Kemarin malam kami berdiskusi dengan beberapa kolega dari instansi pemerintah seperti LAPAN dan BMKG serta PT meskipun tidak mewakili lembaga-lembaga tersebut secara resmi. Bincang-bincang santai meskipun yang dibicarakan adalah permasalahan yang sangat serius yakni mengenai peristiwa banjir di Nusa Tenggara Timur. Kami bicara tentang siklon tropis yang terbentuk sampai dengan hari ini dan menurut Badan Meteorologi Australia akan makin menjauh dari wilayah Indonesia dan meluruh di arah barat laut dekat Australia. Siklon Seroja, itu nama yang diberikan BMKG atas siklon yang terbentuk di wilayah Indonesia tersebut. Seperti mungkin anda sudah ketahui, Indonesia mempunyai wewenang untuk memberikan nama pada siklon yang terbentuk di sebelah lintang selatan wilayah Indonesia. Kami memperbicangkan bagaimana siklon tersebut terbentuk, bagaimana kemungkinan perkembangannya, dan bagaimana cuaca dan musim dalam beberapa waktu ke depan. Siklon terbentuk jika syarat Palmer terjadi yakni jika suhu permukaan lautnya lebih dari 26,5oC dimana ini terjadi di wilayah tropis sehingga kelembapan atmosfer tinggi dan perawanan konvektif terbentuk (dalam hal ini awan-awan Cumulonimbus). Skala untuk menggambarkan siklon ini adalah skala Saffir Simphson.
Berbagai dampak kejadian siklon tropis Seroja tersebut sudah banyak didengar, dilihat dan dibaca dari media massa baik cetak maupun elektronik serta media sosial berantai. Perbincangan selain menyangkut aspek atmosfer, juga mencakup aspek daratan dimana kemungkinan lingkungan juga rusak meskipun harus dilihat faktualnya seperti apa. Hujan tinggi yang terjadi di wilayah Florest Timur yang mencapai 154 mm sementara di sekitarnya jauh lebih kecil menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah dekat dengan dinding mata siklon. Meskipun angka ini masih dirasa kecil dibandingkan kejadian curah hujan yang menyebabkan banjir di Jakarta tahun lalu.
Beberapa hal yang akhirnya kemudian menjadi rekomendasi dari kami adalah peningkatan kualitas SDM bidang meteorologi yang mendukung pada peningkatan kualitas layanan meteorologi dan klimatologi, memperkuat jaringan pengamatan baik menggunakan satelit, radar, maupun automatic weather station (AWS). Selain itu juga mendorong keberanian BMKG untuk menyampaikan informasi (early warning system, EWS) secara lebih akurat agar masyarakat makin menyadari bahwa memang wilayah Indonesia merupakan supermarket bencana alam. Kerjasama dengan negara lain (misal dengan Australia) juga didorong untuk meningkatkan kualitas layanan EWS.
No comments:
Post a Comment