Saat ini masih banyak hujan di banyak tempat di tanah air padahal angin tenggara sudah lebih dominan dibanding angin timur laut. Ini seharusnya berarti bahwa wilayah Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh benua Australia daripada benua Asia. Saat ini di wilayah Utara katulistiwa juga tersebar pusat tekanan rendah, namun beberapa tekanan rendah kadang dijumpai di sebelah Selatan katulistiwa. Peristiwa ini menarik mengingat seharusnya pada saat ini Indonesia sudah mulai menginjak musim kemarau dan makin sedikit curah hujan yang terjadi. Coba kita lihat kondisi peluang hujan yang terjadi hari ini dimana digambarkan pada citra satelit Himawari 8 berikut ini.
Terlihat dengan jelas peluang curah hujan yang terjadi di wilayah barat pulau Sumatera dan sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Papua. Awan-awan rendah dan menengah juga cukup tebal tersebar di berbagai wilayah tanah air. Pusat tekanan rendah masif terlihat di barat daya Jakarta.
Memang sekali lagi agak aneh kondisi beberapa waktu terakhir ini, apakah ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh pandemi Corona? Mungkin iya. Iklim, musim, cuaca sangat dipengaruhi oleh aktifitas alam dan manusia. Saat ini relatif jauh berkurang pengaruh aktivitas manusia akibat pandemi Corona ini. Bumi sedang berusaha mereset kembali kondisi alamnya. Pada saat kondisi normal dimana aktivitas manusia begitu banyak dan beragam serta mengeluarkan banyak polusi pada bumi serta turut mempengaruhi sebaran titik-titik panas di bumi menyebabkan bumi mengalami kondisi seperti tergambar dalam seratus tahun terakhir ini. Bumi yang demikian dinamis dan terjadi peningkatan aerosol akan memberi peluang pada terciptanya curah hujan sehingga tidak jarang terjadi cuaca ekstrim.
Kembali ke wilayah Indonesia. Rupa-rupanya pada saat ini uap air yang terbawa oleh angin tenggara dari wilayah Australia cukup banyak dan aktivitas tekanan rendah yang terjadi di barat daya Lampung membawa pengaruh pada peningkatan peluang terjadinya hujan akibat awan-awan konvergensi yang terjadi. Aktivitas matahari yang relatif normal menyebabkan penguapan yang memicu adanya awan-awan konvektif juga banyak terjadi. Wilayah Nusa Tenggara yang masih terkadang hujan bisa diduga bahwa masih memungkinkan di beberapa wilayah di pulau Jawa mengalami hujan. Semoga sisa-sisa hujan yang terjadi pada musim pancaroba pertama ini masih bisa membawa berkah dan tidak menimbulkan bencana alam.
Terlihat dengan jelas peluang curah hujan yang terjadi di wilayah barat pulau Sumatera dan sebagian Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi serta Papua. Awan-awan rendah dan menengah juga cukup tebal tersebar di berbagai wilayah tanah air. Pusat tekanan rendah masif terlihat di barat daya Jakarta.
Memang sekali lagi agak aneh kondisi beberapa waktu terakhir ini, apakah ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh pandemi Corona? Mungkin iya. Iklim, musim, cuaca sangat dipengaruhi oleh aktifitas alam dan manusia. Saat ini relatif jauh berkurang pengaruh aktivitas manusia akibat pandemi Corona ini. Bumi sedang berusaha mereset kembali kondisi alamnya. Pada saat kondisi normal dimana aktivitas manusia begitu banyak dan beragam serta mengeluarkan banyak polusi pada bumi serta turut mempengaruhi sebaran titik-titik panas di bumi menyebabkan bumi mengalami kondisi seperti tergambar dalam seratus tahun terakhir ini. Bumi yang demikian dinamis dan terjadi peningkatan aerosol akan memberi peluang pada terciptanya curah hujan sehingga tidak jarang terjadi cuaca ekstrim.
Kembali ke wilayah Indonesia. Rupa-rupanya pada saat ini uap air yang terbawa oleh angin tenggara dari wilayah Australia cukup banyak dan aktivitas tekanan rendah yang terjadi di barat daya Lampung membawa pengaruh pada peningkatan peluang terjadinya hujan akibat awan-awan konvergensi yang terjadi. Aktivitas matahari yang relatif normal menyebabkan penguapan yang memicu adanya awan-awan konvektif juga banyak terjadi. Wilayah Nusa Tenggara yang masih terkadang hujan bisa diduga bahwa masih memungkinkan di beberapa wilayah di pulau Jawa mengalami hujan. Semoga sisa-sisa hujan yang terjadi pada musim pancaroba pertama ini masih bisa membawa berkah dan tidak menimbulkan bencana alam.