Wednesday, February 5, 2014

Apa kabar modifikasi cuaca??

Sejak dilaksanakan mulai pertengahan Januari 2014 kemarin, modifikasi cuaca untuk mengurangi peluang terjadinya  banjir di Jakarta kelihatannya belum menunjukkan hasil optimal. Terbukti bahwa sampai hari ini, banjir masih melanda Jakarta karena hujan lebat meskipun di Bogor dan sekitarnya langit cerah. Hal ini tidak aneh karena masih besarnya peluang terjadinya awan hujan di atas Jakarta. Kalau melihat perawanan yang berpeluang terjadi di Jakarta dan sekitarnya serta melihat pola streamline terlihat bahwa peluang curah hujan masih tinggi. Apakah dengan penambahan pesawat terbang untuk modifikasi cuaca akan mengatasi masalah?? Dalam arti, ia akan  memperkecil peluang terjadinya banjir di Jakarta? Jawabannya mungkin ya mungkin juga tidak. Ya, bila modifikasi cuaca itu dengan membalikkan peluang terjadinya hujan. Tetapi tidak bila modifikasi cuaca tersebut dengan tujuan menurunkan hujan (di tempat lain). Sebagian dari kita mungkin tahu bahwa dengan menyemai garam ke dalam awan, peluang terjadinya hujan makin besar dan mungkin dalam waktu yang lebih lama dibanding kondisi hujan secara alami. Tetes-tetes hujan semakin banyak terbentuk sehingga hujan jatuh ke permukaan makin mudah terjadi dan jumlahnya akan makin banyak. Dengan kondisi sekarang dimana jumlah uap air demikian banyak terdapat di atmosfer (karena memang masih musim penghujan) maka modifikasi cuaca dengan cara seperti yang dilakukan sekarang ini tidak akan optimal dalam menanggulangi banjir. Harus ditemukan cara untuk membuyarkan awan-awan, bukan malah menjatuhkannya sebagai hujan. Tetapi, tidak ada salahnya modifikasi cuaca dengan cara yang dilakukan selama ini dilaksanakan. Setidaknya sudah ada upaya dan kepedulian dari pemerintah dan kita semua dengan secara ilmiah. Masalah hasilnya, kita serahkan kepada Yang Maha Segalanya.

Friday, January 24, 2014

Gelombang dingin melanda Indonesia??

Beberapa hari terakhir, apakah anda merasa dingin yang tidak biasanya? Di banyak kota dilaporkan temperatur yang lebih rendah dari biasanya. Banyak pembicaraan di media sosial tentang kondisi ini. Bukan tidak mungkin fenomena gelombang dingin sedang melanda wilayah kita. Berbeda dengan gelombang dingin ekstrim yang melanda Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu sehingga sampai menyebabkan air terjun Niagara membeku, gelombang dingin yang melanda wilayah kita tergolong "biasa-biasa saja". Ada baiknya kita mengenal sedikit banyak tentang fenomena gelombang dingin tersebut.
Gelombang dingin (cold surge) merupakan suatu fenomena cuaca yang masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti-peneliti di Indonesia. Gelombang dingin ini polanya mirip dengan terjadinya monsoon di Asia Tenggara. Dia berasal dari Asia Tengah yang menjalar ke arah timur dan tenggara yang bisa diperkuat oleh angin pasat timur laut bisa mencapai ekuator dan bahkan melampauinya sampai belahan bumi selatan. Dampak yang bisa ditimbulkan oleh gelombang dingin ini adalah penurunan temperatur, peningkatan kecepatan angin, dan peningkatan curah hujan. Di wilayah Indonesia, khususnya pulau Jawa ... gelombang dingin meningkatkan curah hujan yang kebanyakan di wilayah pesisir pantai.
Gelombang dingin (peneliti dan akademisi di Indonesia sering menyebutnya dengan seruak dingin walaupun istilah ini tidak jelas siapa yang memunculkannya ... mungkin ahli bahasa Indonesia) bisa dideteksi di Hongkong  dimana dalam satu hari bisa terjadi penurunan temperatur sampai 5oC dan peningkatan kecepatan angin sebesar lebih dari 10 knot. Sebenarnya dapat dengan mudah dideteksi penjalarannya bila kita mempunyai data tentang angin, temperatur, serta tekanan. Biasanya bila gelombang dingin ini tidak sampai menjalar ke belahan bumi selatan maka akan terjadi vortex di  laut China Selatan.
Yang belum pula mendapatkan perhatian dari para peneliti cuaca dan iklim di Indonesia adalah fenomena gelombang panas yang berasal dari benua Australia meskipun sebenarnya para peneliti Australia sudah cukup banyak membahasnya pada era akhir tahun 1980 an dan awal 1990 an. Mungkin karena dianggap pengaruhnya tidak sebesar monsoon maka penelitian gelombang panas ini tidak mendapatkan perhatian yang cukup besar.