Sejak dilaksanakan mulai pertengahan Januari 2014 kemarin, modifikasi cuaca untuk mengurangi peluang terjadinya banjir di Jakarta kelihatannya belum menunjukkan hasil optimal. Terbukti bahwa sampai hari ini, banjir masih melanda Jakarta karena hujan lebat meskipun di Bogor dan sekitarnya langit cerah. Hal ini tidak aneh karena masih besarnya peluang terjadinya awan hujan di atas Jakarta. Kalau melihat perawanan yang berpeluang terjadi di Jakarta dan sekitarnya serta melihat pola streamline terlihat bahwa peluang curah hujan masih tinggi. Apakah dengan penambahan pesawat terbang untuk modifikasi cuaca akan mengatasi masalah?? Dalam arti, ia akan memperkecil peluang terjadinya banjir di Jakarta? Jawabannya mungkin ya mungkin juga tidak. Ya, bila modifikasi cuaca itu dengan membalikkan peluang terjadinya hujan. Tetapi tidak bila modifikasi cuaca tersebut dengan tujuan menurunkan hujan (di tempat lain). Sebagian dari kita mungkin tahu bahwa dengan menyemai garam ke dalam awan, peluang terjadinya hujan makin besar dan mungkin dalam waktu yang lebih lama dibanding kondisi hujan secara alami. Tetes-tetes hujan semakin banyak terbentuk sehingga hujan jatuh ke permukaan makin mudah terjadi dan jumlahnya akan makin banyak. Dengan kondisi sekarang dimana jumlah uap air demikian banyak terdapat di atmosfer (karena memang masih musim penghujan) maka modifikasi cuaca dengan cara seperti yang dilakukan sekarang ini tidak akan optimal dalam menanggulangi banjir. Harus ditemukan cara untuk membuyarkan awan-awan, bukan malah menjatuhkannya sebagai hujan. Tetapi, tidak ada salahnya modifikasi cuaca dengan cara yang dilakukan selama ini dilaksanakan. Setidaknya sudah ada upaya dan kepedulian dari pemerintah dan kita semua dengan secara ilmiah. Masalah hasilnya, kita serahkan kepada Yang Maha Segalanya.
No comments:
Post a Comment