Bila ditanyakan sampai kapan artinya tidak dibatasi ruang dan waktu maka sebenarnya bencana hidrometeorologi akan selalu terjadi di dunia ini. Namun bila ditanyakan dalam musim hujan kali ini bencana hidrometeorologi (misalnya banjir, banjir bandang, siklon dst) maka berdasarkan analisis dari model prakiraan yang dikembangkan oleh BMKG dan BoM Australia menunjukkan hasil yang berbeda. Model yang dikembangkan oleh BMKG cenderung menyatakan bahwa sampai dengan bulan depan, baik kondisi ENSO maupun IOD, menunjukkan kondisi normal. Ini artinya bahwa tidak terjadi penyimpangan besar pada suhu permukaan laut baik di samudra Pasifik maupun di samudra Hindia. Pengaruh monsoon terasakan saat ini dengan adanya pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan dan utara di samudra Pasifik. Di samudra Hindia khususnya di selatan Jawa ada siklon Teratai yang makin menjauhi wilayah kita. Di dekat Papua Nugini ada pusat tekanan rendah 93P dan di utara Papua ada 93W. Ini semua menyebabkan arah angin monsoon berbelok ke arah timur setelah melewati ekuator dari BBU dan ini banyak membawa uap air. Kalau kemarin (bahkan hari ini) di beberapa tempat terjadi banjir itu tidak lain karena terjadi superposisi dari pengaruh La Nina di samudra Pasifik, Dipole mode netral di samudra Hindia, dan monsoon Asia. Berikut ini adalah bukti bahwa di samudra Pasifik terjadi La Nina.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Wednesday, December 8, 2021
Sampai kapan bencana hidrometeorologi terjadi??
Thursday, November 25, 2021
Pelatihan generasi muda pontren tentang kebencanaan
Seperti telah disampaikan dalam blog ini beberapa waktu yang lalu, kegiatan pelatihan untuk generasi muda pondok pesantren dilakukan dalam rangka untuk mengerahkan segala potensi yang ada untuk mengcounter berita-berita hoaks yang terkait dengan kebencanaan. Hoaks bencana alam, non alam dan sosial memang saat sekarang masih ada saja yang tersebar sehingga bila tidak segera dicounter maka bisa ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab ataupun menjadikan pengetahuan masyarakat yang salah. Sebagai contoh berita tentang El Nino yang dianggap sebagai badai dan penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ada lagi misal ajakan kepada masyarakat untuk menaruh sebaskom air di halaman agar bisa menghasilkan awan dan hujan untuk mengatasi kekeringan.
Untuk tahun ini kegiatan pelatihan dilakukan di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur dan diikuti oleh 40 orang peserta. Kegiatan serupa diharapkan dapat dilakukan di pondok pesantren lain di Jawa Tengah. Semoga sesuai dengan tujuan dilaksanakan kegiatan-kegiatan semacam ini akan makin banyak tersebar berita positif dan benar terkait dengan bencana kebumian.
Foto menunjukkan sebagian peserta pelatihan tersebut.
Monday, November 8, 2021
Akankah banjir merupakan peristiwa sehari-hari di musim hujan ??
Kali ini, menjelang puncak musim hujan telah terjadi banjir di beberapa tempat di Indonesia. Di Jawa Timur ada banjir bandang khususnya di kota Batu. Kemarin banjir juga melanda wilayah pusat ibukota negara kita, Jakarta., sekarang belum surut. Sebenarnya sudah bisa ditebak, jika telah mulai masuk musim hujan maka pasti terjadi surplus air di Jakarta yang merupakan dataran rendah seperti juga sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu di blog ini. Langkah-langkah penanggulangannya juga sudah disampaikan. Yang penting harus dilakukan secara konsisten dengan lebih banyak melibatkan masyarakat pada berbagai macam skala ruang dan waktu dalam proses pembangunan. Yuk bantu pemerintah menangani berbagai masalah keseharian masyarakat agar masyarakat merasa nyaman dan tenang, tidak waswas misalnya pada musim hujan seperti saat ini. Tunggu tulisan berikutnya ya.
Sunday, October 31, 2021
Pelatihan guru geografi Indonesia: nantikan lagi tahun depan
Sebagai kelanjutan dari pelatihan para guru geografi se pulau Kalimantan bulan Juni yang lalu, maka pada tanggal 18 sampai 22 Oktober 2021 dilakukan pelatihan serupa. Mengingat saat tersebut telah dibuka pertemuan tatap muka sekolah maka peserta silih berganti setiap harinya. Dari pendaftar sejumlah 167 guru, yang aktif dalam satu hari sekitar 50 an peserta. Mengingat pula agar tidak timbul kecemburuan guru dari wilayah lain yang bukan binaan, maka pelatihan ini dibuka untuk para guru seluruh Indonesia. Berikut ini sebagian peserta yang mengikuti pelatihan. Semoga mereka mendapat manfaat yang berarti bagi peningkatan kualitas guru geografi.
Wednesday, June 30, 2021
Peningkatan kualitas guru geografi SMA se pulau Kalimantan
Pada tanggal 28 dan 29 Juni 2021 dilaksanakan kegiatan pelatihan guru geografi se pulau Kalimantan yang diikuti oleh 72 orang guru SMA seperti yang tertera dalam daftar peserta dalam link berikut ini.
Pembukaan dilakukan oleh ketua Panitia pelatihan yakni Dr. Joko Wiratmo yang memaparkan kenapa perlu dilakukan pelatihan tersebut. Pertimbangannya adalah sebagai berikut. Guru SMA harus ditingkatkan kualitasnya dalam belajar mengajar, khususnya bidang geografi. Hal ini karena perkembangan yang cepat dalam bidang geografi baik menyangkut aspek fisik (iklim, pertanian, geodesi, kebencanaan, dll) maupun sosialnya (ekonomi, kependudukan, dll). Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat seringkali tidak dapat diikuti dengan baik oleh para guru karena berbagai prinsip dasar yang belum diketahui dengan baik. Sumber informasi memang banyak terdapat di dunia online, namun tanpa kehadiran seorang pengajar, rata-rata sulit untuk mengikuti materi geografi dengan baik seperti juga dialami oleh para siswa sekolah berbagai level pendidikan. Di sisi lain, Kalimantan yang diproyeksikan sebagai pusat dimana ibukota negara terletak, membutuhkan sumber daya lokal yang mumpuni. Kebutuhan sumber daya manusia unggul sangat bertumpu pada kemampuan generasi mudanya. Sayangnya bukti SDM unggul dari pulau Kalimantan tidak terwujud misal dalam kegiatan olimpiade/kompetisi sains nasional (OSN/KSN) dimana propinsi-propinsi dari Kalimantan selalu menempati urutan menengah ke bawah. Dalam bidang geografi, selama lebih dari 7 tahun pelaksanaan OSN/KSN, baru satu orang yang masuk dalam pelatihan nasional (pelatnas) tahun 2017 dan gugur pada pelatnas pertama. Ini tentu tidak lepas dari peran guru geografi di sekolah-sekolah menengah atas semua propinsi di Kalimantan. Padahal kecintaan kepada tanah air dan bangsa bisa ditumbuhkan dari pendidikan geografi yang ditularkan dari mulai lingkungan sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran para guru dalam membimbing siswanya. Berbagai keluhan yang disampaikan oleh para guru geografi kepada kami dalam berbagai kesempatan tentang keinginan mereka untuk maju dan berkembang serta dengan pertimbangan tersebut di atas maka sangat diperlukan adanya tutorial bagi para guru geografi sepulau Kalimantan agar kualitas mereka meningkat dari waktu ke waktu. Ini sekaligus juga memetakan sebaran kualitas guru di pulau Kalimantan sehingga bisa ditindaklanjuti. Pelatihan ini dilaksanakan secara multi year agar dampaknya bisa dirasakan oleh para guru dan siswa di wilayah binaan pulau Kalimantan. Sebagai langkah antisipatif terhadap Covid-19 maka untuk tahun pertama dilakukan secara daring.
Materi pelatihan sendiri dapat dilihat pada link-link berikut ini. Pembukaan disajikan dalam https://drive.google.com/file/d/1LzttGLRWteV97zgj93i_EVvw_tIplaOF/view?usp=sharing
Dokumentasi https://drive.google.com/drive/folders/13mWgk_eC2w7v_COo8xOeuhuaal2hdfBk?usp=sharing
Pemateri Hari Pertama terdapat dalam link https://drive.google.com/file/d/1fQOV5IccwJHpNkPYpE-ud2nWcnIwrv_v/view?usp=sharing
Pemateri Hari Kedua dapat ditemukan dalam link https://drive.google.com/file/d/1oPCUZKYZBN-AdDC8ih7XTi-jbikXvWO8/view?usp=sharing
Tuesday, April 6, 2021
Perkuat jaringan observasi dan tingkatkan SDM
Kemarin malam kami berdiskusi dengan beberapa kolega dari instansi pemerintah seperti LAPAN dan BMKG serta PT meskipun tidak mewakili lembaga-lembaga tersebut secara resmi. Bincang-bincang santai meskipun yang dibicarakan adalah permasalahan yang sangat serius yakni mengenai peristiwa banjir di Nusa Tenggara Timur. Kami bicara tentang siklon tropis yang terbentuk sampai dengan hari ini dan menurut Badan Meteorologi Australia akan makin menjauh dari wilayah Indonesia dan meluruh di arah barat laut dekat Australia. Siklon Seroja, itu nama yang diberikan BMKG atas siklon yang terbentuk di wilayah Indonesia tersebut. Seperti mungkin anda sudah ketahui, Indonesia mempunyai wewenang untuk memberikan nama pada siklon yang terbentuk di sebelah lintang selatan wilayah Indonesia. Kami memperbicangkan bagaimana siklon tersebut terbentuk, bagaimana kemungkinan perkembangannya, dan bagaimana cuaca dan musim dalam beberapa waktu ke depan. Siklon terbentuk jika syarat Palmer terjadi yakni jika suhu permukaan lautnya lebih dari 26,5oC dimana ini terjadi di wilayah tropis sehingga kelembapan atmosfer tinggi dan perawanan konvektif terbentuk (dalam hal ini awan-awan Cumulonimbus). Skala untuk menggambarkan siklon ini adalah skala Saffir Simphson.
Berbagai dampak kejadian siklon tropis Seroja tersebut sudah banyak didengar, dilihat dan dibaca dari media massa baik cetak maupun elektronik serta media sosial berantai. Perbincangan selain menyangkut aspek atmosfer, juga mencakup aspek daratan dimana kemungkinan lingkungan juga rusak meskipun harus dilihat faktualnya seperti apa. Hujan tinggi yang terjadi di wilayah Florest Timur yang mencapai 154 mm sementara di sekitarnya jauh lebih kecil menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah dekat dengan dinding mata siklon. Meskipun angka ini masih dirasa kecil dibandingkan kejadian curah hujan yang menyebabkan banjir di Jakarta tahun lalu.
Beberapa hal yang akhirnya kemudian menjadi rekomendasi dari kami adalah peningkatan kualitas SDM bidang meteorologi yang mendukung pada peningkatan kualitas layanan meteorologi dan klimatologi, memperkuat jaringan pengamatan baik menggunakan satelit, radar, maupun automatic weather station (AWS). Selain itu juga mendorong keberanian BMKG untuk menyampaikan informasi (early warning system, EWS) secara lebih akurat agar masyarakat makin menyadari bahwa memang wilayah Indonesia merupakan supermarket bencana alam. Kerjasama dengan negara lain (misal dengan Australia) juga didorong untuk meningkatkan kualitas layanan EWS.
Thursday, March 25, 2021
Webinar Hari Meteorologi sedunia
Tuesday, March 23, 2021
Hari Meteorologi Sedunia: meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan
Hari ini merupakan hari Meteorologi sedunia yang diperingati oleh berbagai negara di dunia ini dengan beragam cara. Tema peringatan tahun ini adalah "Lautan, iklim dan cuaca kita" yang mengingatkan kepada kita peran dari lautan pada iklim dan cuaca dunia. Kita mengetahui bahwa antara hidrosfer dan atmosfer mempunyai konektivitas yang demikian kompleks sehingga mewarnai kehidupan di muka bumi. Interaksi sub-sub sistem iklim yang terdiri dari hidrosfer, atmosfer, lithosfer, kriosfer, biosfer dan humanosfer yang membentuk ikatan dan interaksi yang demikian kompleks sangat dipengaruhi oleh keberadaan matahari yang ada di luar sistem bumi. Tanpa adanya radiasi matahari, tidak mungkin sistem iklim di bumi seperti saat ini.
Dari tema di atas terlihat betapa pentingnya lautan akan masa depan iklim di muka bumi. Statement dari WMO (World Meteorological Organization) dan bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa adalah bahwa laut merupakan masa depan umat manusia. Terlihat bahwa para ahli meteorologi dan negara-negara di seluruh dunia sepakat memandang penting keberadaan laut di tengah-tengah kita. Tanpa lautan maka sistem iklim akan pincang dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam siklus hidrologi misalnya, sebagian besar penguapan berasal dari permukaan laut. Dengan luas lautan yang mencapai 70% permukaan bumi maka peristiwa yang terjadi di laut akan berdampak pula pada peristiwa di darat. Penguapan yang tinggi memicu terbentuknya perawanan yang bila didorong oleh angin menuju daratan maka bisa membentuk hujan orografis ketika membentur pegunungan. Dengan kata lain bila dari massa udara yang bertiup dari wilayah lautan ke arah daratan dan membawa cukup uap air untuk mengalami proses kondensasi di ketinggian atmosfer dekat pegunungan maka terbentuk awan-awan orografis yang notabene bisa menghasilkan efek Foehn pada sisi balik gunung (leeward).
Peristiwa pembentukan awan-awan konvergensi pun juga dipengaruhi oleh keberadaan lautan. ITCZ yang merupakan zone dimana konvergensi di wilayah tropis terjadi merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh pada cuaca dan musim serta iklim di suatu negara. Indonesia yang terletak di sekitar ekuator banyak dipengaruhi oleh sistem tekanan rendah ini. Gerak semu matahari yang memicu penguapan di suatu tempat (daratan dan lautan) akan menyebabkan adanya pergeseran dari wilayah ITCZ. Wilayah perawanan ini bergeser sesuai dengan gerak semu matahari.
Peristiwa cuaca ekstrim seperti siklon tropis terbentuk ketika salah satunya yakni syarat Palmer terjadi. Suhu permukaan laut harus lebih dari 26.5 derajat Celcius sampai kedalaman 60 meter. Ini hanya dimungkinkan terjadi di wilayah tropis. Beberapa syarat lain agar siklon tropis terjadi antara lain geser angin vertikal rendah, dan kelembapan cukup untuk terbentuknya ketidakstabilan yang besar di atmosfer khususnya pada ketinggian 5 kilometer. Sementara itu untuk wilayah lintang tengah pembentukan siklon luar tropis terjadi dipicu oleh keberadaan sistem frontal.
Pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca di atmosfer membawa dampak besar pada sub sistem di bumi. Mencairnya es di kutub sehingga permukaan air laut meningkat, merendam daratan di wilayah-wilayah kepulauan bahkan dikhawatirkan sepertiga dari wilayah Bangladesh bisa tenggelam bila suhu udara mengalami peningkatan beberapa derajat. Pemanasan global ini menyebabkan sistem iklim dunia berubah. Dengan kata lain pemanasan global yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dan alam menyebabkan adanya perubahan iklim dunia. Inilah yang kemudian banyak disadari oleh para saintis, masyarakat umumnya dan para pemimpin dunia akan pentingnya menjaga lingkungan khususnya lautan agar tetap bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Langkah-langkah kecil namun pasti itu lebih baik daripada langkah besar namun tidak dilaksanakan, hanya sekedar wacana atau mimpi besar saja. Marilah mengambil bagian dalam upaya menyelamatkan makhluk hidup di muka bumi dengan mengambil sejumlah langkah baik kecil maupun besar bersama-sama. Bergandengan tangan di antara pihak pentahelix yakni pemerintah, swasta, perguruan tinggi, komunitas, dan media sangat diharapkan agar terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan sehingga dunia masih nyaman dan lestari.
Tuesday, March 16, 2021
Hujan hari ini
Kalau hari ini di tempat anda hujan cukup deras, khususnya di pulau Jawa, maka hal tersebut wajar mengingat perawanan cukup tebal terjadi sepanjang pulau Jawa. Hanya sebagian kecil yang tidak tertutup awan bahkan mungkin bebas sama sekali. Ini terlihat pada citra satelit berikut ini:
Thursday, March 11, 2021
Pola umum cuaca dan musim
Prediksi berdasarkan kondisi ENSO (El Nino and Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) dapat disampaikan sebagai berikut. Selama bulan Maret 2021, kita telah melampaui puncak La Nina dan menuju kondisi netral demikian pula dengan Dipole Mode nya, hal ini bisa dilihat pada kedua link di bawah ini yakni http://www.bom.gov.au/climate/model-summary/images/ms_nino_07.png dan
http://www.bom.gov.au/climate/model-summary/images/ms_iod_11.png . Ini berarti bahwa kondisi cuaca dan musim di Indonesia lebih dipengaruhi oleh aktivitas monsoon khususnya dalam hal ini diprediksi sampai bulan Juli. Dan itu berarti bahwa cuaca dan musim akan biasa-biasa saja. Pada saat ini cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin barat sampai barat laut di belahan bumi selatan dan angin timur laut di belahan bumi utara. Ini menunjukkan bahwa bulan basah masih bisa terjadi, apalagi pada hari-hari ini berkembang pusat tekanan rendah di lepas pantai selatan Jawa, meskipun belum begitu masif yang ditunjukkan dengan belum kuatnya perawanan yang terjadi di wilayah tersebut. Di Nusa Tenggara juga terdapat angin barat daya yang berasal dari Australia yang bertemu dengan angin baratan dari benua Asia. Pola angin sangat terlihat pada wilayah perairan sedangkan di wilayah daratan agak mengalami pola acak akibat gesekan dengan permukaan daratan. Ini terdapat di semua pulau dimana angin permukaan tidak mengikuti betul pola angin umum seperti yang terdapat di atas permukaan laut, terutama di pulau-pulau besar.
Monday, March 1, 2021
Kejar tayang ...
Beberapa waktu ini terdapat kesan bahwa apa yang dipublish di media massa seperti kejar tayang, kurang begitu memperhatikan kevalidan data dan informasi. Mungkin ada juga peneliti yang tampaknya juga mengejar publikasi pokoknya berlomba-lomba memberikan keterangan kepada masyarakat tanpa begitu memperhatikan keakuratannya dan dampaknya kepada masyarakat. Pokoknya sudah seperti selebritis atau wartawan yang mengejar sensasi semu. Euforia demokrasi yang menjangkiti banyak pihak menyebabkan seolah seenak sendiri dalam memberitakan dan menyampaikan pendapat tanpa didasari kaidah ilmiah. Dalam kebencanaan misalnya, dengan menganggap bahwa peristiwa yang sama bisa berulang pada tempat yang sama maka seorang yang tidak berkompeten pada bidangnya akan mencari arsip dan pada tanggal tertentu terjadi bencana anu. Maka dengan mendaur ulang tanpa pertimbangan yang matang dia publish informasi tersebut sebagai berita terkini. Orang yang tidak teliti akan menganggap bahwa berita semacam itu baru saja terjadi (tidak melihat tanggal kejadian) sehingga bisa menimbulkan analisa-analisa atau bahkan tindakan yang tidak tepat. Pokoknya bersuara, itu sepertinya yang menjangkiti sebagian masyarakat kita. Padahal yang harus diingat bahwa peristiwa bencana tidak berlangsung secara eksak, misal pada tanggal tertentu tahun lalu atau beberapa tahun lalu, maka tahun ini akan terjadi peristiwa yang sama pada lokasi yang sama. Bumi mempunyai mekanisme sendiri dalam mengatur dirinya dalam mencapai kesetimbangan dan sulit untuk diprediksi dengan tepat kemauannya. Di sisi yang lain, wartawan yang merupakan salah satu garda depan dalam mengawal demokrasi dan rasa nasionalisme serta jiwa membangun, sering terjebak pada keberpihakan pada salah satu pihak, tidak merdeka dalam pemberitaannya. Prinsip kehati-hatian dalam pemberitaan akan mendorong pencapaian keadilan sosial lebih terjaga.
Thursday, February 25, 2021
Bersiap terhadap bencana mendatang
Dalam beberapa waktu ini telah terjadi bencana alam banjir di beberapa wilayah di Indonesia. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa telah terjadi banjir di wilayah Kalimantan Selatan yang merusak banyak sarana prasarana di propinsi tersebut akibat berbagai masalah lingkungan. Peristiwa banjir juga melanda Jakarta, Nganjuk (Jawa Timur), Pekalongan, Kudus dan Semarang (Jawa Tengah). Semuanya diakibatkan oleh curah hujan yang lebat, tidak tertampungnya air oleh saluran drainase, permasalahan kerusakan lingkungan akibat perubahan tata guna lahan dan perilaku masyarakat, Semoga peristiwa ini tidak berulang lagi dalam waktu mendatang mengingat curah hujan makin berkurang dari waktu ke waktu khususnya untuk wilayah yang mempunyai curah hujan monsoonal.
Di wilayah Sumatera Utara sudah mulai terjadi kebakaran hutan. Ini menunjukkan ada daerah-daerah yang sudah menginjak musim kemarau dan bila mengingat apa yang diramalkan oleh BMKG maka hal ini memang patut untuk diwaspadai dan ditindaklanjuti. Perhatikan gambar berikut ini:
Terlihat bahwa wilayah Indonesia yang berada di Utara ekuator diprakirakan pada dasarian ketiga bulan Pebruari ini sudah mengalami curah hujan yang rendah kurang dari 50 mm sehingga peluang dari terjadinya kering dan kekeringan meningkat. Kalau dilihat baru pada bulan Maret, April dan Mei 2021 terjadi El Nino lemah dan Dipole Mode menunjukkan arah menuju IOD positif maka kemungkinan kering meningkat dan menjadi bulan-bulan kering meskipun tidak ekstrim.
Sunday, January 17, 2021
Kita kurang ajar
Kurang ajar ... kata itu sering disampaikan oleh orang tua kepada anaknya atau seseorang kepada orang lain yang melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan atau menyinggung perasaan. Sering diartikan pula sebagai umpatan terhadap seseorang. Tapi maksudnya dalam hal ini adalah "kurang belajar" ... kita kurang belajar dari teori atau praktek yang sudah berlangsung beberapa waktu atau jauh-jauh hari sebelumnya. Misalnya dari kasus longsor. Longsor terjadi pada area yang memiliki kelerengan tertentu, penguat tanah tidak berfungsi dengan baik (vegetasi), karakteristik tanah (tekstur dan struktur) yang memudahkan hujan menggerus dan membawa tanah ke tempat lain atau lebih rendah atau sebab gempa. Lingkungan yang rusak ditandai dengan kondisi kalau musim hujan banjir atau longsor sedangkan saat musim kemarau kekeringan serta sedikitnya/berkurangnya jumlah mata air yang ada. Siklus hidrologi pada berbagai skala menjadi berubah dan makin menyulitkan memperoleh air bersih secara alami merupakan tanda-tanda alam yang sudah selayaknya untuk dipahami dan dibaca serta ditindaklanjuti bahwa alam sudah mengalami kerusakan.
Pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali dan penataan ruang yang tidak terkontrol merupakan sebab lain yang cukup besar pengaruhnya pada bentang alam dan siklus hidrologi. Perhatikan gambar berikut ini yang menunjukkan bahwa luas hutan dari waktu ke waktu mengalami pengurangan yang sangat signifikan. Kebakaran hutan dan lahan, konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan, penebangan liar dan kalahnya laju penghijauan kembali dengan laju kerusakannya merupakan penyebab yang sampai sekarang belum mendapatkan porsi perhatian yang lebih dari semestinya. cmiiw
Menyimak dari gambar tersebut maka wajar bila seandainya di Kalimantan akan makin sering terjadi banjir di wilayah-wilayah yang selama waktu sebelumnya belum pernah mengalaminya. Bila tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin bencana alam akan merupakan langganan bagi mereka yang menghuni kawasan tersebut.
Monday, December 28, 2020
Bencana nasional 2020
Akhir tahun 2020 ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis berita bahwa selama kurun waktu satu tahun ini telah terjadi 2921 bencana alam di seluruh tanah air dimana 1064 kejadiannya berupa bencana alam banjir. Jadi lebih dari sepertiga bencana alam berupa banjir. Ini tentu saja peristiwa yang tidak mengenakkan dan menyengsarakan bagi masyarakat terdampak. Rinciannya adalah 16 gempa bumi, 7 letusan gunung api, 326 kebakaran hutan dan lahan, 29 kejadian kekeringan, 570 kejadian tanah longsor, 872 putting beliung, 32 gelombang pasang dan abrasi dan kejadian non alam yakni pandemi Covid-19 dimana sampai dengan hari ini kecenderungan jumlah penderitanya bertambah. Sebanyak 713.365 orang terkonfirmasi terkena Covid. Lebih dari 21 ribu jiwa meninggal dunia dengan tingkat kesembuhan mencapai lebih dari 580 ribu orang.
Urutan kejadian bencana alam didominasi oleh Sumatera, diikuti oleh Jawa, Kalimantan dan Papua. Kerusakan total fasilitas public mencapai 1543 unit dimana 672 buah di antaranya berupa fasilitas pendidikan, 728 fasilitas ibadah dan 143 fasilitas kesehatan. Lebih dari 6 juta jiwa mengungsi dan 370 jiwa meninggal dunia, 39 hilang dan luka-luka sebanyak 356 orang.
Generasi muda dan kebencanaan
Latar belakang dan motivasi
Abad 21 merupakan abad teknologi informasi; setiap orang
dari mulai balita sampai orang-orang jompo terpapar oleh informasi yang
disampaikan melalui media masa dan media sosial. Selama 24 jam sehari,
pemberitaan dan pertukaran informasi terjadi melalui media elektronik dan media
cetak. Oleh karena itu seolah-olah tidak ada batas negara dalam hal informasi.
Namun informasi-informasi tersebut bercampur aduk, ada yang benar dan ada pula
yang salah/hoaks. Bahkan tidak jarang informasi diselewengkan untuk
tujuan-tujuan yang tidak benar dan merusak. Karenanya dibutuhkan filter dan
tameng untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan merusak
tersebut dengan memberikan pemahaman yang benar salah satunya tentang
kebencanaan kepada generasi muda. Peran dari penyampai berita baik perorangan
maupun lembaga tentu sering menyebabkan kekisruhan di masyarakat. Dengan
perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi
penyampai berita yang sangat cepat. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak
media dalam meningkatkan mutu pemberitaan. Diharapkan dengan meningkatkan
pemahaman tentang bencana kebumian di Indonesia dan sekitarnya bagi para
generasi muda di pondok-pondok pesantren ASWAJA maka sedikit demi sedikit
pemahaman masyarakat dan generasi muda akan masalah kebencanaan menjadi lebih
baik. Generasi muda menjadi mitra
strategis dalam menyampaikan berita tersebut
Deskripsi masalah dan Tujuan
Beberapa tahun terakhir ini fenomena cuaca dan iklim ekstrim seperti banjir, kekeringan, angin kencang, angin puting beliung dan siklon tropis serta bencana kebumian yang lain seperti gempa bumi, letusan gunung api, tsunami makin sering melanda dunia. Pemberitaan tentang hal tersebut dapat dijumpai di berbagai macam media masa seperti koran, majalah, buletin, televisi, radio dan media sosial lainnya seperti twitter, facebook, dll. Dengan demikian maka hampir semua kalangan masyarakat terpapar oleh pemberitaan tersebut. Namun sayangnya, sering pemberitaan tersebut tidak tepat sehingga informasi yang diterima masyarakat juga tidak tepat. Akibatnya pemahaman masyarakat tentang fenomena cuaca dan iklim serta bencana kebumian yang lain menjadi tidak tepat juga. Ini merupakan tanggungjawab kita bersama; pemerintah, dunia pendidikan yang terkait dengan ilmu dan teknologi kebumian, masyarakat khususnya generasi muda dan media masa (khususnya wartawan) untuk meluruskannya.
Pemberitaan yang sering tidak tepat menggelitik kami untuk
mencoba meningkatkan mutu dan meluruskannya melalui kegiatan ceramah interaktif
ke pondok-pondok pesantren ASWAJA agar generasi muda kita melek atau paham
tentang bencana-bencana tersebut yang terjadi di Indonesia. Diharapkan ada efek
bola salju dari kegiatan ini dalam memahami fenomena alam dan mensikapinya.
Metodologi
Pemahaman masyarakat tentang bencana kebumian khususnya
akibat cuaca dan iklim akan sedikit demi sedikit menjadi lebih baik karena
perbaikan pemahaman generasi muda tentang berita yang sampai kepada mereka. Ini
karena setiap saat warga masyarakat terpapar oleh berita, tidak terkecuali
berita tentang bencana alam tersebut. Oleh karena itu, santriwan dan santriwati
pondok pesantren ASWAJA merupakan mitra strategis bagi perguruan tinggi. Berita
dan informasi tersebut akan dengan cepat dapat diluruskan bila semakin banyak
generasi muda memahami dengan benar dan saling bahu membahu bekerjasama dalam menyampaikan berita dan
informasi yang benar kepada masyarakat luas melalui berbagai forum dan media.
Target luaran: video pembelajaran dan buku serta publikasi
di media massa
Kelompok sasaran : generasi muda pontren ASWAJA di Jabar,
Jateng, DIY dan Jatim serta propinsi-propinsi lain di Indonesia
Outcome:
Thursday, November 19, 2020
Mengapa musim hujan tidak setiap hari hujan
Sejak beberapa waktu yang lalu kita telah memasuki musim hujan. Musim hujan diartikan sebagai periode dimana hujan banyak terjadi. Ukurannya adalah bila sudah memasuki dasarian yang curah hujannya melebihi 50 mm setelah tiga dasarian berturut-turut masing-masing mempunyai curah hujan lebih dari 50 mm. Pada musim hujan, hujan merupakan fenomena yang sering terjadi sedangkan pada musim kemarau, curah hujan jarang terjadi meskipun bisa saja terjadi hujan dengan besar dalam satu dasariannya kurang dari 50 mm. Bila kita amati dalam beberapa waktu terakhir, pada kadar antara jarang dan sering, curah hujan terjadi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa curah hujan tidak terjadi?? Mari kita lihat peta sinoptik berikut ini.
Friday, November 6, 2020
Percepatan pembangunan bisa terjadi
Saat-saat semacam ini, alangkah baiknya bagi kita semua untuk merenung dan memikirkan kembali apakah pembangunan sudah memperhatikan dan memperhitungkan cuaca, musim dan iklim dengan seksama. Selama puluhan tahun, masalah cuaca musim dan iklim seolah-olah hanya sekedar sebagai pengisi waktu sela antara satu acara televisi dengan acara televisi yang lain. Orang akan melihat bahwa ramalan cuaca (waktu jaman dulu menggunakan istilah tersebut, namun setelah judi porkas SDSB dll marak maka istilah ramalan diganti dengan prakiraan) merupakan acara yang mungkin bagi sebagian besar orang terasa menjemukan. Ada masa dimana sejak ada televisi swasta, acara prakiraan cuaca menjadi terasa demikian menarik seperti siaran-siaran luar negeri karena kiblat penyiaran ramalan cuaca waktu itu adalah Amerika Serikat. Namun karena dikhawatirkan terjadi perbedaan antara ramalan cuaca di TVRI dan di televisi swasta yang dikhawatirkan akan membingungkan masyarakat maka acara tersebut tidak lagi disiarkan. Setelah beberapa waktu kemudian, siaran ramalan cuaca di televisi swasta disampaikan lagi dengan format yang mirip namun dengan sumber yang sama dengan yang dipakai TVRI. Apalagi kemudian muncul UU Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (MKG) maka sudah merupakan kewajiban untuk menyiarkan hasil ramalan cuaca versi BMKG. Sebenarnya bila saja dimungkinkan swasta menggunakan sumber siarannya sendiri maka bisa menjadi pembanding yang baik bagi perkembangan MKG. Terlepas dari pasang surutnya perkembangan hak siaran MKG, saya ingin menyoroti masalah pembangunan di tanah air yang dikaitkan dengan kondisi cuaca musim dan iklim di Indonesia.
Seperti saya sering sebut sebelumnya, kita mengenal tiga pola curah hujan di Indonesia. Ini perlu berkali kali saya ulangi mengingat parameter curah hujan merupakan parameter paling penting di wilayah tropis seperti negara kita ini. Curah hujan mempunyai pola monsoonal, ekuatorial, dan lokal. Distribusi lokasi dari pola-pola tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Saturday, October 31, 2020
Bencana hidrometeor
Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah mengalami musim penghujan. Bagi kalangan tertentu, ini merupakan berita yang sangat menggembirakan, namun mungkin tidak bagi kalangan yang lain. Pembangunan bidang pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lingkungan hidup dll tentu merupakan berita yang bagus karena bisa melakukan aktivitasnya dengan baik, tidak terkendala oleh cuaca dan musim. Namun bagi kegiatan infrastruktur luar ruangan, ini berita yang agak kurang menggembirakan karena pekerjaan bisa tertunda. Semoga tulisan saya terdahulu yang menyatakan bahwa kita harus menyesuaikan kegiatan pembangunan dengan cuaca musim dan iklim benar-benar dilaksanakan sehingga terjadi efisiensi dalam penganggaran, waktu dan sebagainya. Meskipun mungkin dengan adanya bencana hidrometeor bisa berdampak pada pembangunan infrastruktur baru namun dengan adanya hujan yang mungkin akan turun hampir setiap hari maka tetap saja akan terpengaruh berbagai kegiatan di dalamnya.
Saya sengaja mengatakan bencana hidrometeor, bukan hidrometeorologi mengingat bahwa hidrometeorologi adalah ilmu tentang hidrometeor. Jadi semestinya bencananya adalah bencana hidrometeor, bukan bencana hidrometeorologi. Karena sudah salah kaprah maka akhirnya banyak orang menyebutnya sebagai bencana hidrometeorologi. Itu sekelumit kisah mengapa saya menuliskannya sebagai bencana hidrometeor.
Kembali ke hal yang sudah saya sampaikan di atas. Saat ini pengembangan pertanian sangat diuntungkan dengan adanya hujan. Pada saat kemarau kemarin, kekeringan melanda sejumlah wilayah bahkan dikhawatirkan timbul bencana kebakaran hutan dan lahan. Kekeringan sendiri mempunyai 4 jenis yakni kekeringan meteorologi, hidrologi, pertanian dan sosial ekonomi. Tiadanya hujan karena siklus air yang tidak berjalan dengan baik menjadikan lahan pertanian tidak bisa berproduksi optimal sehingga berdampak pada sosial ekonomi masyarakat. Dengan kecukupan air semestinya dikembangkan tanaman-tanaman yang membutuhkan air banyak atau tanaman yang berdaun lebar serta bisa pula berbudidaya mina padi. Suatu sistem yang menggabungkan antara tanaman dan hewan yang saling menguntungkan. Tanaman padi mendapatkan pupuk dari kotoran ikan, sedangkan ikan
mendapatkan bahan pangan dan oksigen dari tanaman. Hama dan penyakit tanaman akan terkurangi potensi keberadaannya karena adanya mina (ikan). Pola-pola pertanian ganda semacam ini sebenarnya sangat dibutuhkan mengingat bisa merupakan langkah intensifikasi pertanian dimana bila dilakukan secara masif akan bisa meningkatkan produktivitas. Peternakan yang disandingkan dengan budidaya tanaman akan sangat menguntungkan juga mengingat ada simbiosis mutualisma yang terjadi. Ini merupakan pertanian yang ramah lingkungan dan mengorganisasikan seluruh potensi untuk dikembalikan ke alam, tidak menyisakan residu yang berarti. Masyarakat akan diuntungkan dengan sistem LEISA (low external input and sustainable agriculture) ini. Inilah saatnya untuk menggenjot produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan tidak menggantungkan diri pada import. Kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan harus terus menerus diupayakan agar negara betul-betul otonom terhadap semua kebutuhan rakyatnya. Negara maju yang disokong dengan kedaulatan pangan akan merupakan negara yang disegani. Gemah ripah loh jinawi, titi tentrem kerto raharjo. Subur makmur damai sejahtera dunia dan akheratnya.











