Hari demi hari telah berlalu, banyak yang tidak bisa melupakan peristiwa bencana banjir tahun baru 2020 yang mungkin akan berulang lagi dalam waktu dekat karena biasanya puncak curah hujan monsoonal terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Ambil contoh untuk kasus Jakarta karena di beberapa tempat terdapat curah hujan lebih dari 200 mm/hari pada tanggal 1 Januari kemarin yang merupakan curah hujan ekstrim. Curah hujan di Halim Perdana Kusumah, Taman Mini Indonesia Indah, dan Pulogadung di Jakarta Timur masing-masing adalah 337, 335 dan 265 mm. Di Kembangan dan Tomang Jakarta Barat masing-masing 265 dan 226 mm, sedangkan di Jatiasih Bekasi Jawa Barat 246 mm. Ini berarti bahwa angka-angka tersebut menunjukkan ketinggian permukaan tanah yang tertutupi oleh air (jika dianggap permukaan Jakarta rata) adalah sekitar 28,46 cm. Dilihat dari angka-angka tersebut maka wajar bahwa Jakarta Timur merupakan wilayah yang mengalami banjir paling parah. Ini belum termasuk memperhitungkan sungai-sungai yang masuk ke Jakarta yang berasal dari luar kota yang lebih tinggi ketinggian permukaannya. Daerah khusus ibukota memang rentan oleh bencana banjir apalagi sebagian wilayahnya ada yang berada di bawah permukaan air laut sehingga ketika pasang naik maka air sungai yang akan masuk ke laut akan tertahan sehingga bisa timbul genangan. Ini akan memperparah keadaan. Selanjutnya, silahkan baca
di sini dan
di sini.