Pemanasan matahari menentukan pada sirkulasi udara yang ada di
bumi. Kita mengenal sirkulasi udara dalam arah meridional yang ada di bumi
adalah sel sirkulasi Hadley, sel sirkulasi Ferrel dan sel sirkulasi kutub.
Sedangkan dalam arah membujur terdapat apa yang kita sebut sebagai sel
sirkulasi Walker. Iklim dan cuaca di Indonesia yang terletak di lintang rendah
yang diapit dua benua yakni Australia dan Asia, dan dua samudra yakni samudra
Hindia dan samudra Pasifik dipengaruhi oleh 3 sel sirkulasi; yakni sel Hadley,
sel Walker dan sel sirkulasi lokal. Interaksi dari ketiga sel sirkulasi ini menyebabkan cuaca dan
iklim di Indonesia menjadi sangat kompleks. Letaknya yang terdapat di sekitar
ekuator menyebabkan peramalan cuaca dan iklim menjadi lebih sulit dibanding di
lintang menengah dan tinggi. Secara teoritis, pengaruh Coriolis menjadi nol
tepat di ekuator sehingga kecepatan angin geostropik menjadi tidak terhingga.
Seperti telah kita ketahui, kecepatan angin geostropik berbanding terbalik
dengan parameter Coriolis. Tidak ada tempat di dunia ini yang mempunyai karakteristik cuaca
dan iklim sekompleks Indonesia. Pengaruh monsoon yang begitu dominan dalam
menentukan cuaca dan iklim kita sering diganggu oleh El Nino di Pasifik
tropis.Biasanya memang pada saat monsoon barat curah hujan di Indonesia tinggi karena
perawanan banyak terbentuk di atas wilayah kita, namun munculnya El Nino
menjelang akhir tahun menyebabkan perawanan akan bergeser ke arah samudra
Pasifik. Ini menyebabkan penurunan curah hujan yang sangat signifikan di
wilayah Indonesia. Lebih dari 60% hujan berkurang dari nilai normalnya. Tidak
disangsikan lagi ini akan mempengaruhi pola kehidupan dan aktivitas
manusia di negara ini. Petani akan mengalami kesulitan air untuk bercocok
tanam, pasokan air minum akan terganggu, pembangkit listrik tenaga air
mengalami gangguan, dsb. Seperti diketahui bahwa 40% wilayah dunia merupakan wilayah
tropis dan sering sirkulasi tropis melebihi luas wilayah ini. Apalagi troposfer
di atas wilayah tropis mempunyai ketinggian yang jauh lebih besar dibandingkan
wilayah-wilayah lainnya. Sehingga sirkulasi tropis memainkan peranan penting
dalam menentukan hakekat sirkulasi global pada satu waktu. Karenanya penting
untuk memperhatikan hubungan antara sirkulasi wilayah ini dengan sistem
sirkulasi di wilayah lintang tengah dan tinggi yang lain. Lintang rendah
didominasi oleh sirkulasi meridional sel Hadley yang naik pada sisi ekuator dan
turun pada sisi ke arah kutubnya. Aliran kembali ke arah ekuator di dekat
permukaan akan berupa angin pasat. Batas antara atmosfer tropis dan lintang
tengah ditengarai oleh perubahan area utama baroklinitas atau perubahan
temperatur horizontal yang cepat. Atmosfer baroklinitas semacam ini membantu
memelihara transport miring vertikal udara tropis yang hangat ke lintang
tengah.
Profil kecepatan vertikal selama bulan DJF dan JJA merefleksikan
perilaku dari sel Hadley. Di saat musim panas di belahan bumi selatan (DJF)
gerak naik terkuat terjadi di antara lintang 10 dan 20 dengan pusat kecepatan
vertikal maksimum pada 15 derajat lintang selatan. Kecepatan vertikal maksimum
ini menyatakan dengan baik posisi rata-rata ITCZ. Selama musim panas di belahan
bumi utara (JJA) zone kecepatan vertikal maksimum berpindah ke utara ekuator
dengan pusat gerak naik maksimum di 5 derajat lintang utara sedangkan lintang
rendah di belahan bumi selatan menjadi didominasi oleh gerak turun/sinking. Ini
khususnya intensif di sekitar 10 sampai 15 lintang selatan. Baik pada saat DJF maupun JJA, angin bergerak menuju ekuator yang
membawa kebasahan di wilayah Indonesia. Namun patut diingat bahwa pada saat
JJA, karena uap airnya sedikit dan berasal dari daratan Australia yang berjarak
relatif pendek dibandingkan dengan jarak yang ditempuh aliran udara dari benua
Asia maka perawanan di wilayah Indonesia relatif sedikit dan kemungkinan untuk
turun sebagai hujan juga kecil. Ini menyebabkan sebagian besar wilayah
Indonesia mengalami musim kemarau. Ini berlawanan dengan kejadian pada bulan
DJF dimana massa udara dari daratan Asia yang membawa uap air yang banyak
karena perjalanannya melalui wilayah lautan yang panjang yang menyebabkan
perawanan berpotensi hujan jauh lebih besar. Dan, bulan DJF inilah yang
biasanya merupakan musim penghujan.