Tuesday, June 6, 2023

Kekeringan dan El Nino

 Dalam beberapa hari mendatang, kami mencoba melakukan sedekah ilmu seperti yang selama ini kami lakukan dan upaya mencerdaskan masyarakat terhadap issue dan berita yang berkembang di Indonesia terkait El Nino, kekeringan, karhutla dsb. Upaya ini juga ditujukan agar masyarakat makin memahami bagaimana membaca cuaca, musim dan iklim yang terjadi pada saat kondisi normal dan anomali. Manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dengan mendaftar pada link yang disajikan di poster berikut.



Wednesday, May 31, 2023

Banjir rob makin marak??

 Rob (tidal flood) merupakan salah satu bencana alam yang terjadi di wilayah pantai yang landai. Berkaitan dengan hal tersebut maka ada 3 hal yang mesti ditinjau, yakni kondisi laut, daratan, dan muara sungai. Kita tinjau satu persatu. Kondisi laut saat ini mengalami peningkatan permukaan air laut (sea level rise) dimana terjadi penambahan beberapa milimeter per tahun yang  dalam jangka panjang angka yang terlihat kecil ini akan menghasilkan peningkatan yang tinggi dari permukaan air laut. Hal ini terjadi karena pemanasan global yang berlangsung  selama ini sehingga banyak es/lapisan kriosfer mencair.  Proses pemanasan global dapat dilihat di:  https://djokowiratmo.blogspot.com/2010/05/adakah-hubungan-antara-el-nino-dan.html

Pemanasan global dan perubahan iklim bisa berdampak pada peningkatan cuaca ekstrim misalnya siklon, angin kencang, waterspout, dan lain-lain. Siklon dan angin kencang meningkatkan ketinggian gelombang yang ketika mencapai pantai barangkali ia akan menjorok jauh ke area daratan yang kemudian kita sebut sebagai rob. Bila tidak ada hutan mangrove, misalnya, di daerah pantai maka rob ini akan makin jauh masuk ke wilayah daratan.

Source: https://www.nu.or.id/nasional/lpbinu-jelaskan-dua-penyebab-banjir-rob-semarang-j4qyO

Daratan yang mengalami subsiden akan meningkatkan peluang air laut yang lagi pasang masuk ke wilayah daratan. Subsidensi ini terjadi karena pengambilan air tanah yang berlebihan, intrusi air laut, beban bangunan atau gedung-gedung di wilayah dekat pantai yang makin besar. Semakin besar tiga hal tersebut maka subsidensi makin meningkat. Beberapa waktu yang lalu dikabarkan bahwa wilayah pantai utara Jawa mengalami subsidensi yang makin meningkat, seperti yang dikemukakan oleh rekan-rekan dari Geodesi ITB. 

Yang ketiga yakni wilayah muara sungai. Pada saat musim hujan peluang terjadinya banjir rob makin meningkat karena aliran sungai yang kencang dan meninggi. Hal ini bisa menyebabkan wilayah pantai yang  dipasang tanggul bisa menjadi jebol. Ini menyebabkan peluang terjadinya banjir meningkat apalagi bila lautan mengalami pasang.

Sehingga bila 3 hal di atas berlangsung bersamaan, dalam hal ini terjadi pasang, daratan landai dan mengalami subsidensi, dan air banjir dari arah hulu sungai maka berdampak pada meningkatnya potensi banjir rob. 


Sunday, May 21, 2023

Perubahan iklim hanya sebatas wacana, rendah realisasi ??

Saat ini sedang dilakukan pertemuan G7 di Jepang yang membahas berbagai macam masalah dunia internasional dimana peran negara-negara G7 signifikan dalam menentukan arah kebijakan global. Salah satu yang dibahas di dalamnya adalah masalah perubahan iklim yang terus menerus mengancam kehidupan di muka bumi bila tidak segera dilakukan terobosan-terobosan baru dan implementasi / realisasi berbagai kerjasama antar negara di dunia yang ada selama ini. Miskinnya realisasi pendanaan negara maju misal dalam perdagangan karbon serta janji-janji manis mereka dalam masalah kehutanan dan ekonomi menyebabkan program-program yang dijalankan negara-negara berkembang jalan di tempat. Ketidakbenaran dan ketidakadilan yang terjadi akibat ulah negara-negara maju yang kurang mengontrol jumlah karbon yang dihasilkan sementara negara-negara berkembang dipaksa untuk menekan tingkat emisi karbon dengan anggaran terbatas atau bahkan hasil jual emisi karbon yang tidak direalisasikan dengan baik selalu terjadi. Bila negara maju juga turut merealisasikan berjuang dengan gigih memitigasi dan mengadaptasi perubahan iklim maka bukan tidak mungkin target mengendalikan peningkatan suhu bumi tidak lebih dari 1.5oC akan terwujud. Langkah-langkah strategis harus terus dilakukan agar negara negara maju mewujudkan pendanaan tersebut. Semoga saja apa yang disuarakan oleh Indonesia dalam berbagai forum internasional terkait masalah ini khususnya yang disuarakan oleh Presiden RI saat ini akan benar benar bisa membuka hati dan pikiran serta mindset baru dari para pemimpin dunia yang hadir dalam pertemuan G7 ini.

Friday, April 28, 2023

Benarkah lapisan ozone di atas Indonesia menipis??

 Pertanyaan menggelitik itu terus menerus ada di benak saya mengingat beberapa waktu ini terasa lebih gerah dan panas di kulit ketika berada di luar ruangan. Di kelas, saya menyampaikan terkait peluang gelombang panas yang selama beberapa waktu ini ditanyakan oleh masyarakat di ruang publik. Saya sampaikan bahwa gelombang panas ini meskipun barangkali istilahnya kurang tepat dan berbeda dengan yang mungkin terjadi di lintang tengah namun bisa terjadi di wilayah-wilayah di dekat pegunungan. Di sini efek Foehn terjadi sehingga daerah bayang-bayang hujan di balik gunung mengalami angin yang lebih hangat dan suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan di arah windward pada ketinggian yang sama dari mean sea level. Di kita beberapa istilah lokal digunakan untuk menandai efek Foehn ini, misalnya angin Bohorok, Gendhing, Wambraw dan sebagainya. Di negara-negara lain muncul dengan nama misalnya Foehn, Zonda, Chinook dan lain-lain. Jika terkena kulit, angin Foehn ini memang terasa hangat dan agak panas serta kering tergantung ketinggian dari gunung yang ada di sekitarnya. Makin tinggi gunung, suhu yang bisa ditimbulkannya bisa menjadi lebih signifikan perbedaannya. 

Kalau dilihat saat ini yang menunjukkan matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU) maka seharusnya angin mulai lebih kuat dari BBS daripada dari BBU khususnya untuk yg terkait dengan monsoon di Asia Tenggara - Australia. Mengingat monsoon tenggara dari wilayah Australia lebih hangat maka wajar juga apabila terasa lebih kering meskipun bulan ini merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. 

Kemungkinan yang lain adalah tergantung lokasi lokalnya seperti apa. Jika lokasinya seperti Bandung yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan maka pada saat perawanan di atas wilayah Bandung khususnya awan-awan yang pertumbuhannya lateral seperti jenis-jenis stratus maka panas yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia akan tertahan dan hanya sedikit yang keluar dari area tersebut. Ini berakibat pada akumulasi panas yang semakin meningkat sehingga udara makin menghangat dan badan banyak berkeringat.

Satu hal lagi yang tampaknya perlu mendapatkan perhatian adalah tentang lapisan ozone. Ketebalan maksimum lapisan ini di stratosfer berada pada ketinggian 20-30 km. Sifat dari ozone adalah menyerap spektrum radiasi matahari gelombang pendek yakni ultraviolet. Ketika spektrum ini tidak terfilter dengan baik karena menipisnya lapisan ozone maka bisa berdampak tidak baik pada kesehatan. Dalam waktu lama bisa berdampak pada kerusakan kulit dan jaringan serta bahkan bisa menimbulkan kematian. Sejumlah langkah bisa ditempuh untuk menguranginya yakni menggunakan sunblock atau memakai baju lengan panjang atau mengurangi aktivitas luar ruangan antara jam 9-14 WIB. Apakah benar bahwa panas yang terasa di kulit beberapa waktu ini akibat menipisnya lapisan ozone ? ... semuanya butuh penelitian yang intensif.


Saturday, April 1, 2023

Peningkatan kualitas informasi cuaca ekstrim di Indonesia

 Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD, MJO, seruak dingin dan berbagai gelombang atmosfer. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia. Berbagai peristiwa kebencanaan ini banyak masyarakat yang belum memahaminya dengan benar sehingga hal-hal yang mungkin bisa dicegah dengan melibatkan masyarakat bisa makin disadari oleh mereka-mereka yang duduk di pemerintahan. Semakin banyak masyarakat memahami bagaimana hakikat terjadinya bencana dimana salah satunya adalah cuaca ekstrim maka diharapkan akan makin banyak garda depan dalam menangani dan memitigasi bencana alam tersebut. 

Abad 21 merupakan abad teknologi informasi dimana setiap orang dari mulai balita sampai orang-orang jompo terpapar oleh informasi yang disampaikan melalui media masa dan media sosial. Selama 24 jam sehari, pemberitaan dan pertukaran informasi terjadi melalui media elektronik dan media cetak. Oleh karena itu seolah-olah tidak ada batas negara dalam hal informasi. Namun informasi-informasi tersebut bercampur aduk, ada yang benar dan ada pula yang salah/hoaks. Bahkan tidak jarang informasi diselewengkan untuk tujuan-tujuan yang tidak benar dan merusak. Karenanya dibutuhkan filter dan tameng untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan merusak tersebut dengan meningkatkan kualitas pemahaman yang benar dimana salah satunya menyangkut masalah cuaca ekstrim di Indonesia. Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu pemberitaan.

Peningkatan kualitas informasi cuaca ekstrim ini harus makin diarahkan agar masyarakat lebih mudah memahami berbagai macam potensi kebencanaan di Indonesia dan juga agar literasinya tinggi. Penyampaian berita yang mudah dipahami kalangan awam merupakan tantangan tersendiri bagi kalangan akademisi. Kegiatan ini diupayakan dilakukan secara rutin agar literasi masyarakat tersebut makin membaik. Jaringan informasi yang dijalin dengan para peserta kegiatan tahun lalu melalui WAG merupakan salah satu modal dasar dalam menyebarkan informasi sekaligus juga bisa menangkal issue issue yang tidak benar tentang cuaca ekstrim. Diharapkan dengan kegiatan ini kedua tujuan di atas dapat dicapai dengan lebih cepat dan lebih terorganisir.Semakin besar jumlah garda depan informasi cuaca ekstrim akan lebih baik.

Wednesday, January 18, 2023

ITCZ masih di belahan selatan Indonesia

 ITCZ atau intertropical convergence zone hari ini masih berada di belahan bumi selatan Indonesia. Ini tentu saja berpengaruh pada curah hujan di kawasan tersebut dimana peluang terjadi bencana alam banjir dan sejenisnya lebih banyak terjadi di wilayah selatan. Ini terlihat pada link di bawah ini:

 http://inderaja.bmkg.go.id/IMAGE/HIMA/H08_EH_Indonesia.png?id=47463h1fuqvdsvsxjmn89yo

Perlu juga diketahui, meskipun beberapa hari terakhir curah hujan relatif kecil, bukan berarti bahwa kemungkinan hujan sampai dengan akhir bulan ini mengecil. Bisa jadi di wilayah lain curah hujan cukup besar mengingat puncak musim hujan di berbagai tempat di tanah air bisa berbeda-beda. Secara garis besar ada 3 pola curah hujan di Indonesia yakni monsoonal, ekuatorial dan lokal. Bisa jadi pola ini tidak tergambar dengan jelas karena merupakan kombinasi dari ketiganya, hanya saja yang paling dominan yang mana ... itu yang akan tergambar lebih jelas polanya dibanding yang lain. Barangkali anda juga tahu bahwa banyak faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia baik yang dalam arah zonal maupun meridional serta lokal. Beberapa yang bisa disebut adalah monsoon, IOD, ENSO, MJO, SAO, PDO, gelombang-gelombang atmosfer, dan berbagai faktor lain yang belum terungkap sampai dengan saat ini.  

Penelitian-penelitian baik yang dilakukan oleh PT maupun BRIN masih belum optimal dalam mengungkap semua fenomena yang disebut di atas. Bahkan barangkali akan muncul fenomena-fenomena alam baru yang belum ditemukan sampai dengan saat ini mengingat demikian kompleksnya hubungan antar sub sistem iklim dalam skala waktu detik sampai waktu tak terhingga. Model-model peramalan cuaca yang ada saat ini merupakan penyederhanaan berbagai proses yang diperhitungkan di sana. Oleh karena itu para peneliti dan akademisi serta praktisi seharusnya makin mendalami hal-hal tersebut.

Dampak curah hujan yang terjadi pada waktu ke depan ini bisa jadi akan menyebabkan banjir, longsor, erosi, banjir bandang dsb sehingga perlu tetap waspada akan kemungkinan bencana-bencana tersebut. Semoga saja, dengan berkaca pada peristiwa yang sudah terjadi, langkah-langkah preventif, adaptif dan kuratif bisa dilakukan sesegera mungkin. Tulisan saya sebelum-sebelumnya banyak menyampaikan masalah ini. 

Tuesday, January 3, 2023

Banjir rob di pantai Utara Jawa

 Beberapa hari ini, banjir melanda berbagai tempat di wilayah pantai utara pulau Jawa. Cukup tinggi bahkan bisa mencapai satu meter. Mengapa hal ini bisa terjadi?? Beberapa hal yang bisa disebut di sini adalah penurunan permukaan tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan dan aktivitas manusia yang makin banyak di atas permukaan tanah tersebut. Lho kok bisa karena penyedotan air tanah?? Hal ini tidak lain karena fluida atau cairan atau air itu selalu mengisi ruang kosong, pori-pori tanah sehingga bila air ini disedot maka banyak ruang kosong yang tak terisi. Akibatnya karena di atas permukaan tanah dibangun berbagai macam jenis infrastruktur dan aktivitas manusia yang makin meningkat maka menjadi beban bagi tanah dan tanah menjadi dipadatkan. Oleh karena itu maka permukaan tanah menjadi turun.

Faktor lain yang berpengaruh adalah kenaikan permukaan air laut (MSL) akibat pemanasan global. Saat ini suhu udara di bumi semakin meningkat sehingga lempengan dan gunung-gunung es serta gletsyer makin mencair . Karena pencairan lapisan kriosfer tersebut  maka permukaan air laut juga meningkat meskipun ordenya sangat kecil yakni hanya berorde milimeter per tahun. 

Faktor ketiga yang turut berperan dalam hal tersebut adalah peningkatan cuaca ekstrim khususnya hujan deras yang terjadi di daratan yang akhirnya mencapai laut akibat perubahan iklim. Berkali-kali dalam blogspot ini saya menyebut dan menulis tentang perubahan iklim ini sekaligus juga videonya. Perubahan iklim ini membawa dampak signifikan terhadap anomali kejadian cuaca, musim dan iklim turunannya. 

Bila ketiga hal di atas terjadi secara bersamaan, saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, terjadi pasang laut yang tinggi maka banjir rob di pantai akan dengan mudah terjadi. Lalu apa yang bisa dilakukan bila hal tersebut terjadi?? Banyak hal!! Contoh kecil adalah aktivitas memerangi perubahan iklim dengan cara perbanyak tanam pohon, kurangi pemakaian energi yang berlebihan, kurangi pemakaian kertas, dan lain-lain. Hal-hal tersebut lebih berupa upaya mitigasi. 

Wednesday, November 2, 2022

Selingan: Toksik??? Jauhi!!

 Beberapa waktu ini, khususnya memang dipicu oleh peristiwa menjelang pemilihan kepala daerah atau Gubernur DKI Jakarta kesan bahwa politik identitas begitu mengemuka. Dilanjutkan dengan pemilihan presiden RI yang juga begitu gegap gempita menggaungkan identitas khususnya masalah SARA (suku, agama, ras, antar golongan) sehingga sempat menyebabkan suasana kebatinan dan kebangsaan Indonesia begitu terkoyak-koyak. Bayangkan, dengan jumlah suku di Indonesia yang ribuan dan menganut berbagai agama menyebabkan begitu rentannya persatuan dan kesatuan NKRI bila hal ini terus menerus dilakukan.

Orang-orang yang merasa paling benar sendiri, menganggap tahu segalanya terhadap kehendak Yang Maha Segalanya, kunci surga berada di tangannya dan pemeluk agama lainnya dimusuhi dan dianggap sebagai kafir yang harus diperangi/dimusuhi bahkan boleh jadi dimusnahkan berperan besar pada terpeliharanya bara api yang setiap saat merenggut bangsa Indonesia. Di kehidupan sehari-hari, infiltrasi berbagai aliran yang selama ini dilarang oleh pemerintah karena bisa mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara demikian masif terjadi. Tidak saja dalam kehidupan beragama, tetapi juga seluruh bidang kehidupan seperti pendidikan, penegakan hukum, politik, ekonomi, dan lain-lain. Semuanya dirasuki melalui media massa dan media sosial baik cetak maupun elektronik. Demikian masifnya aliran/pemikiran/pandangan yang mereka gaungkan setiap saat menyebabkan ada kegoyahan dalam memandang persoalan bangsa dan kehidupan ini oleh para pemuka masyarakat dan pemerintah. Karena sering dibenturkan dengan kitab suci atau kutipan ayat-ayat yang bisa multi tafsir maka kegamangan dalam mengambil keputusan terjadi pada diri pemerintah. Sehingga tidak jarang karena hal tersebut, suatu keputusan tergantung pada dinamika yang berkembang di masyarakat, bukan atas kebenaran yg hakiki.

Yang mesti menjadi perhatian kita semua saat ini  dan nanti adalah bahwa berita atau potongan-potongan pernyataan/ceramah berantai yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat terkait masalah agama sangat tergantung pada tingkat pemahaman penceramah dan atau pendengarnya. Topiknya macam-macam. Misal tingkat pemahaman penceramah setinggi SMP menyampaikan materi setingkat SMA dan disampaikan kepada masyarakat yang pemahamannya setingkat SD maka bagaimana bisa mengerti orang-orang yang mendengarnya. Atau penceramah yang baru level SMA tetapi mengajarkan materi setingkat PT, bagaimana jadinya pemahaman penceramah tersebut dalam mengutarakan materi ceramah meskipun rujukannya sama. 

Majunya orang orang dengan berbagai background pemahaman agama yang diwadahi oleh partai politik menyebabkan seolah-olah ada legitimasi bagi kelompok orang tersebut dalam mengubah tatanan hidup bernegara yang selama ini berideologi Pancasila yang kita cintai ini. Pancasila mampu menjaga keberagaman Indonesia dan bisa menangkal aliran radikal dan rasialis serta teroris. Di bidang pendidikan, waspadai terhadap orang-orang yang berpemahaman tidak sesuai dengan hukum negara. Tetaplah menjaga keberagaman yang ber: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD45. Semoga Indonesia tetap jaya selamanya. Aamiin. Salut kepada NU yang menginisiasi pemahaman masalah ini dan pencarian solusinya dalam forum R20 bulan ini di Bali.

Wednesday, October 12, 2022

Menyongsong kemungkinan rawan pangan dan energi yang lebih hebat

 Salah satu permasalahan utama terkait dengan perubahan iklim ditambah berbagai pertistiwa yang terjadi di dunia ini adalah kerawanan pangan. Faktor lain yang turut terdampak adalah sektor energi. Secara global hal tersebut sudah dirasakan di banyak negara sehingga memicu kekacauan dan kecemasan masyarakat negara-negara tersebut. Alih alih mampu mengatasi masalah, negara tersebut bahkan pemerintahannya sudah ambruk dan warganya berusaha untuk bisa bangkit lagi dengan tertatih-tatih.

https://money.kompas.com/read/2022/07/08/165016126/dunia-krisis-pangan-jokowi-minta-pekarangan-kosong-ditanami?page=all

Peristiwa tersebut tentu saja juga dipikirkan oleh pemerintah Indonesia yang mengajak para pemimpin global untuk mengantisipasi adanya kerawanan pangan akibat pupuk dan perubahan iklim. Pupuk yang dimaksud adalah pupuk kimia yang warga dunia khususnya yang berprofesi petani sangat butuhkan untuk meningkatkan produksi. Perang yang berkecamuk di Ukraina akibat invasi Rusia ke negara tersebut membuat kondisi dunia makin runyam dan belum jelas kapan berakhirnya. Sebagai negara-negara sentra produksi gandum dunia, adanya perang ini menyebabkan pasokan bahan pangan tersebut menjadi terganggu. Karenanya pihak-pihak yang menggantungkan pasokan gandum dari kedua negara tersebut sudah kelabakan dan terganggu perekonomiannya. Apalagi ditambah krisis energi dimana Eropa juga sebagian bergantung pada Rusia. Kondisi yang semakin tidak menentu inilah yang meningkatkan ketidakpastian kondisi dunia yang masih juga berkutat dengan pandemi.

Rawan pangan dan energi merambat kemana-mana, ditambah krisis keuangan. Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, kondisi ini terasa sangat berat. Semua profesi yang ada di dunia ini terdampak sehingga tidak ada alasan untuk mengeluh. Yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya agar semuanya selamat dan lepas dari jeratan berbagai macam krisis tersebut dengan bersatu padu melakukan yang terbaik bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Tidak bisa tidak, yang harus dilakukan adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Yuk bersama sama lakukan yang terbaik bagi negeri kita tercinta.

Saturday, September 3, 2022

Strategi menghadapi dampak perubahan iklim menjelang tahun 2050

Perubahan iklim banyak menyengsarakan seluruh warga dunia karena berbagai dampak negatifnya. 


Berbagai langkah yang bisa ditempuh mengkombat percepatan perubahan iklim bisa diperoleh dari rekaman video webinar di bawah ini. Silahkan akses: https://drive.google.com/file/d/174OUg8Mm1v79bKC9KDKhPogwvgSX-wrs/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat bagi semua pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim sampai dengan tahun 2050.

Tuesday, July 5, 2022

100 guru geografi Kalimantan tingkatkan kualitas

 Berikut ini adalah salah satu berita yang memuat tentang kegiatan pelatihan para guru geografi yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan mengundang lebih dari 1000 sekolah setingkat SMA di seluruh Kalimantan yang dimuat di Kaltim Post.





Wednesday, June 22, 2022

Berita Hoaks

 Berita hoaks sepertinya bukan merupakan berita yang jarang terjadi. Sering tanpa kita sadari kita terpapar oleh berita semacam itu sehingga timbul keresahan di masyarakat. Hoaks menyasar banyak pihak, apalagi saat ini hampir semua orang terpapar oleh berita-berita yang harus di cek betul kebenarannya dan itu harus ditanyakan kepada ahlinya. Demikian pula dengan berita tentang cuaca, musim dan iklim.

Tanggal 18 Juni 2022 yang lalu, dilaksanakan kegiatan webinar tentang hoaks yang diikuti oleh peserta dari sebagian wilayah  Indonesia dengan berbagai profesi. Menarik bahwa banyak pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menjadi perhatian publik baru kali ini mendapatkan pemaparannya secara lebih detail. Bisa dimaklumi karena background para peserta bukanlah meteorologi atau klimatologi. 

Berikut ini adalah hasil dari webinar tersebut.

·        Perubahan iklim banyak menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di banyak tempat di dunia, termasuk di Indonesia. Wilayah yang demikian banyak variasi cuaca dan iklimnya ini dipengaruhi oleh banyak fenomena seperti monsoon, ENSO, IOD dll. Musim hujan atau musim kemarau berkepanjangan sehingga sering menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa ini puluhan tahun terakhir sering menimpa wilayah Indonesia dan ini tidak boleh dibiarkan saja. Pelibatan masyarakat dalam menangkal hoaks harus terus menerus diupayakan agar issue-issue terkait cuaca, musim dan iklim makin bisa ditangani dan diluruskan secara ilmiah.
·         Dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat, peroranganpun bisa menjadi penyampai berita yang sangat cepat dan berpotensi pada terbentuknya berita hoaks. Sehingga hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat khususnya generasi mudanya dan awak media dalam meningkatkan mutu dan kualitas pemberitaan.
·  Pemanasan global telah terjadi, dan terbukti sebagai fakta dalam data-data pada skala global, regional dan lokal.
· Pemanasan lokal dimungkinkan lebih kuat daripada pemanasan global, terutama di daerah perkotaan.
· Perubahan lingkungan besar-besaran dapat memperburuk efek pemanasan global pada perubahan lokal (misalnya fenomena pulau panas "heat island" perkotaan)
·  96% kejadian bencana di Indonesia terkategorikan sebagai bencana hidrometeorologi, dan sebagian besarnya disebabkan oleh cuaca/iklim ekstrim.
·  Peningkatan suhu udara sebesar 1áµ’C sangat besar pengaruhnya terhadap penguatan siklus hidrologi sehingga meningkatkan kejadian ekstrim (baik intensitas maupun frekuensinya) yang berikutnya dapat menjadi ancaman bencana hidrometeorologi.
·   Musim kemarau basah akan terus berlanjut hingga akhir September 2022 khususnya utk kawasan barat Indonesia yg bertipe hujan monsunal bukan karena efek La-Nina namun karena IOD yg berfase negatif.




Wednesday, June 8, 2022

Peningkatan kualitas guru geografi wilayah binaan se Pulau Kalimantan

 Saudara semuanya khususnya para guru pasti menyadari bahwa pendidikan geografi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kecintaan pada tanah air dan bangsa. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbangan kami untuk turut membina para guru agar menghasilkan siswa yang unggul dari daerah mengingat bahwa selama ini kemampuan akademis banyak dirajai oleh siswa-siswa dari pulau Jawa. Kesenjangan ini harus dipersempit agar kualitas sumber daya manusia di daerah memampukan pengelolaan sumber daya alam  yang profesional. Terkait dengan pertimbangan akan adanya rencana pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan ini kami berupaya untuk meningkatkan kualitas siswa sekolah menengah dan madrasah aliyah melalui para guru geografi mereka. Bila saudara berminat untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas diri maka silahkan untuk mendaftarkan diri pada link di bawah.



Sedekah ilmu cuaca, musim dan iklim

 Seperti sudah disebut sebelumnya, masalah cuaca, musim dan iklim makin menjadi perhatian dunia. Peristiwa yang berubah setiap saat dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak ini harus makin menjadi perhatian mengingat berdampak luas pada skala ruang mikro sampai global. Oleh orang-orang tertentu, berita yang sudah benar dipelintir sehingga menjadi berita hoaks. Untuk itulah maka Gerakan Sedekah Ilmu coba saya lakukan karena merasa terpanggil untuk turut meluruskan berita-berita terkait meteorologi dan klimatologi. Bila saudara berminat, silahkan kunjungi link di bawah.

Silahkan disebarkan pada kolega saudara agar makin terbuka mengenai kondisi cuaca, musim dan iklim di Indonesia.



Tuesday, March 22, 2022

Be aware of water, energy and food issues from now on

 Happy Water Day and World Meteorological Day …

We often hear about climate change from various print and online mass media as well as social media, but it doesn't seem to have become an agenda that is considered important for some people. The issue of climate change is still a global elite issue. Although some people in the world realize that the various events that occur in their daily lives are related to climate change with various variations, the steps to combat this problem still seem cloudy. The impact caused by climate change may already be known to many, especially urban residents because information can be obtained from existing gadgets. Three things that must be known and will be very likely to experience change and are vulnerable to disturbances in the present and future are water, energy and food issues.

Various disasters that occur in various parts of the world including Indonesia are often considered to be caused by climate change. Hydrometeorological disasters as part of natural disasters such as cyclones, tropical storms, tropical cyclones, floods, flash floods, droughts and landslides triggered by heavy rains often take property and lives. All of that can be seen from various news sources in the past until recently. Information about natural disasters every day adorns the mass media and social media. Of course everyone does not want to experience it but very few of the community are involved in saving the environment and other preventive measures. Only when natural disasters occur do people rush to take curative actions.

Floods such as those that have occurred recently, whether on the island of Java or outside Java Indonesia, where the water has not receded for several weeks, for example in Sintang, West Kalimantan some time ago, are clear evidence of the effects of climate change. An increase in rainfall to more than 120 millimeters per day will cause the soil to not have time to absorb large amounts of water. The heavy rain will trigger the formation of water flow on the ground (runoff) which then enters the river flow. Unfortunately the drainage channel is not running well and the capacity of the river is not commensurate with the incoming water flow. The latter is exacerbated by erosion upstream of the river and the habit of people throwing all kinds of garbage into the river. The occurrence of cold lava floods on the slopes of Mount Semeru, East Java due to heavy rains on the peaks and slopes, seems to be also influenced by this climate change. In this case, what is influenced by climate change is the rainfall factor. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students. Human activities that account for more than 95% of climate change will be reduced if people's awareness of the environment increases. Small to large steps on various scales of space and time have to be instilled more and more since childhood or early age. The education sector is a good and accurate key for efforts to increase this awareness, for example through teachers or lecturers and students.

Landslides which are also common following flooding during the rainy season (Asian monsoon) which are exacerbated by La Nina events in the Pacific Ocean and negative Dipole Mode in the Indian Ocean can actually also be reduced. A number of steps can be taken, for example one of them is strengthening the soil structure by planting trees. The slopes of hills and mountains should also be strengthened by planting trees with deep roots such as pine trees, teak, and various types of horticultural trees. This is so that apart from the stems and twigs that can be used for wood, it can also increase the nutritional security of the community. River borders must also be strengthened and niches or reservoirs and dams that exist in areas higher than rivers/hills/mountains are also treated to prevent flash floods.

At this time, La Nina is predicted to be at a moderate level by NMME so that for the Indonesian region it causes the rainy season to progress and lasts longer. This must also be anticipated through water management so that excess water in the rainy season can be stored to fill groundwater or reservoirs and the dry season does not dry out. The steps taken by the government, such as building reservoirs, are a step forward in securing water availability for various purposes.

The availability of water can also be good energy if it is used from micro-hydro electricity to large-scale hydroelectric power plants. Energy security can be done in this way and developing new renewable energy such as solar and wind energy. We should be grateful that our region is close to the equator so that the length of the day is about 10-12 hours throughout the year. Day length is the time from sunrise to sunset. This causes solar energy can be easily obtained throughout the year. Unfortunately, to install until it can be used by the wider community, it still requires technological revolution. For now, it still requires high costs where only certain people can or want to invest to get this free energy. You can imagine how in the future far more people will enjoy this free energy compared to those who use hydroelectric power as it is today. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries. If the solar energy storage battery can have a large capacity, then even this will make energy security even more powerful. In fact, even this we can do if it is supported by the right regulations so that the investment of thoughts, energy and high technology, low-cost capital is not wasted and is overtaken by the human resources of other countries.

Energy can also be used for agricultural cultivation activities. So far, agricultural mechanization has not reached and is evenly distributed in remote rural areas. Smart farming still feels like a dream for traditional farmers, whose numbers are very, very much more than tie farmers or those who are technology literate. The use of agricultural infrastructure based on IoT (internet of things) is still felt as a technology belonging to millennials or young people. This transformation of knowledge and technology in smart farming must be carried out from now on considering the number of Indonesian farmers from year to year is decreasing and is dominated by those aged 47 years and over. This can be a serious threat to the problem of food security in the country.

The quality of human resources will increase, as will their life expectancy if food and nutrition problems can be improved. Hopefully with the increasing attention of the government, the business world, communities, universities and the mass media on water, energy and food security, this will make our beloved country progress and become a world superpower. If this can be accelerated, the impact of climate change on the lives of Indonesian people will be minimized, especially if it is carried out in mutual cooperation and together with other countries around the world.

 

Friday, February 11, 2022

Ibu Kota Negara

 Masih relevankah membangun IKN di Kalimantan Timur?? Kalimantan Timur memang selama ini tidak mengalami kebakaran hutan, kalaupun ada dalam skala kecil dan mengingat pada saat karhutla angin tenggara yang berperan dominan maka masyarakat Kalimantan Timur tidak mengalami masalah kesehatan dan kerugian lain. Ini mengingat asap bergerak menuju barat laut sampai utara ketika musim kemarau yang kering atau kekeringan yang diakibatkan berbagai fenomena seperti monsoon tenggara, El Nino dan El Nino modoki. Dari sisi angin memang relatif aman dari bahaya asap. Dari perspektif air, dengar dengar masih ada masalah. Ini tentu terkait juga dengan vegetasi yang tumbuh di sana, selain faktor tanah yang kebanyakan tanah gambut dan batubara. Jika mampu mengolah air sungai atau payau di sana menjadi air tawar, maka masalah ini masih bisa ditangani meski untuk itu barangkali membutuhkan teknologi tinggi desalinisasi air payau. Selain tentu saja vegetasi dan pepohonan tropis yang mampu menghadirkan sumber-sumber air minum sehingga harus ada konservasi tanah dan air. Pembangunan infrastruktur yang tentu saja akan menyebabkan banyak lahan hutan yang dikonversi menjadi pusat-pusat aktivitas manusia seperti pemukiman, industri, perkantoran dll harus diganti dengan luas lahan vegetasi yang lebih dari yang ditebangi. Ini setidaknya diperkirakan akan memperbaiki siklus hidrologi di kawasan IKN tersebut. Masalah energi sebenarnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang hijau, artinya yang tidak sampai dampaknya merusak lingkungan. Bisa berwujud energi angin, air, dan radiasi matahari. Meskipun angin tampaknya kecil mengingat kecepatan angin di wilayah IKN kecil namun bila untuk skala mikro pemukiman (Pembangkit Listrik Tenaga Angin Mikro) tampaknya tidak mengalami masalah. Dinamika air sungai dan laut bisa pula dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Potensi lain adalah energi surya yang karena berada dekat wilayah ekuator maka sangat melimpah. Dengan demikian untuk masalah energi bila benar-benar diberdayakan maka mungkin akan cukup melimpah. 

Faktor pangan bisa tercukupi mengingat propinsi Kalimantan Tengah diproyeksikan menjadi lumbung pangan nasional dan bisa mensuplai IKN. Bila saja food estate tersebut berhasil maka masalah pangan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim global akan bisa direduksi. Jika permasalahan pangan, energi dan air ini bisa ditangani dengan sebaik-baiknya maka dampak perubahan iklim tidak akan begitu dirasakan oleh bangsa Indonesia. 

Meskipun hal yang disampaikan di atas adalah dalam sudut pandang positif/optimis namun jangan pula dikesampingkan pandangan-pandangan pesimis yang mungkin juga berkembang mengingat lokasi IKN (akan) sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak, bangsa dan rakyat Indonesia tercinta. 

Wednesday, December 15, 2021

La Nina sampai kapan??

 Membicarakan peristiwa La Nina selalu menarik perhatian mengingat dampak yang terjadi akibat peristiwa alam ini pada kehidupan di muka bumi besar. Peristiwa yang terjadi di samudra Pasifik tropis ini untuk Indonesia mempunyai dampak peningkatan jumlah curah hujan mengingat biasanya wilayah perairan Indonesia menghangat sehingga awan konvektif banyak terbentuk. Ditambah lagi peristiwa konvergensi karena tekanan rendah yang terbentuk di wilayah Indonesia. Dari analisis terhadap apa yang disampaikan terkait ENSO dan DM oleh Biro Meteorologi Australia maka prakiraan/prediksi/ramalan kondisi cuaca dan musim di Indonesia dapat dibaca di sini.  Faktor ketidakpastian dalam prediksi tetap akan ada dan nilainya akan membesar seiring dengan bertambahnya waktu dan ruang ke depan. Tingkat resolusi model prediksi yang terus menerus diperbaiki  akan makin mengurangi ketidakpastian ini. 

Perubahan iklim tampaknya juga berpengaruh pada kejadian La Nina dan El Nino meskipun sejauh ini masih belum jelas bagaimana kaitannya. Namun histori dari ENSO tersebut menunjukkan bahwa selama perubahan iklim puluhan tahun terakhir terjadi hubungan atau korelasi yang positif. Kejadian ENSO meningkat seiring dengan peningkatan pemanasan global dan perubahan iklim. Mencairnya es di kutub yang makin cepat kejadiannya sehingga membawa pengaruh besar pada perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut harus dipandang sebagai bagian yang terintegrasi dalam sistem iklim yang memang sedang mengalami perubahan dan upaya natural bumi untuk menjaga kesetimbangannya. Bahwa ada yang percaya dari hasil penelitiannya perubahan iklim yang terjadi sampai tahun 2100 akan menyebabkan kiamat, hal itu sah-sah saja karena kajiannya berdasarkan saintifik. Namun bahwa ada yang meninjaunya dari sudut pandang agama, itupun juga sah-sah saja. Jangan dibentur-benturkan karena basis kajiannya berbeda. 

Wednesday, December 8, 2021

Akankah banjir lahar dingin Semeru terjadi lagi??

 Gunung Semeru yang Sabtu kemarin meletus mengakibatkan puluhan jiwa melayang dan kerusakan yang parah pada bangunan, pekarangan dan kebun serta infrastruktur yang lain di beberapa desa di sekitarnya. Jembatan juga terputus sehingga beberapa wilayah tertentu terisolasi. Hujan yang terjadi di puncak dan lereng gunung tersebut membawa lahar dingin ke bawah dan juga menambah dampak kerusakan di wilayah yang dilaluinya. 

Tinggi gunung yang 3676 meter merupakan salah satu gunung tinggi di Indonesia yang masih aktif. Seperti juga gunung-gunung lain yang masih aktif, banyak lahan subur yang diusahakan oleh penduduk. Ini karena material gunung api yang termuntahkan setiap kali erupsi atau eksplosi menyebabkan kandungan hara yang sangat dibutuhkan tanaman di tanah meningkat. Oleh karena itu tidak heran kalau banyak penduduk yang tinggal di wilayah gunung-gunung aktif mengusahakan lahan untuk tujuan pertanian dan peternakan. Temperatur dan kelembapan relatif yang ada di sekitar gunung api terasa nyaman dan menyehatkan bagi makhluk hidup khususnya manusia.

Situasi gunung Semeru saat ini dapat dilihat pada link berikut ini. Tampak bahwa angin menuju ke arah utara dengan kecepatan rendah. Bila terjadi kepulan asap saat ini maka kemungkinan besar akan menuju ke arah utara. Semoga Semeru segera mereda dan suasana kembali normal terjadi. Masih ada kemungkinan banjir lahar dingin (banjir bandang) terjadi mengingat puncak musim hujan belum terlampaui, oleh karena itu harus tetap waspada. Bukan tidak mungkin terjadi letusan gunung api di tempat lain mengingat beberapa waktu yang lalu gunung Merapi di Jateng juga batuk-batuk kecil.