Sunday, February 7, 2016

Mengapa setiap imlek turun hujan ??

Besok merupakan tahun baru imlek bagi rakyat China. Di seluruh dunia, warga negara China dan keturunannya biasanya merayakannya dengan meriah layaknya perayaan tahun baru Masehi. Di Indonesia kebiasaan ini makin tumbuh subur setelah era reformasi. Saya tidak ingin membahas lebih lanjut tentang hal tersebut namun mencoba menjawab keingintahuan masyarakat mengapa pada saat imlek sering terjadi hujan. Saya katakan "sering" artinya tidak selalu kejadian imlek terjadi hujan. Jawabnya sederhana saja. Bulan-bulan imlek biasanya adalah bulan dimana merupakan musim hujan.
Jadi wajar toh kalau terjadi hujan? Apalagi pada tahun ini jatuh pada tanggal 8 Pebruari yang bertepatan dengan musim hujan khususnya di wilayah bertipe curah hujan monsoon. Pola streamline dengan jelas menunjukkan hal tersebut. Jadi bila kalian tinggal di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya maka besar kemungkinan akan terjadi hujan. Demikian pula bila kalian tinggal di Bandarlampung, Palembang, Banjarmasin, Makasar maka peluang terjadinya hujan besok tentu akan jauh lebih besar dibanding dengan di Singkawang, Malinau, dan Pare-pare serta Biak. Oleh karena itu nikmati saja-lah peristiwa hujan, tidak perlu berpikir aneh-aneh mengapa pada saat imlek terjadi hujan. Toh juga bila terjadi hujan maka merupakan berkah bagi kita semua. Pada kepercayaan orang China atau Tionghoa, hujan merupakan rejeki ... mungkin karena pada masa lalu banyak penduduk China merupakan petani sehingga bila terjadi hujan maka mereka bisa bercocok tanam, artinya rejeki bagi mereka. Selamat merayakan imlek bagi yang merayakan.  Semoga kedamaian dan kesejahteraan merengkuh kita semua. Amin. 

Friday, February 5, 2016

Pergeseran zone ...

Beberapa hari yang lalu, dalam kuliahku ada pertanyaan menarik tentang lokasi turunnya salju di Arab Saudi beberapa waktu yang lalu yang mengingatkanku pada hal yang lebih umum sifatnya. Hal tersebut adalah mengenai pergeseran zone konvergensi dan divergensi dunia. Pada umumnya wilayah ekuator dan kurang lebih lintang 60 derajat baik utara maupun selatan merupakan zone konvergensi sedangkan zone divergensi di permukaan terjadi pada lintang 30 derajat dan kutub. Naik dan turunnya massa udara pada wilayah tersebut sangat berpengaruh pada pembentukan awan-awan. Pada lokasi naiknya massa udara bila disertai dengan banyaknya uap air yang terkandung akan menyebabkan mudahnya terjadi pembentukan awan-awan. Berbeda halnya bila terjadi subsidensi dimana tekanan udara di permukaan tinggi yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan. Wilayah Indonesia merupakan wilayah pertumbuhan awan khususnya awan konvektif karena tingginya radiasi yang sampai di permukaan dan ditambah lagi dengan merupakan wilayah konvergensi yang membentuk awan-awan. Selain itu juga banyaknya pegunungan memberi kemungkinan terbentuknya awan orografis dan efek lokal lainnya seperti angin darat dan laut juga berkontribusi pada pembentukan awan. Sedangkan wilayah di 30 derajat lintang yang merupakan wilayah perbatasan zone tropis dan sub tropis seperti yang terjadi di Arab Saudi merupakan zone divergensi. Perlu diketahui bahwa Arab Saudi terletak antara lintang 15 sampai 32 derajat utara yang menyebabkannya mempunyai kawasan tropis dan sub tropis. Oleh sebab itu wilayah Tarbuk misalnya, biasa mengalami musim dingin yang berbeda dengan Mekkah dan Madinah. Terbentuknya salju di wilayah Tarbuk sudah bukan hal yang luar biasa namun kejadian serupa yang mencapai perbatasan Medinah dan Mekkah merupakan kejadian yang agak luar biasa. Terdapat tiga penyebab yang mungkin menghasilkan kejadian tersebut yakni terbentuknya gelombang dingin, pengaruh gelombang  Rossby, dan perbedaan tekanan yang tinggi antara Arab Saudi dan kutub. Kejadian-kejadian terbentuknya salju di padang pasir tersebut bersamaan kejadiannya dengan keberadaan matahari di selatan ekuator, misalnya bulan Januari. Jadi merupakan hal yang wajar jika di belahan bumi utara sebagian besar mengalami musim dingin. Namun bila kejadiannya bulan Mei seperti tahun lalu, hal ini menjadi luar biasa. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi? Interaksi ketiga hal yang telah disebut di atas mungkin adalah jawabannya. Tapi bagaimana mekanismenya? Interaksi yang kompleks di antara ketiganya dan bergesernya zone divergensi mungkin menyebabkan terbentuknya awan-awan jenis stratus yang berpotensi menghasilkan hujan salju. Aku duga demikian. Oleh karena itu, kutunggu masukan dan kritikan kalian semua terhadap informasi yang kusampaikan di atas. Terimakasih.