Wednesday, April 7, 2010

Cuaca, iklim dan penerbangan

Sebagian dari kita tentu telah pernah naik pesawat terbang, bukan? Tentu kita tahu (semoga!) bahwa pesawat terbang tersebut tidak akan diterbangkan dalam kondisi cuaca tidak memungkinkan misal cuaca buruk sehingga tidak aneh jika saat bandara dan sekitarnya diselimuti kabut tebal, pesawat akan mengalami delay.

Penerapan meteorologi dan klimatologi terhadap dunia penerbangan sebenarnya dimulai dari ketika pembangunan lapangan terbang/ bandara. Dengan menganggap perlunya bandara di bangun di suatu tepat, lokasi terbaik bergantung pada sejumlah faktor yang saling berhubungan. Tinggi permukaan daratan dari permukaan laut, tidak adanya halangan di sekitarnya, akses ke pusat kota relatif mudah merupakan faktor-faktor yang diperhatikan. Namun tentu saja aspek penting yang ditinjau adalah iklim di wilayah tersebut. Faktor-faktor yang disebut tadi bisa merupakan faktor yang berkaitan dengan angin dan visibilitas/ jarak pandang horizontal. Kabut lebih sering terbentuk di wilayah lembah yang luas,dan jika lokasi bandara terdapat pada sisi gunung dimana terdapat industri-industri yang banyak mengeluarkan asap maka visibilitas akan makin terganggu. Pengetahuan tentang iklim di suatu lokasi memungkinkan kita untuk mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh adanya cuaca dan iklim yang merugikan seperti visibilitas yang rendah, turbulensi, badai guruh, geser angin, dan downburst. Angin menentukan orientasi terbaik landas pacu agar pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat dengan selamat. Arah dan laju angin (kecepatan) rata-rata perlu dipertimbangkan dan angin yang datang dari banyak arah namun tidak dominan tidak banyak mempengaruhi pesawat apalagi yang berbadan besar. Jika suatu lokasi sedang tidak cocok untuk tempat pendaratan misal cuaca sedang buruk, biasanya pesawat akan mendarat di bandara di sekitarnya (bandara alternatif).

Sebelum dan selama penerbanganpun, seorang pilot dibekali dengan informasi cuaca di bandara dan sekitarnya, dalam jalur penerbangan dan di lokasi tujuan. Pilot yang benar-benar profesional tidak akan berani menerbangkan pesawat jika mendapatkan informasi cuaca yang diperkirakan akan membahayakan penumpang. Telah ratusan kali kejadian pesawat terbang jatuh akibat fenomena cuaca di dunia ini. Oleh karena itu informasi cuaca merupakan informasi yang sangat penting dalam dunia penerbangan.

Ketinggian penerbangan juga diperhatikan agar pesawat tidak terlalu dipengaruhi oleh fenomena cuaca khususnya perawanan, turbulensi, downburst dsj. Semua jenis pesawat menghindari awan-awan jenis Cumulonimbus. Bahkan beberapa tahun yang lalu, Concord sempat beberapa waktu selalu terbang pada lapisan stratosfer. Namun mengingat dampaknya pada pencemaran di lapisan tersebut dan kemungkinan perusakan ozone maka kemudian dibekukan penerbangannya.

Friday, April 2, 2010

El Nino sampai pertengahan tahun 2010

Setidaknya itulah yang dikemukakan oleh WMO (World Meteorological Organization) beberapa hari yang lalu. Sebenarnya informasi serupa juga jauh-jauh hari sudah dikemukakan oleh NOAA Amerika Serikat. Indonesia yang cukup tanggap dengan adanya informasi tersebut dan dengan adanya pengalaman akan dampak EL Nino di Indonesia, sudah mengingatkan masyarakat akan dampak yang mungkin ditimbulkannya. Bahkan sampai Presiden sendiri menginstruksikan kepada para menteri kabinetnya serta seluruh masyarakat Indonesia untuk siap sedia mengantisipasi datangnya EL Nino berupa kekeringan. Namun alam tetaplah alam ... meskipun telah diprediksi akan kemunculan EL Nino dalam intensitas sedang (bahkan sampai hari ini sudah mulai meluruh) dan kemungkinan dampaknya pada musim kemarau yang panjang di Indonesia serta memendeknya musim hujan, namun tetap saja tidak terprediksi bahwa musim hujan kali ini "biasa-biasa" saja. Dipole mode yang ada di samudra Hindia menunjukkan pola negatif yang memberikan dampak pada peningkatan curah hujan. Jadilah interaksi yang demikian kompleks dengan berbagai fenomena lain menyebabkan curah hujan kali ini "normal-normal" saja (baca posting sebelumnya: "El Nino sedang kok Bandung hujan terus ya ...").
Meskipun informasi El Nino kali ini dampaknya tidak separah yang diduga, namun peringatan Presiden SBY beberapa waktu yang lalu tetap harus diperhatikan. Kita masih belum paham betul terhadap perilaku alam ini. Informasi yang sepotong-sepotong tentang fenomena cuaca, iklim dan alam lainnya hendaknya dihindari. Masyarakat hendaknya disadarkan bahwa fenomena cuaca, iklim dan fenomena alam tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Ada rangkaian sebab akibat yang kadangkala ilmu pengetahuan sampai saat ini belum mampu menjelaskannya. Ini merupakan tantangan kita bersama khususnya dunia pendidikan dalam menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan alam khususnya bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.