Tuesday, June 20, 2023

Rekaman webinar "Ancaman bahaya kekeringan di bawah bayang bayang El Nino"

 Berikut ini saya sampaikan link rekaman dari webinar dengan judul di atas seperti sudah disebut pada postingan sebelumnya sebagai bagian dari Gerakan Sedekah Ilmu dan pertanggungjawaban PT kepada masyarakat.

1. https://youtu.be/BLdUuhUirOM (Sambutan ketua Panitia)

2. https://youtu.be/Y-LQtQOie2U (Pembukaan oleh Ketua Harian LPPM ITB)

3. https://youtu.be/Py_h-X2NxYc (Materi oleh Dr. Joko Wiratmo MP) - ITB

4. https://youtu.be/UJgqCCHAdnw (Materi oleh Dr. Dasapta E. Irawan) - ITB

5. https://youtu.be/kq8VPbK6wm8 (Materi oleh Prof. Eddy Hermawan) - BRIN

Dokumentasi foto sampai semua sesi selesai dapat dilihat pada foto berikut ini.




Tuesday, June 6, 2023

Kekeringan dan El Nino

 Dalam beberapa hari mendatang, kami mencoba melakukan sedekah ilmu seperti yang selama ini kami lakukan dan upaya mencerdaskan masyarakat terhadap issue dan berita yang berkembang di Indonesia terkait El Nino, kekeringan, karhutla dsb. Upaya ini juga ditujukan agar masyarakat makin memahami bagaimana membaca cuaca, musim dan iklim yang terjadi pada saat kondisi normal dan anomali. Manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dengan mendaftar pada link yang disajikan di poster berikut.



Wednesday, May 31, 2023

Banjir rob makin marak??

 Rob (tidal flood) merupakan salah satu bencana alam yang terjadi di wilayah pantai yang landai. Berkaitan dengan hal tersebut maka ada 3 hal yang mesti ditinjau, yakni kondisi laut, daratan, dan muara sungai. Kita tinjau satu persatu. Kondisi laut saat ini mengalami peningkatan permukaan air laut (sea level rise) dimana terjadi penambahan beberapa milimeter per tahun yang  dalam jangka panjang angka yang terlihat kecil ini akan menghasilkan peningkatan yang tinggi dari permukaan air laut. Hal ini terjadi karena pemanasan global yang berlangsung  selama ini sehingga banyak es/lapisan kriosfer mencair.  Proses pemanasan global dapat dilihat di:  https://djokowiratmo.blogspot.com/2010/05/adakah-hubungan-antara-el-nino-dan.html

Pemanasan global dan perubahan iklim bisa berdampak pada peningkatan cuaca ekstrim misalnya siklon, angin kencang, waterspout, dan lain-lain. Siklon dan angin kencang meningkatkan ketinggian gelombang yang ketika mencapai pantai barangkali ia akan menjorok jauh ke area daratan yang kemudian kita sebut sebagai rob. Bila tidak ada hutan mangrove, misalnya, di daerah pantai maka rob ini akan makin jauh masuk ke wilayah daratan.

Source: https://www.nu.or.id/nasional/lpbinu-jelaskan-dua-penyebab-banjir-rob-semarang-j4qyO

Daratan yang mengalami subsiden akan meningkatkan peluang air laut yang lagi pasang masuk ke wilayah daratan. Subsidensi ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan, intrusi air laut, beban bangunan atau gedung-gedung di wilayah dekat pantai yang makin besar. Semakin besar tiga hal tersebut maka subsidensi makin meningkat. Beberapa waktu yang lalu dikabarkan bahwa wilayah pantai utara Jawa mengalami subsidensi yang makin meningkat, seperti yang dikemukakan oleh rekan-rekan dari Geodesi ITB. 

Yang ketiga yakni wilayah muara sungai. Pada saat musim hujan peluang terjadinya banjir rob makin meningkat karena aliran sungai yang kencang dan meninggi. Hal ini bisa menyebabkan wilayah pantai yang  dipasang tanggul bisa menjadi jebol. Ini menyebabkan peluang terjadinya banjir meningkat apalagi bila lautan mengalami pasang.

Sehingga bila 3 hal di atas berlangsung bersamaan, dalam hal ini terjadi pasang, daratan landai dan mengalami subsidensi, dan air banjir dari arah hulu sungai maka berdampak pada meningkatnya potensi banjir rob. 


Sunday, May 21, 2023

Perubahan iklim hanya sebatas wacana, rendah realisasi ??

Saat ini sedang dilakukan pertemuan G7 di Jepang yang membahas berbagai macam masalah dunia internasional dimana peran negara-negara G7 signifikan dalam menentukan arah kebijakan global. Salah satu yang dibahas di dalamnya adalah masalah perubahan iklim yang terus menerus mengancam kehidupan di muka bumi bila tidak segera dilakukan terobosan-terobosan baru dan implementasi / realisasi berbagai kerjasama antar negara di dunia yang ada selama ini. Miskinnya realisasi pendanaan negara maju misal dalam perdagangan karbon serta janji-janji manis mereka dalam masalah kehutanan dan ekonomi menyebabkan program-program yang dijalankan negara-negara berkembang jalan di tempat. Ketidakbenaran dan ketidakadilan yang terjadi akibat ulah negara-negara maju yang kurang mengontrol jumlah karbon yang dihasilkan sementara negara-negara berkembang dipaksa untuk menekan tingkat emisi karbon dengan anggaran terbatas atau bahkan hasil jual emisi karbon yang tidak direalisasikan dengan baik selalu terjadi. Bila negara maju juga turut merealisasikan berjuang dengan gigih memitigasi dan mengadaptasi perubahan iklim maka bukan tidak mungkin target mengendalikan peningkatan suhu bumi tidak lebih dari 1.5oC akan terwujud. Langkah-langkah strategis harus terus dilakukan agar negara negara maju mewujudkan pendanaan tersebut. Semoga saja apa yang disuarakan oleh Indonesia dalam berbagai forum internasional terkait masalah ini khususnya yang disuarakan oleh Presiden RI saat ini akan benar benar bisa membuka hati dan pikiran serta mindset baru dari para pemimpin dunia yang hadir dalam pertemuan G7 ini.

Friday, April 28, 2023

Benarkah lapisan ozone di atas Indonesia menipis??

 Pertanyaan menggelitik itu terus menerus ada di benak saya mengingat beberapa waktu ini terasa lebih gerah dan panas di kulit ketika berada di luar ruangan. Di kelas, saya menyampaikan terkait peluang gelombang panas yang selama beberapa waktu ini ditanyakan oleh masyarakat di ruang publik. Saya sampaikan bahwa gelombang panas ini meskipun barangkali istilahnya kurang tepat dan berbeda dengan yang mungkin terjadi di lintang tengah namun bisa terjadi di wilayah-wilayah di dekat pegunungan. Di sini efek Foehn terjadi sehingga daerah bayang-bayang hujan di balik gunung mengalami angin yang lebih hangat dan suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan di arah windward pada ketinggian yang sama dari mean sea level. Di kita beberapa istilah lokal digunakan untuk menandai efek Foehn ini, misalnya angin Bohorok, Gendhing, Wambraw dan sebagainya. Di negara-negara lain muncul dengan nama misalnya Foehn, Zonda, Chinook dan lain-lain. Jika terkena kulit, angin Foehn ini memang terasa hangat dan agak panas serta kering tergantung ketinggian dari gunung yang ada di sekitarnya. Makin tinggi gunung, suhu yang bisa ditimbulkannya bisa menjadi lebih signifikan perbedaannya. 

Kalau dilihat saat ini yang menunjukkan matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU) maka seharusnya angin mulai lebih kuat dari BBS daripada dari BBU khususnya untuk yg terkait dengan monsoon di Asia Tenggara - Australia. Mengingat monsoon tenggara dari wilayah Australia lebih hangat maka wajar juga apabila terasa lebih kering meskipun bulan ini merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. 

Kemungkinan yang lain adalah tergantung lokasi lokalnya seperti apa. Jika lokasinya seperti Bandung yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan maka pada saat perawanan di atas wilayah Bandung khususnya awan-awan yang pertumbuhannya lateral seperti jenis-jenis stratus maka panas yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia akan tertahan dan hanya sedikit yang keluar dari area tersebut. Ini berakibat pada akumulasi panas yang semakin meningkat sehingga udara makin menghangat dan badan banyak berkeringat.

Satu hal lagi yang tampaknya perlu mendapatkan perhatian adalah tentang lapisan ozone. Ketebalan maksimum lapisan ini di stratosfer berada pada ketinggian 20-30 km. Sifat dari ozone adalah menyerap spektrum radiasi matahari gelombang pendek yakni ultraviolet. Ketika spektrum ini tidak terfilter dengan baik karena menipisnya lapisan ozone maka bisa berdampak tidak baik pada kesehatan. Dalam waktu lama bisa berdampak pada kerusakan kulit dan jaringan serta bahkan bisa menimbulkan kematian. Sejumlah langkah bisa ditempuh untuk menguranginya yakni menggunakan sunblock atau memakai baju lengan panjang atau mengurangi aktivitas luar ruangan antara jam 9-14 WIB. Apakah benar bahwa panas yang terasa di kulit beberapa waktu ini akibat menipisnya lapisan ozone ? ... semuanya butuh penelitian yang intensif.


Saturday, April 1, 2023

Peningkatan kualitas informasi cuaca ekstrim di Indonesia

 Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD, MJO, seruak dingin dan berbagai gelombang atmosfer. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia. Berbagai peristiwa kebencanaan ini banyak masyarakat yang belum memahaminya dengan benar sehingga hal-hal yang mungkin bisa dicegah dengan melibatkan masyarakat bisa makin disadari oleh mereka-mereka yang duduk di pemerintahan. Semakin banyak masyarakat memahami bagaimana hakikat terjadinya bencana dimana salah satunya adalah cuaca ekstrim maka diharapkan akan makin banyak garda depan dalam menangani dan memitigasi bencana alam tersebut. 

Abad 21 merupakan abad teknologi informasi dimana setiap orang dari mulai balita sampai orang-orang jompo terpapar oleh informasi yang disampaikan melalui media masa dan media sosial. Selama 24 jam sehari, pemberitaan dan pertukaran informasi terjadi melalui media elektronik dan media cetak. Oleh karena itu seolah-olah tidak ada batas negara dalam hal informasi. Namun informasi-informasi tersebut bercampur aduk, ada yang benar dan ada pula yang salah/hoaks. Bahkan tidak jarang informasi diselewengkan untuk tujuan-tujuan yang tidak benar dan merusak. Karenanya dibutuhkan filter dan tameng untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan merusak tersebut dengan meningkatkan kualitas pemahaman yang benar dimana salah satunya menyangkut masalah cuaca ekstrim di Indonesia. Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu pemberitaan.

Peningkatan kualitas informasi cuaca ekstrim ini harus makin diarahkan agar masyarakat lebih mudah memahami berbagai macam potensi kebencanaan di Indonesia dan juga agar literasinya tinggi. Penyampaian berita yang mudah dipahami kalangan awam merupakan tantangan tersendiri bagi kalangan akademisi. Kegiatan ini diupayakan dilakukan secara rutin agar literasi masyarakat tersebut makin membaik. Jaringan informasi yang dijalin dengan para peserta kegiatan tahun lalu melalui WAG merupakan salah satu modal dasar dalam menyebarkan informasi sekaligus juga bisa menangkal issue issue yang tidak benar tentang cuaca ekstrim. Diharapkan dengan kegiatan ini kedua tujuan di atas dapat dicapai dengan lebih cepat dan lebih terorganisir.Semakin besar jumlah garda depan informasi cuaca ekstrim akan lebih baik.

Wednesday, January 18, 2023

ITCZ masih di belahan selatan Indonesia

 ITCZ atau intertropical convergence zone hari ini masih berada di belahan bumi selatan Indonesia. Ini tentu saja berpengaruh pada curah hujan di kawasan tersebut dimana peluang terjadi bencana alam banjir dan sejenisnya lebih banyak terjadi di wilayah selatan. Ini terlihat pada link di bawah ini:

 http://inderaja.bmkg.go.id/IMAGE/HIMA/H08_EH_Indonesia.png?id=47463h1fuqvdsvsxjmn89yo

Perlu juga diketahui, meskipun beberapa hari terakhir curah hujan relatif kecil, bukan berarti bahwa kemungkinan hujan sampai dengan akhir bulan ini mengecil. Bisa jadi di wilayah lain curah hujan cukup besar mengingat puncak musim hujan di berbagai tempat di tanah air bisa berbeda-beda. Secara garis besar ada 3 pola curah hujan di Indonesia yakni monsoonal, ekuatorial dan lokal. Bisa jadi pola ini tidak tergambar dengan jelas karena merupakan kombinasi dari ketiganya, hanya saja yang paling dominan yang mana ... itu yang akan tergambar lebih jelas polanya dibanding yang lain. Barangkali anda juga tahu bahwa banyak faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia baik yang dalam arah zonal maupun meridional serta lokal. Beberapa yang bisa disebut adalah monsoon, IOD, ENSO, MJO, SAO, PDO, gelombang-gelombang atmosfer, dan berbagai faktor lain yang belum terungkap sampai dengan saat ini.  

Penelitian-penelitian baik yang dilakukan oleh PT maupun BRIN masih belum optimal dalam mengungkap semua fenomena yang disebut di atas. Bahkan barangkali akan muncul fenomena-fenomena alam baru yang belum ditemukan sampai dengan saat ini mengingat demikian kompleksnya hubungan antar sub sistem iklim dalam skala waktu detik sampai waktu tak terhingga. Model-model peramalan cuaca yang ada saat ini merupakan penyederhanaan berbagai proses yang diperhitungkan di sana. Oleh karena itu para peneliti dan akademisi serta praktisi seharusnya makin mendalami hal-hal tersebut.

Dampak curah hujan yang terjadi pada waktu ke depan ini bisa jadi akan menyebabkan banjir, longsor, erosi, banjir bandang dsb sehingga perlu tetap waspada akan kemungkinan bencana-bencana tersebut. Semoga saja, dengan berkaca pada peristiwa yang sudah terjadi, langkah-langkah preventif, adaptif dan kuratif bisa dilakukan sesegera mungkin. Tulisan saya sebelum-sebelumnya banyak menyampaikan masalah ini. 

Tuesday, January 3, 2023

Banjir rob di pantai Utara Jawa

 Beberapa hari ini, banjir melanda berbagai tempat di wilayah pantai utara pulau Jawa. Cukup tinggi bahkan bisa mencapai satu meter. Mengapa hal ini bisa terjadi?? Beberapa hal yang bisa disebut di sini adalah penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan dan aktivitas manusia yang makin banyak di atas permukaan tanah tersebut. Lho kok bisa karena penyedotan air tanah?? Hal ini tidak lain karena fluida atau cairan atau air itu selalu mengisi ruang kosong, pori-pori tanah sehingga bila air ini disedot maka banyak ruang kosong yang tak terisi. Akibatnya karena di atas permukaan tanah dibangun berbagai macam jenis infrastruktur dan aktivitas manusia yang makin meningkat maka menjadi beban bagi tanah dan tanah menjadi dipadatkan. Oleh karena itu maka permukaan tanah menjadi turun.

Faktor lain yang berpengaruh adalah kenaikan permukaan air laut (MSL) akibat pemanasan global. Saat ini suhu udara di bumi semakin meningkat sehingga lempengan dan gunung-gunung es serta gletsyer makin mencair . Karena pencairan lapisan kriosfer tersebut  maka permukaan air laut juga meningkat meskipun ordenya sangat kecil yakni hanya berorde milimeter per tahun. 

Faktor ketiga yang turut berperan dalam hal tersebut adalah peningkatan cuaca ekstrim khususnya hujan deras yang terjadi di daratan yang akhirnya mencapai laut akibat perubahan iklim. Berkali-kali dalam blogspot ini saya menyebut dan menulis tentang perubahan iklim ini sekaligus juga videonya. Perubahan iklim ini membawa dampak signifikan terhadap anomali kejadian cuaca, musim dan iklim turunannya. 

Bila ketiga hal di atas terjadi secara bersamaan, saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, terjadi pasang laut yang tinggi maka banjir rob di pantai akan dengan mudah terjadi. Lalu apa yang bisa dilakukan bila hal tersebut terjadi?? Banyak hal!! Contoh kecil adalah aktivitas memerangi perubahan iklim dengan cara perbanyak tanam pohon, kurangi pemakaian energi yang berlebihan, kurangi pemakaian kertas, dan lain-lain. Hal-hal tersebut lebih berupa upaya mitigasi. 

Wednesday, November 2, 2022

Selingan: Toksik??? Jauhi!!

 Beberapa waktu ini, khususnya memang dipicu oleh peristiwa menjelang pemilihan kepala daerah atau Gubernur DKI Jakarta kesan bahwa politik identitas begitu mengemuka. Dilanjutkan dengan pemilihan presiden RI yang juga begitu gegap gempita menggaungkan identitas khususnya masalah SARA (suku, agama, ras, antar golongan) sehingga sempat menyebabkan suasana kebatinan dan kebangsaan Indonesia begitu terkoyak-koyak. Bayangkan, dengan jumlah suku di Indonesia yang ribuan dan menganut berbagai agama menyebabkan begitu rentannya persatuan dan kesatuan NKRI bila hal ini terus menerus dilakukan.

Orang-orang yang merasa paling benar sendiri, menganggap tahu segalanya terhadap kehendak Yang Maha Segalanya, kunci surga berada di tangannya dan pemeluk agama lainnya dimusuhi dan dianggap sebagai kafir yang harus diperangi/dimusuhi bahkan boleh jadi dimusnahkan berperan besar pada terpeliharanya bara api yang setiap saat merenggut bangsa Indonesia. Di kehidupan sehari-hari, infiltrasi berbagai aliran yang selama ini dilarang oleh pemerintah karena bisa mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara demikian masif terjadi. Tidak saja dalam kehidupan beragama, tetapi juga seluruh bidang kehidupan seperti pendidikan, penegakan hukum, politik, ekonomi, dan lain-lain. Semuanya dirasuki melalui media massa dan media sosial baik cetak maupun elektronik. Demikian masifnya aliran/pemikiran/pandangan yang mereka gaungkan setiap saat menyebabkan ada kegoyahan dalam memandang persoalan bangsa dan kehidupan ini oleh para pemuka masyarakat dan pemerintah. Karena sering dibenturkan dengan kitab suci atau kutipan ayat-ayat yang bisa multi tafsir maka kegamangan dalam mengambil keputusan terjadi pada diri pemerintah. Sehingga tidak jarang karena hal tersebut, suatu keputusan tergantung pada dinamika yang berkembang di masyarakat, bukan atas kebenaran yg hakiki.

Yang mesti menjadi perhatian kita semua saat ini  dan nanti adalah bahwa berita atau potongan-potongan pernyataan/ceramah berantai yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat terkait masalah agama sangat tergantung pada tingkat pemahaman penceramah dan atau pendengarnya. Topiknya macam-macam. Misal tingkat pemahaman penceramah setinggi SMP menyampaikan materi setingkat SMA dan disampaikan kepada masyarakat yang pemahamannya setingkat SD maka bagaimana bisa mengerti orang-orang yang mendengarnya. Atau penceramah yang baru level SMA tetapi mengajarkan materi setingkat PT, bagaimana jadinya pemahaman penceramah tersebut dalam mengutarakan materi ceramah meskipun rujukannya sama. 

Majunya orang orang dengan berbagai background pemahaman agama yang diwadahi oleh partai politik menyebabkan seolah-olah ada legitimasi bagi kelompok orang tersebut dalam mengubah tatanan hidup bernegara yang selama ini berideologi Pancasila yang kita cintai ini. Pancasila mampu menjaga keberagaman Indonesia dan bisa menangkal aliran radikal dan rasialis serta teroris. Di bidang pendidikan, waspadai terhadap orang-orang yang berpemahaman tidak sesuai dengan hukum negara. Tetaplah menjaga keberagaman yang ber: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD45. Semoga Indonesia tetap jaya selamanya. Aamiin. Salut kepada NU yang menginisiasi pemahaman masalah ini dan pencarian solusinya dalam forum R20 bulan ini di Bali.

Wednesday, October 12, 2022

Menyongsong kemungkinan rawan pangan dan energi yang lebih hebat

 Salah satu permasalahan utama terkait dengan perubahan iklim ditambah berbagai pertistiwa yang terjadi di dunia ini adalah kerawanan pangan. Faktor lain yang turut terdampak adalah sektor energi. Secara global hal tersebut sudah dirasakan di banyak negara sehingga memicu kekacauan dan kecemasan masyarakat negara-negara tersebut. Alih alih mampu mengatasi masalah, negara tersebut bahkan pemerintahannya sudah ambruk dan warganya berusaha untuk bisa bangkit lagi dengan tertatih-tatih.

https://money.kompas.com/read/2022/07/08/165016126/dunia-krisis-pangan-jokowi-minta-pekarangan-kosong-ditanami?page=all

Peristiwa tersebut tentu saja juga dipikirkan oleh pemerintah Indonesia yang mengajak para pemimpin global untuk mengantisipasi adanya kerawanan pangan akibat pupuk dan perubahan iklim. Pupuk yang dimaksud adalah pupuk kimia yang warga dunia khususnya yang berprofesi petani sangat butuhkan untuk meningkatkan produksi. Perang yang berkecamuk di Ukraina akibat invasi Rusia ke negara tersebut membuat kondisi dunia makin runyam dan belum jelas kapan berakhirnya. Sebagai negara-negara sentra produksi gandum dunia, adanya perang ini menyebabkan pasokan bahan pangan tersebut menjadi terganggu. Karenanya pihak-pihak yang menggantungkan pasokan gandum dari kedua negara tersebut sudah kelabakan dan terganggu perekonomiannya. Apalagi ditambah krisis energi dimana Eropa juga sebagian bergantung pada Rusia. Kondisi yang semakin tidak menentu inilah yang meningkatkan ketidakpastian kondisi dunia yang masih juga berkutat dengan pandemi.

Rawan pangan dan energi merambat kemana-mana, ditambah krisis keuangan. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, kondisi ini terasa sangat berat. Semua profesi yang ada di dunia ini terdampak sehingga tidak ada alasan untuk mengeluh. Yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya agar semuanya selamat dan lepas dari jeratan berbagai macam krisis tersebut dengan bersatu padu melakukan yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Tidak bisa tidak, yang harus dilakukan adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Yuk bersama sama lakukan yang terbaik bagi negeri kita tercinta.

Saturday, September 3, 2022

Strategi menghadapi dampak perubahan iklim menjelang tahun 2050

Perubahan iklim banyak menyengsarakan seluruh warga dunia karena berbagai dampak negatifnya. 


Berbagai langkah yang bisa ditempuh mengkombat percepatan perubahan iklim bisa diperoleh dari rekaman video webinar di bawah ini. Silahkan akses: https://drive.google.com/file/d/174OUg8Mm1v79bKC9KDKhPogwvgSX-wrs/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat bagi semua pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim sampai dengan tahun 2050.

Tuesday, July 5, 2022

100 guru geografi Kalimantan tingkatkan kualitas

 Berikut ini adalah salah satu berita yang memuat tentang kegiatan pelatihan para guru geografi yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan mengundang lebih dari 1000 sekolah setingkat SMA di seluruh Kalimantan yang dimuat di Kaltim Post.





Wednesday, June 22, 2022

Berita Hoaks

 Berita hoaks sepertinya bukan merupakan berita yang jarang terjadi. Sering tanpa kita sadari kita terpapar oleh berita semacam itu sehingga timbul keresahan di masyarakat. Hoaks menyasar banyak pihak, apalagi saat ini hampir semua orang terpapar oleh berita-berita yang harus di cek betul kebenarannya dan itu harus ditanyakan kepada ahlinya. Demikian pula dengan berita tentang cuaca, musim dan iklim.

Tanggal 18 Juni 2022 yang lalu, dilaksanakan kegiatan webinar tentang hoaks yang diikuti oleh peserta dari sebagian wilayah  Indonesia dengan berbagai profesi. Menarik bahwa banyak pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi perhatian publik baru kali ini mendapatkan pemaparannya secara lebih detail. Bisa dimaklumi karena background para peserta bukanlah meteorologi atau klimatologi. 

Berikut ini adalah hasil dari webinar tersebut.

·        Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD dll. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia dan ini tidak boleh dibiarkan saja. Pelibatan masyarakat dalam menangkal hoaks harus terus menerus diupayakan agar issue-issue terkait cuaca, musim dan iklim makin bisa ditangani dan diluruskan secara ilmiah.
·         Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat dan berpotensi pada terbentuknya berita hoaks. Sehingga hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu dan kualitas pemberitaan.
·  Pemanasan global telah terjadi, dan terbukti sebagai fakta dalam data-data pada skala global, regional dan lokal.
· Pemanasan lokal dimungkinkan lebih kuat daripada pemanasan global, terutama di daerah perkotaan.
· Perubahan lingkungan besar-besaran dapat memperburuk efek pemanasan global pada perubahan lokal (misalnya fenomena pulau panas "heat island" perkotaan)
·  96% kejadian bencana di Indonesia terkategorikan sebagai bencana hidrometeorologi, dan sebagian besarnya disebabkan oleh cuaca/iklim ekstrim.
·  Peningkatan suhu udara sebesar 1áµ’C sangat besar pengaruhnya terhadap penguatan siklus hidrologi sehingga meningkatkan kejadian ekstrim (baik intensitas maupun frekuensinya) yang berikutnya dapat menjadi ancaman bencana hidrometeorologi.
·   Musim kemarau basah akan terus berlanjut hingga akhir September 2022 khususnya utk kawasan barat Indonesia yg bertipe hujan monsunal bukan karena efek La-Nina namun karena IOD yg berfase negatif.




Wednesday, June 8, 2022

Peningkatan kualitas guru geografi wilayah binaan se Pulau Kalimantan

 Saudara semuanya khususnya para guru pasti menyadari bahwa pendidikan geografi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbangan kami untuk turut membina para guru agar menghasilkan siswa yang unggul dari daerah mengingat bahwa selama ini kemampuan akademis banyak dirajai oleh siswa-siswa dari pulau Jawa. Kesenjangan ini harus dipersempit agar kualitas sumber daya manusia di daerah memampukan pengelolaan sumber daya alam  yang profesional. Terkait dengan pertimbangan akan adanya rencana pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan ini kami berupaya untuk meningkatkan kualitas siswa sekolah menengah dan madrasah aliyah melalui para guru geografi mereka. Bila saudara berminat untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas diri maka silahkan untuk mendaftarkan diri pada link di bawah.



Sedekah ilmu cuaca, musim dan iklim

 Seperti sudah disebut sebelumnya, masalah cuaca, musim dan iklim makin menjadi perhatian dunia. Peristiwa yang berubah setiap saat dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak ini harus makin menjadi perhatian mengingat berdampak luas pada skala ruang mikro sampai global. Oleh orang-orang tertentu, berita yang sudah benar dipelintir sehingga menjadi berita hoaks. Untuk itulah maka Gerakan Sedekah Ilmu coba saya lakukan karena merasa terpanggil untuk turut meluruskan berita-berita terkait meteorologi dan klimatologi. Bila saudara berminat, silahkan kunjungi link di bawah.

Silahkan disebarkan pada kolega saudara agar makin terbuka mengenai kondisi cuaca, musim dan iklim di Indonesia.