Beberapa waktu yang lalu, gelombang panas melanda wilayah India dan menewaskan lebih dari 2000 orang. Gelombang panas ini mengakibatkan suhu udara di sebagian India mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, suatu suhu yang menurut ukuran kebanyakan orang Indonesia sangat tinggi dan panas. Di kota-kota besar di Indonesia, suhu tertinggi sekitar 34 derajat celcius. Ini terasa sangat panas, namun karena kelembapan relatif yang cukup tinggi maka dehidrasi dan sunstroke tidak pernah dilaporkan. Pertanyaan yang mungkin menggelitik anda-anda yang asli Indonesia adalah "apakah gelombang panas seperti di India bisa melanda Indonesia??". Boleh dikatakan bahwa peristiwa gelombang panas seperti itu tidak akan dijumpai di wilayah Indonesia. Mengapa demikian?? Tidak lain karena di wilayah kita tidak dijumpai adanya pegunungan yang sangat tinggi, jauh dari padang pasir, dan wilayah Indonesia yang berupa wilayah kepulauan. Pegunungan tertinggi di wilayah kita yakni Jaya Wijaya terdapat di provinsi Papua. Tidak pernah dilaporkan bahwa terjadi gelombang panas di sana selain dari efek Foehn yakni angin Warmbraw. Di beberapa wilayah Indonesia yang lain, efek Foehn juga dilaporkan yakni angin Bohorok di Sumatera Utara, angin Kumbang di Jawa Barat, angin Brubu di Sulawesi Selatan, dan lain-lain.
Padang pasir terdekat yang efeknya sampai di Indonesia adalah padang pasir di Australia yang mempengaruhi pembentukan "heat/warm surge". Penelitian tentang fenomena ini jarang dilakukan karena efeknya di Indonesia tidak sehebat monsoon. Penelitian saintis Australia hanya marak pada era tahun 1990 an, itupun tidak mendapatkan banyak perhatian para saintis Indonesia.
Wilayah Indonesia yang terdiri banyak pulau yang dihubungkan oleh laut membawa dampak pula pada tingginya penguapan sehingga kelembapan relatif udara di wilayah ini tinggi. Akumulasi dari ketiga faktor tersebut menyebabkan wilayah kita tidak akan mengalami gelombang panas. Jadi, tenanglah!
Padang pasir terdekat yang efeknya sampai di Indonesia adalah padang pasir di Australia yang mempengaruhi pembentukan "heat/warm surge". Penelitian tentang fenomena ini jarang dilakukan karena efeknya di Indonesia tidak sehebat monsoon. Penelitian saintis Australia hanya marak pada era tahun 1990 an, itupun tidak mendapatkan banyak perhatian para saintis Indonesia.
Wilayah Indonesia yang terdiri banyak pulau yang dihubungkan oleh laut membawa dampak pula pada tingginya penguapan sehingga kelembapan relatif udara di wilayah ini tinggi. Akumulasi dari ketiga faktor tersebut menyebabkan wilayah kita tidak akan mengalami gelombang panas. Jadi, tenanglah!