Wednesday, July 8, 2020

Musim kemarau saat ini

Sejak beberapa waktu ini umumnya Indonesia mengalami musim kemarau, suatu keadaan dimana hujan jarang terjadi dan kalaupun terjadi maka dalam 3 dasarian berturut-turut curah hujannya kurang dari 150 mm. Di wilayah-wilayah tertentu yang topografinya mempunyai pengaruh kuat maka dampak lokal tersebut bisa berwujud pada terbentuknya curah hujan lokal khususnya di bagian depan gunung (wind ward) sedangkan di wilayah belakang gunung (lee ward) tidak terbentuk hujan dan massa udaranya kering. Biasanya di saat musim kemarau seperti saat ini, sisi  Sumatra bagian barat lebih lembab dan berhujan dibanding bagian timurnya mengingat massa udara yang berasal dari Australia mempunyai arah angin barat daya sehingga pengaruh hujan orografis bisa terbentuk di sisi sebelah barat dari Pegunungan Bukit Barisan. Kalau melihat ramalan cuaca yang berlaku hari ini maka tampak bahwa angin tenggara begitu dominan sehingga sulit terbentuk hujan lokal di sisi barat Sumatra. Melihat pola-pola tekanan rendah yang terdapat di barat dan utara Kalimantan memungkinkan adanya cuaca buruk di wilayah-wilayah sekitarnya meskipun kalau dilihat pada jam 9 WIB
prakiraan tersebut kurang terdukung oleh fakta sebenarnya karena gradien tekanannya tidak begitu besar. Pembentukan perawanan pada hari ini justru terjadi di sebelah barat pulau Sumatera dan Jawa yang demikian masif dan berpeluang besar untuk terjadinya hujan di atas lautan. Bergesernya matahari meninggalkan titik balik di lintang utara namun masih berada di lintang utara menyebabkan perawanan juga tetap masih banyak yang berada di belahan bumi utara. Awan-awan rendah banyak terdapat di sebagian besar wilayah Indonesia meskipun ada sebagian Jawa sampai Nusa Tenggara yang bersih dari awan.
Peluang terjadinya curah hujan seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini juga memperlihatkan bahwa 
curah hujan kemungkinan besar terjadi di barat Lampung dan selat Karimata, sebagian perairan antara Sulawesi dan Maluku serta Utara Papua dengan peluang sebesar lebih dari 80%. Masih adanya awan yang berpotensi untuk diturunkan menjadi hujan memungkinkan proyek hujan buatan atau modifikasi cuaca masih berpeluang untuk diadakan meskipun harus diingat bahwa bila awan-awan potensial lebih banyak di atas daratan dan anginnya memungkinkan, maka peluang keberhasilannya akan jauh lebih besar. Semoga kesiapsiagaan instansi seperti TNI, Polri, KLHK, Depdagri, BMKG, dan BPPT dll tidak sia-sia. Syukur-syukur bahwa tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan serta kemarau terjadi "biasa-biasa saja" sehingga terjadi penghematan biaya yang cukup besar dan bisa dialokasikan untuk kegiatan lain. 

Friday, June 26, 2020

Longsor di Palopo Sulawesi Selatan

Kejadian longsor di Palopo yang menyebabkan terputusnya jalan Palopo - Toraja dan beberapa rumah terbawa longsor menjadi berita hangat hari ini. Dalam berbagai video amatir yang tersebar di media massa terlihat bagaimana longsor tersebut terjadi. Bukan hal aneh mengingat saat ini hujan masih terjadi yang menyebabkan pori-pori tanah terisi air dan ikatan antar struktur tanah menjadi relatif lemah sehingga mudah untuk longsor. Longsor terjadi di wilayah dengan kemiringan tertentu, semakin miring maka semakin mudah untuk terjadi longsor. Adanya tanaman pada suatu bukit memang akan mengurangi terjadinya longsor sampai kedalaman tertentu namun bila ikatan tanah yang lemah lebih dalam lagi maka tetap saja longsor bisa terjadi. Tanaman-tanaman berakar tunjang akan memungkinkan mengikat tanah dengan lebih baik dibanding tanaman berakar serabut. Pohon-pohon yang tinggi umumnya mempunyai perakaran tunjang untuk menancapkan bagian tubuh tanaman ke tanah.
Kalau melihat informasi dari BMKG yang diupdate tanggal 20 Juni 2020 yang lalu, sebagian wilayah Sulawesi Selatan masih banyak hujan. Hampir tiada hari tanpa hujan seperti yang terlihat pada peta di bawah ini yang ditunjukkan oleh noktah hijau.
Kalau dilihat dari distribusi perawanan yang terjadi pada beberapa hari ini memang tampak bahwa perawanan hujan masih banyak berada di Sulawesi, termasuk Sulawesi Selatan. Tidak mengherankan mengingat pola angin yang membawa uap air masih terdapat di wilayah Sulawesi Selatan. Matahari yang mulai meninggalkan 23,5o lintang utara menuju ke Selatan mempunyai pengaruh pada angin tenggara ini. Semoga kejadian longsor semacam ini tidak terjadi lagi di waktu mendatang. Yang penting juga agar jalan darat poros Palopo - Toraja bisa terhubung kembali sesegera mungkin.