Pernah dengar pertanyaan demikian? Pasti pernah khan? Ya ...memang pada kenyataannya demikian. Meskipun teknik dan metode prakiraan cuaca makin canggih yang didukung dengan peralatan baik observasi maupun modelling yang makin canggih pula, namun pada faktanya tetap saja masih sulit mendapatkan hasil prakiraan yang 99% tepat. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya fenomena alam yang belum bisa dinyatakan dengan persamaan pengatur, akumulasi ketidakpastian penggambaran kondisi awal dan syarat batas, dan keterbatasan pemahaman perilaku alam oleh manusia. Superkomputer masih sebatas pada mempercepat proses peramalan dan membantu meningkatkan ketelitian/keakurasian ramalan. Tetapi hal ini tidaklah cukup karena superkomputer juga membutuhkan sumber daya manusia yang canggih pula. Tanpa sumber daya manusia yang terlatih dengan baik maka mustahil diperoleh hasil ramalan yang tepat.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Sunday, September 4, 2016
Wednesday, June 22, 2016
Jawaban, mengapa saat ini Indonesia masih mengalami ....
Pertanyaan yang saya ajukan beberapa waktu yang lalu terasa memang cukup sulit untuk dijelaskan, mengingat berbagai anomali yang terjadi saat ini di perairan sekitar Indonesia dari samudra Pasifik sampai dengan samudra Hindia, dari pola angin yang sedang berlangsung, dengan letak semu matahari yang hampir mendekati lintang maksimumnya di belahan bumi utara, dan dengan distribusi perawanan saat ini. Perairan yang ada di Indonesia dan sekitarnya menunjukkan trend penurunan temperatur. Samudra Pasifik menunjukkan bahwa El Nino sudah berakhir bulan Mei 2016 kemarin dan sekarang menunjukkan pola di sekitar netral. Ini artinya pola umum monsoon yang biasa terjadi di atas wilayah Indonesia akan kembali seperti biasanya. Untuk pertamakalinya di 2016, pola angin streamline dan tekanan konsisten dengan kondisi netral. Prediksi dari NOAA, La Nina akan berlangsung pada musim gugur dan dingin di BBU tahun 2016/2017 dengan peluang 75%. Saat ini nilai temperatur rata-rata berada dekat atau di bawah rata-rata di 3 dari 4 tempat wilayah monitoring ENSO.
Samudra Hindia juga menunjukkan pola adanya IOD yang negatif yang ditunjukkan oleh menurunnya suhu permukaan laut di sebelah Barat Sumatra. Seharusnya akibatnya adalah terdapat sedikit perawanan di wilayah tersebut. Namun kenyataannya hari ini (22/6/2016) banyak perawanan di sebagian besar Sumatra dan Barat Barat Daya Kalimantan.
Dari citra satelit Himawari 8 yang diunduh hari ini jam 10 WIB, perawanan yang berpeluang besar menyebabkan hujan banyak terbentuk di ekuator dan sekitarnya khususnya untuk wilayah Asia Tenggara. Awan terbentuk di sebagian besar Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, seluruh Maluku, sebagian NTB, dan wilayah Papua terutama Kepala Burung.
http://weather.is.kochi-u.ac.jp/SE/00Latest.jpg
Streamline pada jam 07.00 WIB tadi pada ketinggian 3000 feet versi BMKG adalah bahwa umumnya angin berasal dari arah Timur sampai Tenggara dengan kecepatan 10-15 knot, sedangkan di sebagian kecil dari arah Barat Daya khususnya di Sumatera dan sebagian besar pulau Kalimantan. Mengingat bahwa saat ini matahari terletak semu di hampir maksimum belahan bumi utara, maka pada kondisi normal angin akan bertiup ke arah Barat Laut di Selatan ekuator dan Barat Daya di Utara ekuator. Faktor lokal mungkin juga cukup berpengaruh pada kondisi di atas.
Rupa-rupanya interaksi yang demikian kompleks inilah yang menyebabkan bahwa masih banyak wilayah Indonesia yang masih mengalami musim hujan.
Friday, June 10, 2016
Mengapa saat ini masih banyak hujan di wilayah Indonesia???
Pertanyaan tersebut muncul dari seorang kolega dosen yang sangat perhatian pada masalah cuaca, musim dan iklim di Indonesia. Beliau mengaku heran mengapa hal itu terjadi padahal biasanya bila sudah menginjak bulan Juni, Indonesia khususnya Bandung sudah memasuki musim kemarau. Menurut kalian mengapa hal ini terjadi?? Kutunggu jawaban kalian ya. Nanti bila benar akan saya posting di web ini. Ditunggu sampai dengan hari Minggu.
Saturday, May 28, 2016
Mengapa Palembang Sumatera Selatan gerah dan panas ...
Baru beberapa hari yang lalu ajang kegiatan OSN (olimpiade sains nasional) diselenggarakan di propinsi Sumatera Selatan khususnya di kota Palembang. Salah satu yang dipertanyakan dalam kompetisi tersebut adalah tentang kondisi kota Palembang yang pada bulan April dan Mei ini begitu gerah dan panas. Menurut kalian apa sebabnya? Jawabannya sebenarnya sangat mudah. Ada tiga sebab mengapa hal tersebut terjadi. Yang pertama adalah bahwa kota Palembang terdapat di dekat lintang ekuator dimana sepanjang tahun mengalami pemanasan. Gerak semu matahari dari lintang 23,5 derajat lintang utara dan selatan menyebabkan radiasi matahari di wilayah dekat ekuator mendapatkan jumlah yang besar.
http://beritadaerah.co.id/wp-content/uploads/2015/05/antarafoto-jembatan-ampera-palembang-040515-nw-3.jpg
Yang kedua adalah adanya efek orografi yang terdapat di sebelah barat kota Palembang. Orografi tersebut menyebabkan Palembang dalam waktu-waktu tertentu khususnya selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami efek Fohn. Efek orografi ini menyebabkan sisi barat Sumatera khususnya Palembang mendapatkan curah hujan lebih banyak daripada sisi sebelah timur-nya. Daerah bayang-bayang hujan terjadi di sebelah timur Bukit Barisan. Penyebab ketiga adalah penguapan yang tinggi akibat radiasi matahari sepanjang tahun. Tanah gambut yang banyak terdapat di sana memberi kesempatan uap air akan teruapkan. Kita akan seperti mengalami mandi sauna. Hal-hal lain yang turut menyumbang kondisi di atas adalah makin berkurangnya jumlah pohon dan daerah yang banyak pohonnya. Pohon memberikan efek mengurangi radiasi yang sampai ke permukaan bumi dan menyegarkan karena menghasilkan oksigen.
Tuesday, May 10, 2016
Etihad dan turbulensi di ruang udara Indonesia
Beberapa hari yang lalu, Etihad mengalami peristiwa turbulensi di ruang udara Indonesia khususnya di antara Medan dan Palembang yang mengakibatkan sejumlah penumpang pesawat mengalami luka-luka, bahkan 9 orang di antaranya mengalami luka parah. Namun beruntunglah bahwa pesawat Etihad tersebut tidak sampai mengalami kecelakaan. Pesawat terbang tersebut mendarat mulus di bandara Soekarno Hatta Tangerang Banten. Pesawat ini melayani penerbangan Abu Dhabi - Jakarta.
Otoritas AirNav mengatakan bahwa tidak ada laporan dari pesawat adanya masalah tersebut pada saat kejadian. Ini menimbulkan tanda tanya besar bagi saya. Kok bisa ya?
Saya tidak mempermasalahkan hal di atas, namun ingin mengulasnya dari sisi meteorologi sesuai kepakaran saya. Peristiwa turbulensi atau gerak udara acak akibat suatu halangan tertentu atau sebab lain merupakan peristiwa yang biasa terjadi di manapun di dunia ini. Adanya halangan seperti bukit, gunung atau pada skala kecil adanya bangunan, gedung, pepohonan dan lain-lain bisa memicu terjadinya turbulensi. Ada lagi peristiwa di atmosfer yang sulit untuk dideteksi adalah CAT (clear air turbulence). Turbulensi jenis ini tidak kentara/terlihat jelas mengingat udara terlihat cerah. Berbeda halnya dengan peristiwa turbulensi akibat keberadaan awan. Dalam awan-awan bentuk kumulus (cumuliform), turbulensi terjadi akibat perbedaan tekanan udara di dalam awan dan di luar awan. Gerak acak dalam awan akibat updraft dan kumpulan perbedaan tekanan uap di antara tetes-tetes awan, tetes air hujan, dan kristal es bisa memicu timbulnya turbulensi. Barangkali yang terjadi pada pesawat Etihad tersebut adalah adanya kombinasi dari semua yang saya sebutkan di atas. Namun untuk itu harus diteliti lebih lanjut.
Peristiwa semacam tersebut di atas akan semakin sering terjadi mengingat pemanasan global yang saat ini terjadi. Peningkatan suhu udara yang bisa makin memperbanyak awan-awan yang pertumbuhannya vertikal akan makin meningkat di masa mendatang. Oleh sebab itu peningkatan kemampuan sumber daya manusia baik pilot pesawat, operator (pengatur) penerbangan dan badan pengamat dan penganalisa cuaca harus makin ditumbuhkan mengingat jasa angkutan udara merupakan moda transportasi yang sangat sensitif terhadap cuaca.
Saturday, April 9, 2016
Mengapa awan konvektif di Indonesia bisa mencapai ...
Pertanyaan menarik terkait dengan pembentukan awan di Indonesia adalah mengapa awan konvektifnya bisa mencapai ketinggian stratosfer bawah? Seperti telah kita ketahui bahwa awan konvektif adalah awan-awan yang pertumbuhannya vertikal. Awan ini terbentuk ketika terjadi pemanasan matahari yang kuat yang mencapai permukaan, baik daratan maupun badan-badan air seperti laut, sungai, waduk dll. Pemanasan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan dan bila uap air telah mencapai kejenuhan maka terbentuklah awan. Selama pemanasan masih terjadi maka awan konvektif ini akan terus tumbuh ke atas. Wilayah Indonesia yang merupakan wilayah tropis (baca pada postingan sebelumnya) mengalami pemanasan sepanjang tahun sehingga penguapan yang terjadi juga demikian besar. Dengan demikian maka awan-awan yang tumbuh vertikal akan mencapai ketinggian yang tinggi. Hal ini berbeda dengan wilayah tropis Afrika dan Amerika Selatan dimana wilayahnya kebanyakan adalah daratan, sementara Indonesia merupakan wilayah benua maritim yang terjadi dari banyak pulau. Kombinasi antara pemanasan matahari sepanjang tahun dan wilayah kepulauan serta kekuatan up draft yang besar inilah yang menyebabkan pembentukan awan konvektif di Indonesia paling tinggi di dunia, bisa mencapai stratosfer bawah. Mengapa hanya sampai stratosfer bawah? Ini tidak lain karena lapisan ini merupakan lapisan yang sangat stabil. Kekuatan up draft yang besar hanya akan menyebabkan awan berwujud dempak dimana pada lapisan tropopause menjadi semacam "leher" dari awan-awan konvektif kumulonimbus (Cb).
Thursday, March 31, 2016
Bagaimana hujan es bisa terjadi??
Hari
ini (Sabtu, 26 Maret 2016) diberitakan di harian online PR bahwa di beberapa
tempat di Bandung dan Cimahi terjadi hujan. Tapi hujan yang dimaksud adalah
hujan yang disertai batu es (hail). Batu es (beda dengan es batu) ini berukuran
2-3 cm, meskipun tidak terlalu besar namun ketika menimpa genting apalagi kalau
atapnya seng maka akan terdengar keras suaranya. Anak-anak bahkan orang dewasa
yang tertimpa kepalanya oleh batu es ini juga akan merasakan kesakitan. Ini tidak
lain karena batu es ini ditimbulkan oleh awan-awan yang pertumbuhannya vertikal.
Hujan batu es ini kadang disertai oleh angin kencang yang menimbulkan banyak
pohon tumbang, seperti juga diberitakan baik media ini maupun media sosial yang
lain.
Yang
menarik adalah bagaimana hujan es bisa terjadi. Dari kacamata meteorologi
fenomena ini memang sering terjadi apalagi di wilayah tropis semacam Indonesia.
Hujan batu es umumnya terjadi pada saat di langit banyak terbentuk awan-awan
yang pertumbuhan vertikalnya tinggi semacam kumulus (Cu) atau kumulonimbus
(Cb). Permukaan bumi baik yang berupa daratan maupun air yang terkena terik
matahari akan teruapkan airnya menjadi uap air. Uap air ini akan melayang-layang di atmosfer sebagai awan bila
kelembapannya menjadi jenuh. Kelembapan uap air tersebut menjadi jenuh atau
100% ketika uap air mengalami pendinginan atau peningkatan jumlah uap airnya.
Ketika
awan cumulus atau kumulonimbus, yang
ketinggian dasarnya umumnya sekitar 1,5 km di atas permukaan tanah, terjadi maka parsel udara mengalami
polarisasi. Ada yang tetap menjadi tetes air dingin dan adapula yang membentuk
kristal es. Kristal es terbentuk ketika dalam awan tersebut ada wilayah yang
pertumbuhan dalam awannya mencapai kurang dari 0 oC. Di wilayah lintang menengah dan tinggi (lebih
dari 30o lintang utara atau selatan) fenomena pembentukan Kristal es ini sering
terjadi mengingat banyak dijumpai awan-awan yang temperaturnya kurang dari 0
oC. Hal ini sedikit berbeda di wilayah tropis dimana ketinggian suhu 0oC pasti ketinggiannya di atas 500 milibar.
Karena tekanan uap di atas permukaan es lebih rendah daripada tekanan uap di
atas permukaan air cair maka tetes air dingin tersebut menguap seirring dengan
meningkatnya ukuran Kristal es. Seperti diketahui akan ada gerakan massa uap
air dari tetes air cair dingin menuju Kristal es bila terjadi perbedaan
tekanan. Dengan demikian maka tetes air menjadi berukuran makin kecil sedangkan
Kristal es akan meningkat ukurannya. Proses
semacam ini disebut proses Wegener-Bergeron-Feindesen atau yang sering
disingkat menjadi proses Bergeron. Kristal batu es ini akibat melampaui gaya
angkatnya dan juga karena gaya gravitasi maka akan jatuh ke permukaan bumi
sebagai hujan es (hail). Inilah yang terjadi pada hari Sabtu ini di Bandung dan
Cimahi.
Sedangkan
angin kencang timbul karena perbedaan tekanan antara wilayah Bandung dan Cimahi
dengan wilayah-wilayah sekitarnya. Perbedaan tekanan yang besar akan
menyebabkan anginnya makin kencang. Sebaliknya bila perbedaan tekanannya rendah
maka akan terjadi angin yang lemah dan tidak kuat. Menilik dari akibat yang
ditimbulkannya yakni ranting-ranting yang patah, maka besar kemungkinan skala 8
yang besarnya kira-kira lebih dari 62 km/jam.
Skala ini adalah skala Beaufort yakni skala yang digunakan untuk mengira
kira besarnya kecepatan angin berdasarkan fenomena yang terjadi baik di darat
maupun di laut. Di darat bisa dilihat dari kepulan asap pabrik, goyangan angin
yang mengenai dedaunan pohon, kibaran bendera, bahkan sampai terangkatnya rumah
oleh karena angin. Di laut bisa dilihat dari besarnya kilauan air laut ketika
tertimpa cahaya matahari, deburan ombak yang tinggi dll. Semakin besar kecepatan anginnya semakin
kuat pula anginnya.
Saat
ini memang sedang banyak cuaca buruk. Perawanan banyak terbentuk di banyak
tempat di Indonesia sehingga ketika menaiki pesawat, goncangan juga banyak
terjadi. Melihat citra satelit Himawari 8 Jepang, hari ini tampak bahwa di atas
pulau Jawa terbentuk awan-awan yang massif pertumbuhannya. Sebagian besar awan
yang terjadi adalah awan vertikal yang berpeluang menjadi hujan, tidak
terkecuali di atas Jawa Barat khususnya Bandung dan sekitarnya. Dengan
demikian, bukan tidak mungkin bahwa hujan es masih akan terjadi di kota-kota di
Jawa Barat. Apalagi menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)
Bandung menyatakan bahwa puncak musim hujan semester ini adalah bulan Maret. Pola
streamline yang dikeluarkan oleh BMKG menunjukkan bahwa arus udara (angin)
banyak berasal dari arah utara sampai timur laut yang mempertinggi peluang
kejadian hujan. Streamline atau garis arus adalah garis yang menghubungkan
garis singgung kecepatan angin dalam arah tertentu. Ramalan cuaca bisa dilakukan menggunakan pola
streamline ini yang diperkuat dengan model
cuaca numerik dan citra satelit serta radar. Ukuran batu es yang pernah tercatat adalah
sebesar hampir 1 kg di Amerika Serikat. Untuk ukuran batu es yang lebih kecil
saja bisa menyebabkan lubang pada kaca mobil, apalagi bila batu es tersebut mengenai
manusia …tentu kepala juga akan bisa pecah. Oleh karena itu bilamana terjadi
hujan es, segeralah berlindung.
Subscribe to:
Posts (Atom)