Sistem iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya sirkulasi monsoon Asia-Australia. Monsoon Asia yang datang dari barat Indonesia pada sekitar bulan DJF membawa uap air yang banyak yang menyebabkan tingginya aktivitas konveksi di atas wilayah Indonesia sehingga memicu timbulnya musim hujan. Sedangkan monsoon Australia yang terjadi sekitar JJA membawa udara kering sehingga memicu timbulnya musim kemarau di Indonesia. Di dalam monsoon sendiri terdapat beberapa fase yang biasanya dicirikan dengan berubahnya intensitas curah hujan. Fase dengan intensitas curah hujan tinggi disebut dengan monsoon aktif sedangkan sebaliknya dicirikan dengan kekeringan kecil dimana intensitas hujan rendah disebut monsoon break. Di monsoon India, monsoon break telah dikenal sejak lama sebagai suatu periode dimana intensitas curah hujan di wilayah monsoon India mengalami gangguan. Break didefinisikan sebagai periode lemah dimana variasi intramusiman dari monsoon terjadi setiap tahunnya.
Sampai saat ini masih sulit untuk menentukan kapan terjadinya periode monsoon aktif dan break. Padahal penentuan periode ini penting untuk diketahui karena akan berdampak pada cuaca di Indonesia. Misalnya saat monsoon break yang panjang dan mencakup wilayah yang luas. Hal ini akan berakibat pada pengurangan curah hujan yang signifikan di wilayah tertentu sehingga berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat.
Dari penelitian Octarina (2011) diketahui bahwa:
- pada monsoon aktif, aktifitas awan konveksi selalu lebih besar dari aktivitas awan konveksi pada monsoon break
- karakteristik awan konvektif pada monsoon aktif lebih kuat dan merata karena awan konvektifnya dipengaruhi oleh gangguan yang skalanya besar yakni monsoon, sedangkan pada saat monsoon break karakteristik awannya lebih lemah dan terisolasi karena pengaruh lokal.
- wilayah laut dan pulau Jawa merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh perubahan dari monsoon aktif ke break sedangkan perbedaan awan konvektif antara monsoon aktif dan break tidak selalu terlihat di Kalimantan.
- Pada monsoon break, awan dengan aktivitas konveksi yang dalam masih mungkin terbentuk bahkan kekuatannya bisa lebih besar daripada saat monsoon aktif namun kemunculannya lebih jarang
- perbedaan variasi diurnal antara laut dan pulau Jawa terlihat dari kekuatan sinyal diurnalnya
- Di Kalimantan di saat monsoon aktif, aktivitas awan konvektifnya mencapai puncaknya pada malam hari sedangkan pada saat monsoon break terjadi di siang hari
- Karakteristik awan konvektif di laut selatan Jawa sangat dipengaruhi oleh aktivitas awan konvektif di pulau Jawa
- Aktivitas konveksi saat monsoon antara Kalimantan dan Pulau Jawa, dengan laut Jawa memiliki pola temporal yang berkebalikan. Saat aktif, aktivitas konveksi lebih terpusat di laut Jawa.
- Wilayah daratan merupakan wilayah yang akan lebih dulu merasakan monsoon break daripada wilayah lautan
Sampai saat ini masih sulit untuk menentukan kapan terjadinya periode monsoon aktif dan break. Padahal penentuan periode ini penting untuk diketahui karena akan berdampak pada cuaca di Indonesia. Misalnya saat monsoon break yang panjang dan mencakup wilayah yang luas. Hal ini akan berakibat pada pengurangan curah hujan yang signifikan di wilayah tertentu sehingga berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat.
Dari penelitian Octarina (2011) diketahui bahwa:
- pada monsoon aktif, aktifitas awan konveksi selalu lebih besar dari aktivitas awan konveksi pada monsoon break
- karakteristik awan konvektif pada monsoon aktif lebih kuat dan merata karena awan konvektifnya dipengaruhi oleh gangguan yang skalanya besar yakni monsoon, sedangkan pada saat monsoon break karakteristik awannya lebih lemah dan terisolasi karena pengaruh lokal.
- wilayah laut dan pulau Jawa merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh perubahan dari monsoon aktif ke break sedangkan perbedaan awan konvektif antara monsoon aktif dan break tidak selalu terlihat di Kalimantan.
- Pada monsoon break, awan dengan aktivitas konveksi yang dalam masih mungkin terbentuk bahkan kekuatannya bisa lebih besar daripada saat monsoon aktif namun kemunculannya lebih jarang
- perbedaan variasi diurnal antara laut dan pulau Jawa terlihat dari kekuatan sinyal diurnalnya
- Di Kalimantan di saat monsoon aktif, aktivitas awan konvektifnya mencapai puncaknya pada malam hari sedangkan pada saat monsoon break terjadi di siang hari
- Karakteristik awan konvektif di laut selatan Jawa sangat dipengaruhi oleh aktivitas awan konvektif di pulau Jawa
- Aktivitas konveksi saat monsoon antara Kalimantan dan Pulau Jawa, dengan laut Jawa memiliki pola temporal yang berkebalikan. Saat aktif, aktivitas konveksi lebih terpusat di laut Jawa.
- Wilayah daratan merupakan wilayah yang akan lebih dulu merasakan monsoon break daripada wilayah lautan
No comments:
Post a Comment