa itu semua, negara kita makin rapuh dan rentan terhadap serangan militer dan gangguan keamanan dari negara lain. Contoh-contoh nyata sudah di pelupuk mata. Jadi tunggu apa lagi??? Mumpung pak Habibie dan generasi penerusnya yang bertebaran di berbagai negara produsen pesawat masih ada dan mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi.

Tuesday, June 30, 2015

Kecelakaan pesawat TNI AU di Medan

Kembali bangsa Indonesia diterpa duka yang mendalam setelah 113 orang penumpang pesawat Hercules milik TNI tadi siang (Selasa, 30 Juni 2015)  jatuh di Medan Sumatera Utara. Ini merupakan peristiwa yang kesekian kalinya menimpa angkatan bersenjata kita yang jatuh, entah karena memang pesawat tua entah karena sebab lain. Kalau kita lihat citra satelit  cuaca tadi siang , yang terlihat adalah bahwa kota Medan hanya terselimuti awan-awan rendah yang kelihatannya tidak berpotensi besar pada jatuhnya pesawat. Hanya di sebelah barat kota Medan khususnya di atas kawasan Gunung Leuser National Park yang awannya cukup masif. Awan tebal ini jauh lebih berpotensi pada pesawat daripada awan-awan yang terbentuk di atas Medan. Tapi kita tunggu saja hasil investigasi atas masalah ini dengan doa agar arwah para penumpang pesawat tersebut diterima di sisi Allah swt dan ditempatkan pada sisi terbaik NYA serta keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan. Semoga kejadian semacam ini tidak terjadi lagi di tanah air. Amin.

Sunday, June 28, 2015

Kekeringan merupakan bencana alam yang serius

Beberapa waktu ini di banyak wilayah di dunia telah diberitakan adanya kekeringan yang melanda, seperti misalnya di Korea Utara yang bisa mengancam ketahanan pangan di sana. Bahkan disebut-sebut dikhawatirkan bencana alam tersebut menyebabkan banyak penduduk di sana harus makan rumput karena padi gagal panen. Hal ini bisa dipahami karena padi tidak dapat mengeluarkan bulirnya karena proses fotosintesis dimana membutuhkan air tidak terjadi dengan baik. Kita tahu bahwa sebenarnya panen produksi pertanian tidak lain adalah panen hasil fotosintesis.
Kekeringan yang sama juga melanda negara bagian California Amerika Serikat sehingga memaksa otoritas yang berwenang di bidang air memaksa warganya untuk memotong kebutuhan air keluarga sampai 30% lebih bila tidak ingin kena denda.
Di Indonesia beberapa daerah di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur juga sudah banyak yang mengalami kekeringan, baik kekeringan meteorologis, hidrologis maupun agronomis. Kekeringan meteorologis banyak terkait dengan kejadian El Nino yang terjadi di lautan Pasifik yang diprediksi akan sampai pada tahap moderat ditambah dengan normal sedikit positif pada indeks dipole mode yang terjadi di Samudra Hindia dan melemahnya monsoon. Bergesernya pola perawanan yang saat ini banyak terdapat pada sisi utara ekuator Indonesia menyebabkan sisi sebelah selatan kurang atau bahkan tidak mendapatkan pasokan hujan. Dalam jangka waktu yang agak panjang (orde bulanan) hal ini bisa memicu ketiga kekeringan tersebut di atas.  Sebenarnya pola-pola semacam ini sering terjadi sepanjang waktu namun rasanya masih saja kita banyak kecolongan.  Seharusnya setiap instansi pemerintah lebih intensif lagi dalam memperhatikan masalah cuaca, musim dan iklim (cusiklim) dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Jangan sampai terjadi pada saat kondisi cusiklim memungkinkan atau kondusif justru permasalahan administratif (baca: turunnya dana pembangunan) menjadi kendala. Seberapa hebatnya suatu negara, mempunyai persenjataan canggih dan modern, angkatan bersenjata yang kuat, bisa  menjadi tidak berdaya bila mayoritas penduduknya kelaparan yang dipicu oleh cusiklim yang tidak kondusif.

Thursday, June 25, 2015

Peluang memperoleh ikan laut meningkat

Musim kemarau yang sedang dan akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia seharusnya disambut gembira oleh para nelayan. Angin tenggara sudah terbentuk dengan lebih sempurna yang melanda wilayah sebagian besar Indonesia bagian selatan ekuator. Meskipun kecepatan anginnya relatif agak besar dan cukup kuat (lebih dari 30 km/jam) untuk hari besok (25/6) namun untuk kapal-kapal dengan tonase cukup besar tidak membawa dampak yang berarti. Dalam beberapa waktu mendatang diprakirakan bahwa kecepatan angin ini akan mengecil seiring dengan gangguan yang terjadi di samudra Hindia dan Pasifik yang memperlemah monsoon seperti yang disampaikan peneliti LAPAN. Oleh karena itu untuk kapal-kapal nelayan yang umumnya berukuran kecil agak sedikit lebih sabar untuk menunggu saat yang tepat dalam mencari ikan. Gelombang laut jauh tidak akan sebesar waktu-waktu sebelumnya (Oktober - Desember/Januari) kemarin. Oleh karena itu, persiapkan dan tangkaplah ikan sebanyak-banyaknya mumpung kondisi cuaca dan musim akan membaik. Pembentukan daerah upwelling yang kaya ikan akan banyak terbentuk di pantai selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Kebijakan pemerintah yang mendukung nelayan dan pengusaha ikan menjadi tuan rumah di negeri sendiri sudah seharusnya dimanfaatkan dengan baik. Jadi tunggu apalagi?? Go go go ...

Saturday, June 20, 2015

El Nino modoki dan peluang dampaknya bagi wilayah Indonesia

Akhir-akhir ini diberitakan di media massa akan adanya kemungkinan terjadinya El Nino modoki di samudra Pasifik. El Nino jenis ini berbeda dengan El Nino yang biasa disebut (El Nino konvensional) karena letak anomali pemanasan permukaan laut Pasifik tropis terjadi khususnya di Pasifik tengah ekuator dimana di sisi timur dan baratnya mengalami anomali pendinginan. Ini tentu saja akan menjadi wilayah dimana perawanan di Pasifik tengah ekuator meningkat sementara di sebelah timur dan baratnya akan menjadi wilayah yang kurang aktivitas konvektifnya. Sirkulasi Walker yang berarah zonal akan terpecah menjadi dua yakni bergerak ke barat dan ke timur di troposfer atas. Dampak yang mungkin terjadi dengan kejadian ini khususnya untuk wilayah Indonesia adalah berkurangnya aktivitas hujan. Apalagi hal ini didukung oleh fakta bahwa suhu permukaan laut wilayah perairan Indonesia dan sekitarnya mendingin. Penelitian tentang hal ini seharusnya didorong dan mendapat dukungan dari pemerintah mengingat penelitian-penelitian sejenis seringkali dilakukan oleh para peneliti luar negeri yang pemahaman tentang pola cuaca dan iklim di Indonesia lebih banyak kita kuasai. BMKG, LAPAN, perguruan-perguruan tinggi yang terkait dengan penelitian cuaca, musim dan iklim harus bahu membahu untuk mengungkapkan rahasia alam ini agar masyarakat khususnya Indonesia memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari karunia Illahi ini.

Sunday, June 14, 2015

Penelitian baru tentang perubahan iklim

Penelitian perubahan iklim ini sangat menarik untuk disimak dimana banjir dalam gua  membawa lumpur yang menempel pada stalagmit yang dapat digunakan untuk memperkirakan kejadian perubahan iklim sampai 2 millennium ke belakang. Banjir ini berkaitan dengan aktivitas siklon tropis yang dipengaruhi oleh kejadian El Nino dan La Nina di lautan Pasifik. Selanjutnya silahkan baca di artikel menarik ini.

Saturday, June 13, 2015

Meluruskan pemikiran tentang hujan di musim kemarau

Sejak beberapa waktu ini, sebagian wilayah Indonesia sudah ada yang menginjak musim kemarau. Ini bisa dipahami karena gerak semu matahari sudah hampir sampai pada titik balik utaranya yakni di 23,5o lintang utara. Beberapa daerah sudah mulai mengalami kekeringan meskipun hanya spot-spot tertentu, belum merata. Di banyak wilayah hujan juga masih kadangkala terjadi meskipun tidak sering. Pertanyaan yang sering muncul di kalangan awam adalah: "sudah" musim kemarau, kok masih ada hujan. Ini bisa dimengerti karena pandangan masyarakat umumnya selalu menganggap bahwa kalau sudah musim kemarau maka tidak akan ada hujan. Ini salah! Pada musim kemarau di Indonesia, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Bisa jadi dalam dasarian (sepuluh harian) tertentu terjadi hujan namun diikuti dengan tidak ada hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan bahwa awal musim kemarau terjadi bila pada suatu dasa harian tertentu curah hujannya kurang dari 50 milimeter yang diikuti oleh dasa harian - dasa harian selanjutnya yang juga kurang dari 50 milimeter. Dengan demikian maka seharusnya kita bisa menentukan awal musim kemarau setelah kita tahu dari data satu bulan. Namun bukan berarti kita tidak dapat "menduga" bahwa musim kemarau telah terjadi. Ini dilakukan dengan misalnya melihat klimatologinya atau dari streamline massa udaranya pada suatu waktu tertentu.
Yang juga menarik untuk diketahui adalah bahwa ada kejadian dimana mungkin curah hujan suatu dasa harian  sudah kurang dari 50 milimeter yang kemudian diikuti oleh satu dasa harian yang curah hujannya juga kurang dari 50 milimeter namun kemudian curah hujan pada dasa harian berikutnya lebih dari 50 milimeter. Dasa harian (dasarian) yang disebut pertama tersebut belum bisa dikatakan sebagai awal musim kemarau. Kenapa?? Tunggu jawaban saya pada posting berikutnya ya ...

Monday, June 8, 2015

Mungkinkah terjadi gelombang panas di Indonesia???

Beberapa waktu yang lalu, gelombang panas  melanda wilayah India dan menewaskan lebih dari 2000 orang. Gelombang panas ini mengakibatkan suhu udara di sebagian India mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, suatu suhu yang menurut ukuran kebanyakan orang Indonesia sangat tinggi dan panas. Di kota-kota besar di Indonesia, suhu tertinggi sekitar 34 derajat celcius. Ini terasa sangat panas, namun karena kelembapan relatif yang cukup tinggi maka dehidrasi dan sunstroke tidak pernah dilaporkan. Pertanyaan yang mungkin menggelitik anda-anda yang asli Indonesia adalah "apakah gelombang panas seperti di India bisa melanda Indonesia??". Boleh dikatakan bahwa peristiwa gelombang panas seperti itu tidak akan dijumpai di wilayah Indonesia. Mengapa demikian?? Tidak lain karena di wilayah kita tidak dijumpai adanya pegunungan yang sangat tinggi, jauh dari padang pasir, dan wilayah Indonesia yang berupa wilayah kepulauan. Pegunungan tertinggi di wilayah kita yakni Jaya Wijaya terdapat di provinsi Papua. Tidak pernah dilaporkan bahwa terjadi gelombang panas di sana selain dari efek Foehn yakni angin Warmbraw. Di beberapa wilayah Indonesia yang lain, efek Foehn juga dilaporkan yakni angin Bohorok di Sumatera Utara, angin Kumbang di Jawa Barat, angin Brubu di Sulawesi Selatan, dan lain-lain.
Padang pasir terdekat yang efeknya sampai di Indonesia adalah padang pasir di Australia yang mempengaruhi pembentukan "heat/warm surge". Penelitian tentang fenomena ini jarang dilakukan karena efeknya di Indonesia tidak sehebat monsoon. Penelitian  saintis Australia hanya marak pada era tahun 1990 an, itupun tidak mendapatkan banyak perhatian para saintis Indonesia.
Wilayah Indonesia yang terdiri banyak pulau yang dihubungkan oleh laut membawa dampak pula pada tingginya penguapan sehingga kelembapan relatif udara di wilayah ini tinggi. Akumulasi dari ketiga faktor tersebut menyebabkan wilayah kita tidak akan mengalami gelombang panas. Jadi, tenanglah!

Friday, April 10, 2015

Struktur vertikal atmosfer (2)

Apa yang sudah disampaikan pada bagian (1) adalah struktur vertikal atmosfer berdasarkan temperatur yang membagi lapisan ke dalam lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Berdasarkan komposisinya, atmosfer dapat dibagi menjadi tiga lapisan yakni lapisan homosfer, heterosfer, dan eksosfer. Lapisan homosfer berada pada ketinggian di bawah 80 km ( ada sebagian buku yang menyebut 100 km). Lapisan ini teraduk dengan baik oleh peristiwa turbulensi sehingga relatif komposisinya homogen. Komposisi atmosfer lapisan homosfer modern antara lain terdiri dari nitrogen (78,084% by volume), oksigen (20,946%), argon (0,934%), karbondioksida (0,037%), metana (0,00014%), ozon (bervariasi). Lapisan ini banyak mengandung atom dan molekul yang berat. Berbeda dengan lapisan di atasnya yakni heterosfer yang berada pada ketinggian 80 - 480 km. Pada lapisan heterosfer, terjadi pemisahan molekul dan atom dimana atom dan molekul yang berat berada pada sisi dalam sedangkan atom dan molekul yang ringan berada pada sisi luar atmosfer bumi. Sebagai contohnya oksigen dan nitrogen berada pada sisi dalam, sedangkan hidrogen dan helium pada sisi luar. Pemisahan molekul dan atom ini terjadi karena tidak ada proses turbulensi seperti halnya di lapisan homosfer. Lapisan ini hanya mempunyai massa kurang dari 0,001% massa atmosfer. Lapisan di atas lapisan heterosfer adalah eksosfer. Di lapisan ini atom helium dan hidrogen kehilangan ikatan dengan gravitasi bumi.
Terakhir adalah pembagian lapisan atmosfer berdasarkan pada fungsinya yakni lapisan ozonosfer dan ionosfer. Sesuai dengan namanya, lapisan ozonosfer mengandung banyak ozon khususnya pada ketinggian antara 20 dan 30 km di atas permukaan bumi. Lapisan ini banyak manfaatnya khususnya karena fungsinya yang menyerap radiasi gelombang pendek ultraviolet yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup di bumi. Oleh karena itulah maka ketika lapisan ini bolong atau berlubang (yang dikenal dengan istilah lubang ozon) dan lubangnya makin membesar maka banyak diributkan orang. Pembahasan lubang ozon ini akan disampaikan pada waktu mendatang. Di atas lapisan ini terdapat lapisan ionosfer yang dulu sangat berguna dalam bidang komunikasi radio. Lapisan ini terdiri dari lapisan D, E dan F. Lapisan D hanya ada pada siang hari dan tidak ada pada malam hari. Lapisan-lapisan tersebut memungkinkan gelombang radio bisa diterima pada tempat lain bahkan benua lain.

Tuesday, March 31, 2015

Struktur vertikal atmosfer (1)

Atmosfer bumi yang terdiri dari beberapa lapisan banyak manfaatnya bagi kehidupan di permukaan bumi. Lapisan-lapisan tersebut bila dimulai dari lapisan yang paling dekat dengan permukaan bumi adalah troposfer, stratosfer, mesosfer dan thermosfer. Setiap lapisan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri. Pada lapisan troposfer inilah peristiwa cuaca terjadi. Lapisan ini mengandung paling banyak aerosol dan molekul massa udara. Lapisan ini mempunyai pola lapse rate dimana temperatur menurun terhadap ketinggian, hal yang sama juga terjadi di lapisan mesosfer. Pada lapisan stratosfer dan thermosfer, pola yang berlawanan dengan lapisan troposfer dan mesosfer terjadi. Pada dua lapisan ini, temperatur meningkat terhadap ketinggian atau yang sering disebut dengan istilah inversi.  Tekanan udara menurun terhadap ketinggian dimana polanya berupa eksponensial, sama seperti pola densitas udara terhadap ketinggian. Pola ini dapat dibaca dengan mudah pada diagram aerologi atau diagram thermodinamika. Salah satu jenis diagram aerologi yang paling sering digunakan adalah diagram skew T log p.
Pertanyaan awam mengapa temperatur menurun terhadap ketinggian sering membuat geli bagi saya. Mengapa kok justru menurun, bukan malah meningkat karena makin mendekati matahari. Jawaban yang juga mudah untuk disampaikan adalah bahwa sumber pemanasan di dekat permukaan bumi adalah permukaan bumi itu sendiri. Radiasi gelombang panjang bumi yang sebenarnya juga berasal dari radiasi matahari banyak memanaskan udara di dekat permukaan bumi. Sehingga dengan demikian maka terjadi lapse rate di lapisan troposfer. Ini dengan mudah bisa dipahami oleh mereka-mereka yang suka naik gunung/ hiking. Semakin tinggi gunung yang didaki maka semakin dingin udara yang mereka rasakan.
Mengapa tekanan juga menurun terhadap ketinggian? Hal ini bisa dijelaskan dengan hukum fisika yakni bahwa tekanan sama dengan perbandingan antara gaya berat dan luas permukaan. Pada kasus ini gaya berat merupakan hasil kali antara massa dan gravitasi. Mengingat bahwa gravitasi makin menurun terhadap ketinggian maka tekanan juga akan menurun terhadap ketinggian.
Seperti telah disebut di atas, makin meningkat ketinggiannya maka udara makin renggang. Hal ini bisa dibuktikan ketika mendaki gunung Everest misalnya, napas kita akan makin berat karena makin tipisnya udara. Hal yang sama juga terjadi pada orang yang melakukan jogging pada siang hari yang panas. Paru-paru dipacu sehingga membutuhkan udara dalam jumlah yang banyak. Namun karena udara renggang akibat radiasi matahari dan radiasi bumi maka napas kita akan tersengal-sengal karena kekurangan udara atau oksigen.
Untuk kelanjutan topik ini, nantikan tulisan selanjutnya ... 

Thursday, March 26, 2015

Kecelakaan pesawat Germanwings

Kembali dunia penerbangan berduka. Kali ini menimpa airline berbiaya murah Jerman yang berbasis di Cologne yakni Germanwings. Airline yang dimiliki sepenuhnya oleh Lufthansa ini mengalami kecelakaan di selatan Perancis dekat Digne-les-Bains pegunungan Alpen dan menewaskan 144 penumpang, 2 pilot dan 4 crew pesawat. Airbus A320-211 dengan nomer penerbangan 9525 ini sedang dalam penerbangan dari Barcelona (Spanyol) ke Dusseldorf (Jerman). Kecelakaan ini terjadi pada Selasa 24 Maret 2015 jam 10:47 CET dimana penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Dilaporkan bahwa serpihan pesawat terbesar yang ditemukan sebesar mobil. Black box pesawat dilaporkan sudah ditemukan. Kita tunggu saja kabar selanjutnya.

Thursday, March 12, 2015

Faktor penentu iklim

Terdapat delapan faktor yang menentukan iklim di suatu tempat. Kedelapan faktor tersebut adalah lintang, massa udara, kontinentalitas, arus laut, ketinggian/topografi, sistem tekanan, sirkulasi atmosfer, dan lautan.
Suatu tempat dengan lintang tertentu tentu akan terpengaruh iklimnya misalnya kota di lintang rendah tentu mempunyai iklim tropis yang panas, lebih panas dibandingkan dengan kota yang terletak di lintang 60 derajat. Kota Jakarta dengan kota California tentu mempunyai suhu yang lebih besar di Jakarta dibanding di California meskipun rentang suhunya lebih besar di California. Berdasarkan lintangnya kita mengenal iklim tropis, iklim sedang/temperate dan iklim kutub. Makin tinggi lintang maka makin rendah temperaturnya. Beruntunglah Indonesia terletak di lintang tropis yang sepanjang tahun fluktuasi temperaturnya tidak besar.
Faktor selanjutnya yakni massa udara. Kita mengenal beberapa macam massa udara yakni maritim tropis, kontinental tropis, maritim polar, kontinental polar, maritim arctic dan kontinental arctic. Penamaan maritim dan kontinental didasarkan pada sifat massa udara yang lembap atau kering, sedangkan penamaan tropis dan polar serta arctic tidak lain didasarkan pada suhunya. Oleh karena itu maka maritim tropis, misalnya, merupakan massa udara yang lembap dan suhunya tinggi. Tentang massa udara ini telah saya tulis sebelumnya di blog ini.
Faktor yang lain yakni kontinentalitas, bisa dijelaskan sebagai berikut. Sifat kontinen adalah cepat menyerap dan melepaskan panas sedangkan sifat lautan adalah lambat menyerap dan melepaskan panas. Perbedaan sifat inilah yang menyebabkan adanya gerak udara dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Perbedaan  sifat dari permukaan yang menerimanya inilah yang juga mendorong sirkulasi udara yang bermanfaat untuk meredistribusi panas di muka bumi. Redistribusi energi panas tidak hanya dilakukan melalui sirkulasi udara namun juga dilakukan melalui sirkulasi arus laut. Oleh sebab itu wajar jika suatu tempat di pinggir pantai akan sangat dipengaruhi iklimnya oleh lautan. Wilayah yang berada dekat lautan umumnya mempunyai jangkauan temperatur yang tidak sebesar wilayah yang jauh di pedalaman.
Pengaruh topografi atau ketinggian akan sangat terlihat ketika kita naik ke puncak gunung dimana biasanya temperaturnya menurun. Iklim pegunungan merupakan kajian yang menarik mengingat wilayah di windward biasanya lebih rendah temperaturnya dan lebih lembab dibanding dengan wilayah leeward. Ini dibuktikan dengan munculnya efek Foehn di banyak daerah di sekitar pegunungan.

Saturday, March 7, 2015

Pembatalan Ramalan musim 2015

Terkait dengan apa yang sudah saya tulis bulan lalu tentang ramalan musim, maka setelah saya buka-buka file lama ternyata peminat ramalan musim sangat sedikit. Oleh karena itu maka saya tidak jadi melakukan ramalan musim untuk tahun 2015. Mohon pembaca yang budiman maklum.

Tuesday, February 3, 2015

Ramalan musim 2015

Dalam beberapa hari mendatang saya akan mencoba meramal  kondisi musim tahun 2015 dari berbagai sumber yang kemudian diramu dan dianalisis menggunakan kacamata meteorologi dan klimatologi. Nantikan ya.

Tuesday, January 20, 2015

Jawaban soal ujian akhir semester Meteorologi Enjinering

Sesuai apa yang telah saya janjikan sebelumnya, berikut ini jawaban soal ujian akhir semester matakuliah Meteorologi Enjinering oleh salah seorang mahasiswa saya. Silahkan memberi nilai.

1.      Peran petugas/ahli meteorology dalam dunia penerbangan, adalah:
-          Melaporkan cuaca terkini di tempat yang akan dituju oleh pesawat;
-          Mengukur berbagai parameter meteorology seperti hujan, angin, visibilitas, perawanan, tekanan dan menyampaikannya ke pilot atau ke bandara-bandara lain yang memiliki koneksi untuk arus bolak balik pesawat dari dan ke tujuan tempat tersebut (pengukuran langsung/ observasi)
-          Melaporkan cuaca per satu jam untuk data dan prediksi di tempat tersebut dengan tepat;
-          Membuat data dan peta sinoptik di bandara tersebut guna untuk arsip data dan evaluasi kejadian-kejadian yang terjadi yang bisa digunakan untuk prediksi cuaca atau kejadian selanjutnya;
-          Menjaga dan mengawasi alat-alat yang digunakan untuk observasi agar tetap layak untuk digunakan.
2.      Hal-hal yang harus disampaikan kepada pilot pesawat untuk menerbangkan adalah:
-          Visibilitas. Ketika visibilitas rendah maka pilot tidak boleh menerbangkan pesawat. Minimal visibilitas adalah kurang lebih 2 km. Visibilitas berguna agar jarak pilot saat landing/take off dapat melihat dengan jelas daerah sekitar.
-          Informasi cuaca yang meliputi (tekanan, temperature, hujan asam) yang terjadi di daerah tempat yang akan dituju;
-          Informasi perawanan di sekitar bandara yang akan dituju, dimana jika tidak diberikan informasi maka pilot tidak tahu dimana tempat awan cumulonimbus yang mengandung petir. Jika tidak diberitahu, maka pesawat akan mengalami turbulensi di sekitar awan, dan akan jatuh.
-          Kondisi landasan bandara, apakah licin/tidak agar pesawat dapat berjalan dengan baik;
-          Jika kondisi cuaca di tempat yang dituju buruk, sebaiknya penerbangan ditunda;
-          Selain itu pilotjuga harus mengetahui informasi pesawat yang sedang berada di jalur yang sama dengan pesawat agar tidak terjadi tabrakan;
-          Pilot juga harus mengetahui jumlah penumpang agar dapat mengestimasi berat pesawat dengan kondisi kecepatan.
3.      Yang perlu diperbaiki dalam layanan informasi cuaca di bandara, adalah:
-          Alat-alat yang digunakan sebaiknya alat yang up to date (terkini), semakin canggih alatnya, maka akan semakin bagus laporan cuaca yang dihasilkan;
-          Alat yang adapun sebaiknya dikalibrasi dengan baik agar data yang terukur tidak salah dan teliti;
-          Kelengkapan alat meteorology juga perlu seperti radar. Saat berkunjung ke bandara kemarin, tidak terlihat adanya radar. Padahal radar penting untuk melakukan observasi;
-          Perlu adanya pengetahuan baru yang didapatkan oleh para pengamat cuaca di bandara, agar semakin mengerti tentang cuaca, maupun kondisi yang sedang terjadi;
-          Kemudian pengiriman data ke tower juga harusnya lebih tepat, jangan terlambat agar informasi cuaca yang didapat pilot sebelum terbang atau saat terbang tersampaikan dengan baik;
-          Pengamatan juga harusnya dilakukan dengan teliti, tidak asal-asalan, dan sesuai kaedah yang berlaku;
-          Hasil data juga sebaiknya dikirim ke BMKG/Pusat penerima informasi agar dapat diarsipkan, dan dapat dilihat kondisi cuaca yang terjadi;
-          Segala data yang diperoleh diarsipkan dengan baik.
4.      Jika terjadi kecelakaan pesawat yang mesti dilakukan adalah:
-          Memeriksa kondisi pesawat, kerusakan yang terjadi, serta mengetahui bagaimana kondisi saat sebelum take off. Hal ini ditanyakan kepada ahli mesin yang berada di bandara;
-          Mengumpulkan informasi dari para saksi. Baik itu saksi yang ada di sekitar bandara, maupun saksi yang berada di dalam pesawat (jika masih ada yang selamat) tentang apa yang terjadi di dalam pesawat;
-          Memeriksa kelayakan mesin pesawat, apakah layak digunakan/tidak;
-          Mengetahui/mencari informasi tentang kondisi cuaca saat itu. Apakah cerah/terjadi hujan, cuaca ekstrim dsb yang bisa membahayakan jika dilakukan penerbangan, hal ini ditanyakan kepada ahli meteorology di bandara;
-          Memeriksa kesehatan dari pilot pesawat. Apakah dalam keadaan sehat, mabuk, atau apakah dalam kondisi layak menerbangkan pesawat/tidak, jika pilot masih selamat;
-          Menanyakan kepada petugas meteorology sejauh mana informasi cuaca disampaikan kepada pilot;
-          Menanyakan kepada saksi di sekitar bandara, bagaimana pesawat jatuh/kejadian terjadi;
-          Menanyakan kepada petugas di bandara apakah kondisi landasan bagus/layak atau tidak untuk pesawat landing (jika kecelakaan pesawat terjadi di luar bandara);

-          Menanyakan kepada petugas meteorology apakah sudah dilakukan peringatan/belum jika di sana terjadi cuaca ekstrim dan seharusnya pesawat tidak boleh landing/terbang. 

Tuesday, January 13, 2015

Coba jawab pertanyaan berikut tentang meteorologi enjinering

Berikut ini saya sampaikan ujian akhir semester mata kuliah meteorologi enjinering yang saya ujikan pada tanggal 17 Desember 2014 yang lalu, beberapa hari sebelum kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 akhir Desember 2014. Jawaban bisa dikirim melalui email saya: joko.wiratmo@meteo.itb.ac.id. Seminggu mendatang akan saya posting jawaban salah satu mahasiswa saya. Coba anda beri nilai berapa jawaban mahasiswa saya tersebut.


SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER METEOROLOGI ENGINEERING
RABU, 17 DESEMBER 2014;  12.30 sd 13.45 WIB
R. LAB. METEOROLOGI TERAPAN

Setelah anda berkunjung ke tower meteorology Bandara Husein Sastranegara Bandung beberapa waktu yang lalu, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
1.   Jelaskan peran petugas/ahli meteorology dalam dunia penerbangan ! (25)
2.      Hal-hal apa saja yang harus disampaikan kepada pilot pesawat untuk menerbangkan pesawat? Jelaskan! (25)
3.      Apa saja yang perlu diperbaiki dalam layanan informasi cuaca di bandara? Jelaskan! (25)
4.      Jika anda seorang anggota KNKT (Komite Nasional Kecelakaan Transportasi) yang sedang menangani kasus kecelakaan pesawat terbang, apa saja yang mesti saudara tanyakan kepada saksi? Jelaskan! (25)
---------------------selamat mengerjakan, semoga sukses ------------------

Monday, January 5, 2015

Kecelakaan pesawat Air Asia perlu disikapi dengan bijak

Lebih dari seminggu yang lalu, pesawat Air Asia mengalami kecelakaan di atas selat Karimata, antara pulau Sumatera dan Kalimantan. Seratus enam puluh satu penumpang diduga meninggal dunia. Sampai hari ini (5 Januari 2015), 34 orang sudah diketemukan dalam keadaan meninggal dunia, dan beberapa sudah dapat diidentifikasi. Pencarian bangkai pesawat beserta penumpangnya dilakukan dengan sekuat tenaga dan kemampuan terbaik yang dimiliki Basarnas, TNI dan Polri dengan bantuan negara-negara sahabat. Tentu kita apresiasi kerja keras mereka.
Tidak lepas dari usaha yang telah dan sedang dilakukan, ternyata alam menunjukkan kuasanya. Kondisi cuaca dan laut sangat mempengaruhi keberhasilan Basarnas dalam menemukan para korban. Cuaca dalam beberapa hari ini kurang bersahabat ...hujan deras dan angin yang cukup kencang sehingga gelombang cukup tinggi mencapai 2 - 3 meter. Dalam kondisi semacam ini, tidak mudah bagi Basarnas untuk segera menemukan bangkai pesawat dan para penumpang pesawat.
Kembali ke awal kejadian ... diduga pesawat mengalami masalah karena cuaca buruk yang ditandai dengan banyaknya tumbuh awan-awan jenis kumulonimbus (Cb) dalam lintasan penerbangan. Awan ini memang banyak berkembang di wilayah Indonesia yang berupa kepulauan dan sepanjang tahun mengalami pemanasan dari matahari. Wilayah kita dilalui gerak semu matahari dari 23,5o lintang utara dan 23,5o lintang selatan. Pada saat ini matahari sedang berada di belahan bumi selatan dan bergerak menuju utara setelah mencapai 23,5o lintang selatan pada 21 Desember 2014. Wilayah konvergensi antar tropis (ITCZ: intertropical convergence zone) saat ini lebih banyak berada di selatan katulistiwa yang ditandai dengan banyaknya perawanan di selatan ekuator. Angin barat laut yang berhembus kemungkinan besar akan membawa bangkai pesawat menuju ke tenggara dari lokasi kejadian karena adanya arus yang timbul.
Perlu diketahui bahwa awan kumulonimbus timbul karena updraft yang kuat akibat pemanasan oleh matahari. Dalam era pemanasan global seperti sekarang ini, secara teoritis memang akan memicu perkembangan awan-awan Cb menjadi lebih besar. Memang harus ada penelitian yang mendalam mengenai masalah ini. Selama ini, wilayah Indonesia terbukti mempunyai perawanan Cb yang terbesar di dunia, mengalahkan Cb yang terbentuk di benua Afrika dan Amerika Selatan sekitar ekuator. Itulah sebabnya maka wilayah ini berperan sangat besar pada terbentuknya berbagai gelombang dan osilasi udara yang mempengaruhi cuaca dan iklim dunia.
Semoga dengan adanya kecelakaan pesawat Air Asia makin menguatkan perhatian kita tentang peran cuaca, musim dan iklim. Peningkatan sumber daya manusia yang didukung oleh peralatan yang modern harus diupayakan oleh pemerintah agar jasa penerbangan tidak dinodai oleh timbulnya berbagai kecelakaan yang menelan korban jiwa. Harga satu nyawa sekalipun tidak akan pernah terbayar dengan uang berapapun.


Tuesday, December 23, 2014

Bencana hidrometeorologis membutuhkan perhatian kita semua

Akhir-akhir ini bencana alam melanda di berbagai tempat di tanah air. Banjir, tanah longsor, puting beliung ... silih berganti datang dan pergi. Belum habis orang dikejutkan dengan terjadinya bencana tanah longsor di Banjarnegara Jawa Tengah, warga Bandung selatan sudah dipaksa mengungsi karena banjir. Di bagian lain Bandung, puting beliung menerpa bangunan-bangunan permanen dan meluluhlantakkannya. Belum lagi yang terjadi di seluruh penjuru tanah air. Mungkin banyak juga yang tidak terliput oleh insan pers.
Bencana banjir ini memang sudah diprakirakan sejak beberapa waktu yang lalu karena lingkungan yang makin rusak, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dan datangnya curah hujan yang besar pada waktu yang singkat (shower). Awan-awan jenis cumulonimbus dan nimbostratus makin sering terjadi dan menggayut di langit. Tidak heran jika peluang terjadinya banjir makin besar. Bukan tidak mungkin bahwa bencana hidrometeorologis ini akan melanda Indonesia sepanjang tahun 2015 mendatang. Semoga saja hal ini tidak terjadi.
Melihat distribusi tekanan rendah yang saat ini berada di selatan ekuator dan tekanan tinggi yang berada di utara ekuator maka peluang terjadinya hujan memang akan membesar, demikian juga dengan banjir apalagi diprediksi bahwa puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari dan Pebruari 2015 mendatang. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk melawan alam tersebut. Kita harus berpasrah diri. Namun dampak yang terjadi dapat kita kurangi dengan memelihara lingkungan agar alam ramah pula terhadap kita. Saluran-saluran air diperbaiki dan jangan dipenuhi dengan sampah serta dijaga jangan sampai menyempit. Daerah resapan air jangan dirambah untuk pemukiman dan industri. Tata ruang harus secara konsisten diperbaiki dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan law enforcement harus dilaksanakan jika ada pihak yang melanggar.
Lembaga-lembaga pemerintah seperti BMKG, BNPB/D, Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lainnya harus bahu membahu mengupayakan yang terbaik bagi bangsa ini. Beban tanggung jawab yang berat akan terasa ringan jika kita pikul bersama.

Tuesday, October 14, 2014

Kebakaran dan polusi asap akan berhenti secara alami.

Beberapa waktu ini, Sumatera dan Kalimantan dilanda kebakaran hutan. Siapa pembakarnya, sampai sekarang belum ada tindakan tegas yang menimbulkan efek jera. Kita semua tahu bahwasannya biasanya yang melakukan pembakaran dalam skala besar adalah perusahaan-perusahaan besar yang ingin mengusahakan hutan dan lahan untuk tujuan pertanian dan perkebunan atau kegiatan yang lain. Mereka tidak mau repot-repot membersihkan lahan dari semak belukar dalam area yang luas. Mereka pikir dengan cara membakar tentu biaya pembersihan akan jauh dapat ditekan dan lebih efisien serta efektif. Tetapi bukan tidak mungkin masyarakat luas melakukan hal yang sama untuk membersihkan ladangnya. Mereka semua tidak sadar dan tidak mau menyadari bahwa dampaknya bisa dirasakan masyarakat luas. Asap menyelimuti beberapa propinsi akhir-akhir ini dan mengganggu aktivitas penduduknya. Kejadian semacam ini sebenarnya sudah terjadi puluhan tahun dan paling masif setelah era reformasi. Mengherankan bahwa sampai sekarang masih saja terjadi hal yang sama (berulang). Sampai dengan hari ini, belum ada keluhan yang mengemuka dari pihak negara tetangga (Malasyia dan Singapura).
Seiring dengan waktu, kebakaran hutan dan polusi asap akan berakhir dengan sendirinya dengan akan datangnya musim hujan di tanah air. Hujan mulai turun di banyak tempat di tanah air yang mengindikasikan bahwa sebentar lagi memasuki musim hujan. Namun seharusnya kita tidak perlu pasrah dengan menunggu musim hujan datang. Sudah selayaknya pemerintah pusat dan daerah menerapkan sangsi yang tegas kepada pembakar semak belukar/ hutan yang menimbulkan polusi udara dalam skala luas. Aturan-aturan teknis dibuat agar bisa diimplementasikan di lapangan. Semoga ke depan masalah kebakaran hutan, asap dan polusi udara dapat segera dituntaskan dan dicari solusi terbaiknya.


Friday, August 15, 2014

Hujan, bagaimana bisa terbentuk?

Ada pertanyaan menarik dari salah seorang sahabatku, mengapa ada awan yang menghasilkan hujan dan ada pula awan yang tidak menghasilkan hujan. Ada baiknya untuk menjawabnya, kita melihat dulu ukuran inti kondensasi, tetes awan dan tetes hujan. Inti kondensasi berukuran sangat kecil 0,0002 mm, tetes awan berukuran 0,02 mm dan tetes hujan berukuran 2 mm. Tentu saja dibutuhkan jutaan buah tetes awan jika akan membentuk tetes hujan.
Namun perlu diingat bahwa awan akan terjadi jika ada inti kondensasi dan uap air. Tanpa ada kedua hal tersebut perawanan tidak akan terbentuk. Inti kondensasi yang berupa aerosol yang higroskopis (menyerap uap air di sekitarnya) dihasilkan dari banyak sumber. Misalnya dari asap kebakaran hutan, debu vulkanik, asap pabrik, partikel garam yang terpercik ke atmosfer karena tertiup angin, dan lain-lain. Sifat higroskopis dapat dengan mudah kita pahami dengan melihat mencairnya garam dapur yang diletakkan di atas meja. Garam dapur ini menyerap air di sekitarnya sehingga dia mencair; jadi tidak karena efek panas meskipun hal ini juga mungkin mempengaruhinya.
Pada saat awan sudah terbentuk karena proses kondensasi, proses tumbukan dan tangkapan pada awan panas bisa terjadi karena misal oleh adanya updraft. Tetes awan yang kecil akan terbawa ke atas dan bertumbukan dengan tetes-tetes yang lain dan saling menempel sehingga membentuk tetes yang lebih besar dan terbuka peluang untuk menjadi tetes hujan. Semakin tebal ukuran awan, peluang bertumbukan ini menjadi makin besar. Kecepatan pertumbuhan tetes kecil ini mula-mula cepat, namun ketika dia menjadi besar maka pertumbuhannya makin melambat. Ketika gaya gravitasinya lebih besar daripada kekuatan updraft maka tetes yang sudah membentuk tetes hujan tersebut akan jatuh sehingga terbentuklah hujan.
Berbeda dengan awan dingin di lintang menengah dimana proses pembentukan presipitasi dilakukan melalui proses Bergeron. Ini tidak lain karena sifat tekanan uap di atas es lebih kecil dibanding di atas tetes air. Dengan demikian maka menguapnya tetes air akan mengendap pada kristal es akibat perbedaan tekanan uap tersebut. Sehingga kristal es akan tumbuh membesar dan tetes air mengecil. Kristal es inilah yang jatuh sebagai presipitasi.

Thursday, July 24, 2014

Lagi ... pesawat jatuh karena cuaca di Taiwan


Tim penyelamat berusaha menemukan korban di puing pesawat TransAsia Airways GE222 yang jatuh saat berusaha mendarat darurat karena cuaca buruk. (Wong Yao-wen/AP Photo)

Satu lagi tragedy menimpa dunia penerbangan. Pesawat penumpang TransAsia Airways mengalami kecelakaan. Kali ini penyebabnya bukan karena ditembak jatuh oleh gerilyawan pendukung Rusia, tapi oleh karena faktor cuaca yakni adanya badai Matmo yang menimpa Taiwan beberapa hari ini. Dikatakan bahwa hanya 11 orang dari 58 orang yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
Kejadian di atas semakin menguatkan pentingnya peran cuaca dalam keselamatan penerbangan. Mengabaikan masalah cuaca dalam dunia penerbangan sama saja dengan berjudi dengan maut. Dari berita yang terkumpul, pesawat tersebut berusaha mendarat dua kali tapi tidak berhasil karena pengaruh cuaca.
Depresi tropis yang bermula dari lintang 10 oN bujur 135.2 oE pada tanggal 17 Juli 2014 jam 12 GMT bergerak menuju barat laut  sempat berkembang menjadi topan tetapi kemudian meluruh menjadi badai tropis pada tanggal 23 Juli 2014. Meskipun terjadi peluruhan dari topan menjadi badai tropis, bukan berarti hal ini tidak berbahaya bagi dunia penerbangan dan pilot dan seluruh crew pasti mengetahuinya. Semoga kejadian seperti di atas tidak terulang lagi di lain waktu. Amin