Akhir-akhir ini bencana alam melanda di berbagai tempat di tanah air. Banjir, tanah longsor, puting beliung ... silih berganti datang dan pergi. Belum habis orang dikejutkan dengan terjadinya bencana tanah longsor di Banjarnegara Jawa Tengah, warga Bandung selatan sudah dipaksa mengungsi karena banjir. Di bagian lain Bandung, puting beliung menerpa bangunan-bangunan permanen dan meluluhlantakkannya. Belum lagi yang terjadi di seluruh penjuru tanah air. Mungkin banyak juga yang tidak terliput oleh insan pers.
Bencana banjir ini memang sudah diprakirakan sejak beberapa waktu yang lalu karena lingkungan yang makin rusak, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dan datangnya curah hujan yang besar pada waktu yang singkat (shower). Awan-awan jenis cumulonimbus dan nimbostratus makin sering terjadi dan menggayut di langit. Tidak heran jika peluang terjadinya banjir makin besar. Bukan tidak mungkin bahwa bencana hidrometeorologis ini akan melanda Indonesia sepanjang tahun 2015 mendatang. Semoga saja hal ini tidak terjadi.
Melihat distribusi tekanan rendah yang saat ini berada di selatan ekuator dan tekanan tinggi yang berada di utara ekuator maka peluang terjadinya hujan memang akan membesar, demikian juga dengan banjir apalagi diprediksi bahwa puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari dan Pebruari 2015 mendatang. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk melawan alam tersebut. Kita harus berpasrah diri. Namun dampak yang terjadi dapat kita kurangi dengan memelihara lingkungan agar alam ramah pula terhadap kita. Saluran-saluran air diperbaiki dan jangan dipenuhi dengan sampah serta dijaga jangan sampai menyempit. Daerah resapan air jangan dirambah untuk pemukiman dan industri. Tata ruang harus secara konsisten diperbaiki dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan law enforcement harus dilaksanakan jika ada pihak yang melanggar.
Lembaga-lembaga pemerintah seperti BMKG, BNPB/D, Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lainnya harus bahu membahu mengupayakan yang terbaik bagi bangsa ini. Beban tanggung jawab yang berat akan terasa ringan jika kita pikul bersama.
Bencana banjir ini memang sudah diprakirakan sejak beberapa waktu yang lalu karena lingkungan yang makin rusak, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dan datangnya curah hujan yang besar pada waktu yang singkat (shower). Awan-awan jenis cumulonimbus dan nimbostratus makin sering terjadi dan menggayut di langit. Tidak heran jika peluang terjadinya banjir makin besar. Bukan tidak mungkin bahwa bencana hidrometeorologis ini akan melanda Indonesia sepanjang tahun 2015 mendatang. Semoga saja hal ini tidak terjadi.
Melihat distribusi tekanan rendah yang saat ini berada di selatan ekuator dan tekanan tinggi yang berada di utara ekuator maka peluang terjadinya hujan memang akan membesar, demikian juga dengan banjir apalagi diprediksi bahwa puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari dan Pebruari 2015 mendatang. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk melawan alam tersebut. Kita harus berpasrah diri. Namun dampak yang terjadi dapat kita kurangi dengan memelihara lingkungan agar alam ramah pula terhadap kita. Saluran-saluran air diperbaiki dan jangan dipenuhi dengan sampah serta dijaga jangan sampai menyempit. Daerah resapan air jangan dirambah untuk pemukiman dan industri. Tata ruang harus secara konsisten diperbaiki dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan law enforcement harus dilaksanakan jika ada pihak yang melanggar.
Lembaga-lembaga pemerintah seperti BMKG, BNPB/D, Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lainnya harus bahu membahu mengupayakan yang terbaik bagi bangsa ini. Beban tanggung jawab yang berat akan terasa ringan jika kita pikul bersama.