Menurut anda, sudah musim hujan belum?? Sebenarnya kalau melihat pola streamline, masih belum benar-benar memasuki musim hujan tapi masih memasuki musim transisi menuju musim hujan. Ini mengingat bahwa pola angin tenggara sampai timur-tenggara masih banyak/dominan berkembang di belahan bumi selatan Indonesia. Sedangkan di belahan bumi utara masih dominan berkembang siklon tropis Nakri di barat Philippina dan adanya pusat tekanan rendah di sebelah timurnya serta kuatnya angin barat daya yang lebih kuat daripada angin timur laut. Pola ini bisa berubah dalam waktu dekat dimana angin timur laut di belahan bumi utara yang akan berbelok menjadi barat laut dan mendorong lebih kuat dibanding angin tenggara. Kecepatan kekuatan dorongan angin ini menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Sementara itu di belahan bumi selatan khususnya di Australia bagian utara berkembang pusat tekanan rendah dimana kemungkinan dalam beberapa waktu mendatang akan makin menguat dan mungkin akan bertambah jumlahnya.
Banyaknya awan-awan yang banyak mengandung uap air di sebagian Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa kedua tempat tersebut sudah banyak mengalami musim hujan. Pulau Jawa sampai Nusa Tenggara masih banyak area yang bebas awan ataupun kalau terdapat awan masih tipis. Apalagi untuk wilayah Nusa Tenggara yang praktis banyak dipengaruhi oleh keberadaan benua Australia yang masih banyak bertekanan tinggi sehingga relatif kering. Uap air yang dibawa dari benua Australia dan area laut yang dilaluinya yang sempit menyebabkan wilayah Nusa Tenggara relatif masih sedikit awan potensial yang dapat turun sebagai hujan. Puncak musim hujan diprakirakan bulan Desember dan Januari mendatang khususnya yang mempunyai pola monsoonal. Oleh karena itu antisipasi terhadap bencana alam terkait hidrometeologi semacam hujan deras, angin kencang, banjir, dampak negatif dari keberadaan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia khususnya di Australia perlu untuk dicermati. Gelombang tinggi yang mengganggu pelayaran dan cuaca buruk yang berdampak pada penerbangan patut juga mendapatkan perhatian yang serius selain pembangunan infrastruktur yang pasti akan terganggu. Oleh karena itu berkali-kali saya ingatkan bahwa proses pembangunan mesti berdasarkan pada cuaca, musim dan iklim agar bisa lebih cepat, terukur, efektif dan efisien sehingga tidak sampai terjadi pemborosan anggaran belanja negara.
Sementara itu di belahan bumi selatan khususnya di Australia bagian utara berkembang pusat tekanan rendah dimana kemungkinan dalam beberapa waktu mendatang akan makin menguat dan mungkin akan bertambah jumlahnya.
Banyaknya awan-awan yang banyak mengandung uap air di sebagian Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa kedua tempat tersebut sudah banyak mengalami musim hujan. Pulau Jawa sampai Nusa Tenggara masih banyak area yang bebas awan ataupun kalau terdapat awan masih tipis. Apalagi untuk wilayah Nusa Tenggara yang praktis banyak dipengaruhi oleh keberadaan benua Australia yang masih banyak bertekanan tinggi sehingga relatif kering. Uap air yang dibawa dari benua Australia dan area laut yang dilaluinya yang sempit menyebabkan wilayah Nusa Tenggara relatif masih sedikit awan potensial yang dapat turun sebagai hujan. Puncak musim hujan diprakirakan bulan Desember dan Januari mendatang khususnya yang mempunyai pola monsoonal. Oleh karena itu antisipasi terhadap bencana alam terkait hidrometeologi semacam hujan deras, angin kencang, banjir, dampak negatif dari keberadaan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia khususnya di Australia perlu untuk dicermati. Gelombang tinggi yang mengganggu pelayaran dan cuaca buruk yang berdampak pada penerbangan patut juga mendapatkan perhatian yang serius selain pembangunan infrastruktur yang pasti akan terganggu. Oleh karena itu berkali-kali saya ingatkan bahwa proses pembangunan mesti berdasarkan pada cuaca, musim dan iklim agar bisa lebih cepat, terukur, efektif dan efisien sehingga tidak sampai terjadi pemborosan anggaran belanja negara.