Diprakirakan bahwa La Nina di samudra Pasifik tropis akan berlanjut sampai musim semi di belahan bumi utara tahun 2011 dan mencapai puncaknya pada bulan November sampai Januari ini. Ini membawa dampak pada peningkatan perawanan konvektif di atas wilayah Indonesia sehingga wilayah ini akan mengalami banyak hujan konvektif yang disertai petir kalau pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari juga cukup kuat.
Namun jika melihat bahwa diprakirakan Indian Ocean Dipole Mode yang negatif sampai akhir tahun 2010 ini dengan pola anomali hujan yang sangat jelas, maka ini menambah curah hujan di Indonesia khususnya di wilayah Indonesia bagian barat seperti Jawa dan Sumatera. Kombinasi yang kuat antara La Nina dan IOD negatif ini membawa dampak pada turunnya curah hujan yang cukup besar di sebagian wilayah Indonesia. Apalagi mengingat monsoon barat laut yang melanda sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Pola IOD negatif yang diprakirakan meluruh pada tahun depan, akan cukup banyak mempengaruhi curah hujan di Jawa dan Sumatera serta Kalimantan bagian barat. Di wilayah-wilayah tersebut curah hujan akan berkurang, namun mengingat pengaruh monsoon yang juga kuat yang membawa hujan di wilayah Indonesia maka dampak pengurangan hujan akibat IOD tersebut tidak akan banyak terasakan. Di wilayah Indonesia timur yang banyak dipengaruhi oleh La Nina daripada oleh IOD menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah tersebut. Bukan tidak mungkin di sebagian wilayah Indonesia akan terjadi banjir, puting beliung, angin kencang, dan petir. Masyarakat harus lebih waspada untuk itu dan lebih memperhatikan masalah lingkungan agar musibah dan dampak yang terjadi dapat diminimalisir.
Catatan: prakiraan ini didasarkan atas analisa dari prakiraan La Nina dan IOD yang dikeluarkan oleh NOAA dan JAMSTEC.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Sunday, December 19, 2010
Wednesday, December 15, 2010
Radiasi matahari
Radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi disebut insolasi (incoming solar radiation). Kira-kira 99,9% semua energi yang ada di atmosfer bumi berasal dari radiasi matahari. Hanya sangat sedikit energi atmosfer disuplai oleh bumi sendiri baik oleh aktivitas vulkanik atau peluruhan material radioaktif dan pembakaran material organik yang secara klimatologi hanya bersifat lokal. Semua pergerakan dan perubahan di dalam atmosfer disebabkan oleh variasi jumlah insolasi yang diterima. Variasi ini kemudian merupakan penyebab utama perbedaan iklim (baca postingan sebelumnya).
Durasi insolasi tentu saja adalah panjang hari. Ini dikontrol oleh rotasi bumi pada sumbunya tetapi karena sumbu tersebut membuat sudut 67,5o dengan bidang orbit bumi mengelilingi matahari maka tempat-tempat di belahan bumi musim panas menikmati hari lebih panjang daripada yang mengalami musim dingin. Waktu eksposur tahunan total terhadap matahari adalah sama di semua tempat di bumi ini tetapi perbedaan di antara hari-hari musim panas dan dingin meningkat dengan lintang. Waktu ekstrimnya dicapai dekat kutub dimana terdapat siang hari sepanjang 6 bulan kontinyu dilanjutkan dengan malam hari selama 6 bulan kontinyu. Hanya saat ekuinoks pada tanggal 23 Maret dan 22 September, panjang siang dan malam di mana-mana sama.
Di ekuator, semua hari dalam satu tahun mempunyai panjang 12 jam 7 menit. Secara astronomis, durasi 12 jam tersebut sudah pasti sedangkan 3,5 menit tercapai saat separuh bagian atas matahari tidak nampak di bawah horizon saat matahari terbenam dan 3,5 menit saat matahari terbit sebelum pusat cakram matahari berada di horizon.
Di lintang rendah perbedaan hari terpendek dan terpanjang meningkat kira-kira 7 menit per derajat lintang; kira-kira 71 menit di lintang 10 derajat dan 146 menit di lintang 20 derajat (List, 1958). Di lintang rendah variasi musiman panjang hari sangat kecil. Di lintang tengah temperatur tinggi berhubungan dengan hari-hari musim panas yang panjang, sedangkan di tropis hari-hari selalu pendek dan matahari jarang terbenam lebih dari jam 7 pm waktu lokal.
Intensitas insolasi
Orbit bumi mengelilingi matahari adalah eliptik (tidak lingkaran) sehingga ada saat bumi berjarak sangat dekat dengan matahari dan ada saat dimana bumi berada pada jarak terjauhnya. Pada sekitar 3 Januari matahari berada pada jarak minimum (perihelion) yakni 147 juta km dan pada 4 Juli pada jarak maksimumnya (aphelion) yakni 152 juta km. Sebagai akibatnya radiasi matahari di puncak atmosfer pada bulan Januari kira-kira 7% lebih intensif daripada pada Juli, dan perbedaan ini sama untuk semua lintang. Secara teoritis, hal ini menyebabkan musim panas di belahan bumi selatan lebih panas dan musim dinginnya lebih dingin daripada di belahan bumi utara. Namun demikian efek ini diimbangi oleh efek kontinentalitas yang lebih kuat di belahan bumi utara. Secara klimatologi, perbedaan intensitas insolasi ini jauh lebih besar dipengaruhi oleh variasi elevasi matahari, yakni posisi matahari di langit di atas horizon. Ini biasanya ditunjukkan oleh waktu lokal siang hari dimana matahari mencapai elevasi maksimum hariannya.
Ada tiga alasan mengapa posisi tinggi dari matahari menyebabkan insolasi lebih intensif daripada pada elevasi rendah. Pertama adalah bahwa sinar yang datang pada matahari tinggi disebar pada permukaan yang lebih kecil dibanding pada matahari rendah. Intensitas insolasi bervariasi sebanding dengan sinus sudut datang radiasi. Alasan kedua adalah bahwa posisi tinggi matahari berarti lebih pendeknya melewati atmosfer sehingga radiasi matahari lebih sedikit dipencarkan (proses scattering)yang disebabkan oleh partikel debu atmosferik. Efek ini dengan jelas ditunjukkan oleh efek yang kurang merusak pada mata manusia telanjang pada saat matahari rendah daripada saat matahari pada posisi tinggi. Alasan ketiga adalah berhubungan dengan albedo yakni perbandingan antara radiasi matahari yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Albedo dipengaruhi oleh sifat permukaan khususnya warna dan dia menurun dengan elevasi matahari yang lebih tinggi. Efek ini sangat terlihat di atas air sehingga secara klimatologi sangat penting di daerah tropis dimana tiga per empat permukaan bumi didominasi oleh laut dan lautan.
Durasi insolasi tentu saja adalah panjang hari. Ini dikontrol oleh rotasi bumi pada sumbunya tetapi karena sumbu tersebut membuat sudut 67,5o dengan bidang orbit bumi mengelilingi matahari maka tempat-tempat di belahan bumi musim panas menikmati hari lebih panjang daripada yang mengalami musim dingin. Waktu eksposur tahunan total terhadap matahari adalah sama di semua tempat di bumi ini tetapi perbedaan di antara hari-hari musim panas dan dingin meningkat dengan lintang. Waktu ekstrimnya dicapai dekat kutub dimana terdapat siang hari sepanjang 6 bulan kontinyu dilanjutkan dengan malam hari selama 6 bulan kontinyu. Hanya saat ekuinoks pada tanggal 23 Maret dan 22 September, panjang siang dan malam di mana-mana sama.
Di ekuator, semua hari dalam satu tahun mempunyai panjang 12 jam 7 menit. Secara astronomis, durasi 12 jam tersebut sudah pasti sedangkan 3,5 menit tercapai saat separuh bagian atas matahari tidak nampak di bawah horizon saat matahari terbenam dan 3,5 menit saat matahari terbit sebelum pusat cakram matahari berada di horizon.
Di lintang rendah perbedaan hari terpendek dan terpanjang meningkat kira-kira 7 menit per derajat lintang; kira-kira 71 menit di lintang 10 derajat dan 146 menit di lintang 20 derajat (List, 1958). Di lintang rendah variasi musiman panjang hari sangat kecil. Di lintang tengah temperatur tinggi berhubungan dengan hari-hari musim panas yang panjang, sedangkan di tropis hari-hari selalu pendek dan matahari jarang terbenam lebih dari jam 7 pm waktu lokal.
Intensitas insolasi
Orbit bumi mengelilingi matahari adalah eliptik (tidak lingkaran) sehingga ada saat bumi berjarak sangat dekat dengan matahari dan ada saat dimana bumi berada pada jarak terjauhnya. Pada sekitar 3 Januari matahari berada pada jarak minimum (perihelion) yakni 147 juta km dan pada 4 Juli pada jarak maksimumnya (aphelion) yakni 152 juta km. Sebagai akibatnya radiasi matahari di puncak atmosfer pada bulan Januari kira-kira 7% lebih intensif daripada pada Juli, dan perbedaan ini sama untuk semua lintang. Secara teoritis, hal ini menyebabkan musim panas di belahan bumi selatan lebih panas dan musim dinginnya lebih dingin daripada di belahan bumi utara. Namun demikian efek ini diimbangi oleh efek kontinentalitas yang lebih kuat di belahan bumi utara. Secara klimatologi, perbedaan intensitas insolasi ini jauh lebih besar dipengaruhi oleh variasi elevasi matahari, yakni posisi matahari di langit di atas horizon. Ini biasanya ditunjukkan oleh waktu lokal siang hari dimana matahari mencapai elevasi maksimum hariannya.
Ada tiga alasan mengapa posisi tinggi dari matahari menyebabkan insolasi lebih intensif daripada pada elevasi rendah. Pertama adalah bahwa sinar yang datang pada matahari tinggi disebar pada permukaan yang lebih kecil dibanding pada matahari rendah. Intensitas insolasi bervariasi sebanding dengan sinus sudut datang radiasi. Alasan kedua adalah bahwa posisi tinggi matahari berarti lebih pendeknya melewati atmosfer sehingga radiasi matahari lebih sedikit dipencarkan (proses scattering)yang disebabkan oleh partikel debu atmosferik. Efek ini dengan jelas ditunjukkan oleh efek yang kurang merusak pada mata manusia telanjang pada saat matahari rendah daripada saat matahari pada posisi tinggi. Alasan ketiga adalah berhubungan dengan albedo yakni perbandingan antara radiasi matahari yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Albedo dipengaruhi oleh sifat permukaan khususnya warna dan dia menurun dengan elevasi matahari yang lebih tinggi. Efek ini sangat terlihat di atas air sehingga secara klimatologi sangat penting di daerah tropis dimana tiga per empat permukaan bumi didominasi oleh laut dan lautan.
Subscribe to:
Posts (Atom)