Keadaan yang selalu didambakan
ketika kekeringan melanda wilayah kita adalah kapan musim hujan datang? Sesuatu
yang sangat wajar mengingat air merupakan salah satu sumber kehidupan di bumi.
Tanpa air, sulit makhluk hidup akan tumbuh dalam jangka waktu lama. Ketika
sesuatu menjadi demikian sulitnya diperoleh maka sesuatu tersebut akan menjadi
hal yang sangat didambakan banyak orang. Kali ini yang menjadi dambaan semua
orang adalah hujan. Tidak hanya para petani yang menginginkan hujan untuk
mengairi sawahnya, ibu-ibu rumahtangga pun juga menantikannya. Tidak lain tidak
bukan karena biasanya di banyak tempat ketika terjadi kekeringan, mereka harus
menyisihkan uang untuk membeli air untuk keperluan mandi, cuci, kakus dan yang
terutama untuk minum dan memasak. Bagi mereka-mereka golongan menengah atas,
hal semacam ini tidak menjadi masalah namun bagi golongan ekonomi bawah, ini
menjadi masalah besar. Permasalahan ini juga mengemuka untuk dinas penyedia air
minum karena sumber air yang diolah untuk bisa dikonsumsi manusia melalui
pipa-pipa ledeng menjadi berkurang debitnya sehingga kadangkala harus mati
bergiliran. Pada skala yang lebih besar, pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
juga akan terpengaruh karena debit air untuk menggerakkan turbin menjadi jauh
berkurang. Kalau pasokan listrik terganggu maka banyak sector kehidupan
manusiapun juga ikut terganggu, bahkan untuk menghidupkan internet atau HP pun
akan menjadi masalah.
Oleh karena itu maka sekali lagi
menjadi amat wajar jika musim hujan yang mensuplai air bagi segenap kehidupan
menjadi sesuatu yang sangat dinantikan. Masalahnya, kapan itu terjadi? Di Jawa
Barat, kapan musim hujan terjadi ketika El Nino di samudra Pasifik tropis
ekuator menguat?
Musim hujan
Musim hujan artinya bahwa hujan
menjadi sering terjadi, sama saja dengan istilah musim durian, musim mangga dll
yang artinya saat tersebut durian dan mangga menjadi mudah untuk dijumpai. Hujan merupakan salah satu jenis presipitasi
(endapan) yang berwujud air cair. Bentuk presipitasi yang lain adalah salju,
hujan es, embun, embun beku, hujan beku dan sebagainya. Di antara sekian banyak
jenis presipitasi ini, hujan lah yang paling umum kita kenal dan alami. Di
Indonesia kita kenal tiga jenis penyebab hujan yakni hujan karena proses
orografis, konvektif dan konvergensi. Sebenarnya ada satu lagi jenis penyebab
hujan yakni front namun jenis ini tidak kita kenal atau alami. Jenis hujan
front ini banyak terjadi di lintang tengah (30-60o lintang). Hujan
orografis banyak terbentuk di wilayah pegunungan akibat dari pengangkatan massa
udara yang mengandung uap air karena efek orografi/pegunungan. Setelah
mengalami penjenuhan maka terbentuk awan yang berpeluang menjadi hujan di sisi
arah angin (windward). Hujan
konvektif terjadi akibat proses konvektif ketika suatu permukaan mengalami
pemanasan dari radiasi matahari, terjadi penguapan vertical dan akhirnya
setelah mengalami kejenuhan maka terbentuklah perawanan konvektif yang bisa
menghasilkan hujan. Hujan konvergensi banyak terbentuk di wilayah ITCZ
(intertropical convergence zone) yang lokasinya bergantung pada letak semu
matahari berada di mana. Bila matahari di sebelah selatan ekuator/katulistiwa
maka ITCZ berada di selatan, sedangkan saat matahari berada di utara ekuator
maka ITCZ pun berada di utara ekuator. Meskipun demikian secara klimatologis
umumnya ITCZ berada di utara ekuator yang disebabkan karena kebanyakan wilayah
daratan berada di utara ekuator dan sifat dari daratan yang mempunyai kapasitas
panas yang lebih kecil daripada lautan.
Perhatikan citra inframerah
satelit Himawari tertanggal 3 Oktober 2015 jam 11 GMT (18 WIB) ini. Citra ini menunjukkan bahwa tekanan
rendah terjadi di belahan utara ekuator yang ditandai oleh distribusi perawanan
yang banyak terbentuk di sana. Di sebelah timur laut Papua juga perawanan
banyak terjadi meskipun tidak sebanyak yang disebut pertama. Di sebagian pulau
memang terbentuk perawanan namun barangkali tidak banyak membawa dampak curah
hujan. Di Jawa Barat, barangkali memang terdapat awan-awan namun mungkin
awan-awan rendah yang pertumbuhan vertikalnya kecil. Malah bisa dikatakan
relative bersih dari awan. Memperhatikan langit beberapa hari ini, di atas
Bandung memang terdapat banyak awan meskipun masih belum banyak menghasilkan
hujan selain membawa pengaruh lebih lembap dan dingin daripada biasanya.
Melihat streamline yang diperlihatkan pada gambar di bawah menunjukkan bahwa
masih sulit untuk mengharapkan musim hujan terjadi dalam waktu dekat. Hujan
bisa saja terjadi, namun belum tentu telah masuk musim hujan. Ini tidak lain
karena massa udara masih bergerak dari tenggara dari wilayah Australia yang
masih belum banyak mengandung uap air. Berbeda halnya bila angin telah bertiup
dari barat laut kea rah tenggara khususnya di wilayah selatan ekuator. Menurut
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika), suatu daerah telah memasuki awal musim hujan bila pada suatu dasa
harian (10 hari) curah hujannya lebih dari 50 mm yang diikuti oleh minimal 2 dasa
harian berikutnya. Oleh karena itu biasanya untuk mengetahui apakah suatu
daerah telah memasuki musim hujan atau belum, baru bisa diketahui minimal satu
bulan sesudahnya. Suatu penentuan yang terlalu lama. Harus dicari metode lain
yang lebih singkat dalam menentukan awal musim.
Kesimpulan
Kembali untuk menjawab pertanyaan
di atas. Apakah Jawa Barat khususnya Bandung sudah memasuki musim hujan
mengingat beberapa hari yang lalu sudah diguyur hujan? Nampaknya kita masih
harus bersabar beberapa waktu ke depan mengingat pola streamline menunjukkan dominasi angin tenggara dan sedikitnya
perawanan yang terjadi (khususnya awan vertical semacam cumulus dan
cumulonimbus). Apalagi El Nino juga masih menguat (diperkirakan sampai dengan
Pebruari 2016) dan Dipole Mode yang ada di samudra Hindia yang menunjukkan
nilai positif. Meskipun efek monsun dalam basis bulanan merupakan faktor
dominan penyebab hujan di Jawa Barat, namun kekuatannya diperlemah oleh
kehadiaran El Nino dan Dipole Mode positif. Kita tidak boleh putus harapan,
meskipun mungkin belum memasuki musim hujan namun bila setidaknya dalam
seminggu terjadi sekali saja hujan yang deras maka bisa mengurangi dampak
kekurangan air atau kekeringan selama ini. Cara seperti sholat istisqa bisa
saja dilaksanakan, setidaknya beberapa kali terbukti bahwa hujan terjadi dalam
waktu yang berdekatan dengan sholat tersebut. Siapa tahu dengan meminta kepada
yang Maha mengatur alam semesta ini, hujan bisa terjadi.
Bandung, 3 Oktober 2015
(diedit dan diterbitkan di harian Pikiran Rakyat 5/10/2015 dengan judul: Kapan Musim Hujan?)
No comments:
Post a Comment