Tuesday, January 13, 2015

Coba jawab pertanyaan berikut tentang meteorologi enjinering

Berikut ini saya sampaikan ujian akhir semester mata kuliah meteorologi enjinering yang saya ujikan pada tanggal 17 Desember 2014 yang lalu, beberapa hari sebelum kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 akhir Desember 2014. Jawaban bisa dikirim melalui email saya: joko.wiratmo@meteo.itb.ac.id. Seminggu mendatang akan saya posting jawaban salah satu mahasiswa saya. Coba anda beri nilai berapa jawaban mahasiswa saya tersebut.


SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER METEOROLOGI ENGINEERING
RABU, 17 DESEMBER 2014;  12.30 sd 13.45 WIB
R. LAB. METEOROLOGI TERAPAN

Setelah anda berkunjung ke tower meteorology Bandara Husein Sastranegara Bandung beberapa waktu yang lalu, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
1.   Jelaskan peran petugas/ahli meteorology dalam dunia penerbangan ! (25)
2.      Hal-hal apa saja yang harus disampaikan kepada pilot pesawat untuk menerbangkan pesawat? Jelaskan! (25)
3.      Apa saja yang perlu diperbaiki dalam layanan informasi cuaca di bandara? Jelaskan! (25)
4.      Jika anda seorang anggota KNKT (Komite Nasional Kecelakaan Transportasi) yang sedang menangani kasus kecelakaan pesawat terbang, apa saja yang mesti saudara tanyakan kepada saksi? Jelaskan! (25)
---------------------selamat mengerjakan, semoga sukses ------------------

Monday, January 5, 2015

Kecelakaan pesawat Air Asia perlu disikapi dengan bijak

Lebih dari seminggu yang lalu, pesawat Air Asia mengalami kecelakaan di atas selat Karimata, antara pulau Sumatera dan Kalimantan. Seratus enam puluh satu penumpang diduga meninggal dunia. Sampai hari ini (5 Januari 2015), 34 orang sudah diketemukan dalam keadaan meninggal dunia, dan beberapa sudah dapat diidentifikasi. Pencarian bangkai pesawat beserta penumpangnya dilakukan dengan sekuat tenaga dan kemampuan terbaik yang dimiliki Basarnas, TNI dan Polri dengan bantuan negara-negara sahabat. Tentu kita apresiasi kerja keras mereka.
Tidak lepas dari usaha yang telah dan sedang dilakukan, ternyata alam menunjukkan kuasanya. Kondisi cuaca dan laut sangat mempengaruhi keberhasilan Basarnas dalam menemukan para korban. Cuaca dalam beberapa hari ini kurang bersahabat ...hujan deras dan angin yang cukup kencang sehingga gelombang cukup tinggi mencapai 2 - 3 meter. Dalam kondisi semacam ini, tidak mudah bagi Basarnas untuk segera menemukan bangkai pesawat dan para penumpang pesawat.
Kembali ke awal kejadian ... diduga pesawat mengalami masalah karena cuaca buruk yang ditandai dengan banyaknya tumbuh awan-awan jenis kumulonimbus (Cb) dalam lintasan penerbangan. Awan ini memang banyak berkembang di wilayah Indonesia yang berupa kepulauan dan sepanjang tahun mengalami pemanasan dari matahari. Wilayah kita dilalui gerak semu matahari dari 23,5o lintang utara dan 23,5o lintang selatan. Pada saat ini matahari sedang berada di belahan bumi selatan dan bergerak menuju utara setelah mencapai 23,5o lintang selatan pada 21 Desember 2014. Wilayah konvergensi antar tropis (ITCZ: intertropical convergence zone) saat ini lebih banyak berada di selatan katulistiwa yang ditandai dengan banyaknya perawanan di selatan ekuator. Angin barat laut yang berhembus kemungkinan besar akan membawa bangkai pesawat menuju ke tenggara dari lokasi kejadian karena adanya arus yang timbul.
Perlu diketahui bahwa awan kumulonimbus timbul karena updraft yang kuat akibat pemanasan oleh matahari. Dalam era pemanasan global seperti sekarang ini, secara teoritis memang akan memicu perkembangan awan-awan Cb menjadi lebih besar. Memang harus ada penelitian yang mendalam mengenai masalah ini. Selama ini, wilayah Indonesia terbukti mempunyai perawanan Cb yang terbesar di dunia, mengalahkan Cb yang terbentuk di benua Afrika dan Amerika Selatan sekitar ekuator. Itulah sebabnya maka wilayah ini berperan sangat besar pada terbentuknya berbagai gelombang dan osilasi udara yang mempengaruhi cuaca dan iklim dunia.
Semoga dengan adanya kecelakaan pesawat Air Asia makin menguatkan perhatian kita tentang peran cuaca, musim dan iklim. Peningkatan sumber daya manusia yang didukung oleh peralatan yang modern harus diupayakan oleh pemerintah agar jasa penerbangan tidak dinodai oleh timbulnya berbagai kecelakaan yang menelan korban jiwa. Harga satu nyawa sekalipun tidak akan pernah terbayar dengan uang berapapun.


Tuesday, December 23, 2014

Bencana hidrometeorologis membutuhkan perhatian kita semua

Akhir-akhir ini bencana alam melanda di berbagai tempat di tanah air. Banjir, tanah longsor, puting beliung ... silih berganti datang dan pergi. Belum habis orang dikejutkan dengan terjadinya bencana tanah longsor di Banjarnegara Jawa Tengah, warga Bandung selatan sudah dipaksa mengungsi karena banjir. Di bagian lain Bandung, puting beliung menerpa bangunan-bangunan permanen dan meluluhlantakkannya. Belum lagi yang terjadi di seluruh penjuru tanah air. Mungkin banyak juga yang tidak terliput oleh insan pers.
Bencana banjir ini memang sudah diprakirakan sejak beberapa waktu yang lalu karena lingkungan yang makin rusak, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dan datangnya curah hujan yang besar pada waktu yang singkat (shower). Awan-awan jenis cumulonimbus dan nimbostratus makin sering terjadi dan menggayut di langit. Tidak heran jika peluang terjadinya banjir makin besar. Bukan tidak mungkin bahwa bencana hidrometeorologis ini akan melanda Indonesia sepanjang tahun 2015 mendatang. Semoga saja hal ini tidak terjadi.
Melihat distribusi tekanan rendah yang saat ini berada di selatan ekuator dan tekanan tinggi yang berada di utara ekuator maka peluang terjadinya hujan memang akan membesar, demikian juga dengan banjir apalagi diprediksi bahwa puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari dan Pebruari 2015 mendatang. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk melawan alam tersebut. Kita harus berpasrah diri. Namun dampak yang terjadi dapat kita kurangi dengan memelihara lingkungan agar alam ramah pula terhadap kita. Saluran-saluran air diperbaiki dan jangan dipenuhi dengan sampah serta dijaga jangan sampai menyempit. Daerah resapan air jangan dirambah untuk pemukiman dan industri. Tata ruang harus secara konsisten diperbaiki dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan law enforcement harus dilaksanakan jika ada pihak yang melanggar.
Lembaga-lembaga pemerintah seperti BMKG, BNPB/D, Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lainnya harus bahu membahu mengupayakan yang terbaik bagi bangsa ini. Beban tanggung jawab yang berat akan terasa ringan jika kita pikul bersama.

Tuesday, October 14, 2014

Kebakaran dan polusi asap akan berhenti secara alami.

Beberapa waktu ini, Sumatera dan Kalimantan dilanda kebakaran hutan. Siapa pembakarnya, sampai sekarang belum ada tindakan tegas yang menimbulkan efek jera. Kita semua tahu bahwasannya biasanya yang melakukan pembakaran dalam skala besar adalah perusahaan-perusahaan besar yang ingin mengusahakan hutan dan lahan untuk tujuan pertanian dan perkebunan atau kegiatan yang lain. Mereka tidak mau repot-repot membersihkan lahan dari semak belukar dalam area yang luas. Mereka pikir dengan cara membakar tentu biaya pembersihan akan jauh dapat ditekan dan lebih efisien serta efektif. Tetapi bukan tidak mungkin masyarakat luas melakukan hal yang sama untuk membersihkan ladangnya. Mereka semua tidak sadar dan tidak mau menyadari bahwa dampaknya bisa dirasakan masyarakat luas. Asap menyelimuti beberapa propinsi akhir-akhir ini dan mengganggu aktivitas penduduknya. Kejadian semacam ini sebenarnya sudah terjadi puluhan tahun dan paling masif setelah era reformasi. Mengherankan bahwa sampai sekarang masih saja terjadi hal yang sama (berulang). Sampai dengan hari ini, belum ada keluhan yang mengemuka dari pihak negara tetangga (Malasyia dan Singapura).
Seiring dengan waktu, kebakaran hutan dan polusi asap akan berakhir dengan sendirinya dengan akan datangnya musim hujan di tanah air. Hujan mulai turun di banyak tempat di tanah air yang mengindikasikan bahwa sebentar lagi memasuki musim hujan. Namun seharusnya kita tidak perlu pasrah dengan menunggu musim hujan datang. Sudah selayaknya pemerintah pusat dan daerah menerapkan sangsi yang tegas kepada pembakar semak belukar/ hutan yang menimbulkan polusi udara dalam skala luas. Aturan-aturan teknis dibuat agar bisa diimplementasikan di lapangan. Semoga ke depan masalah kebakaran hutan, asap dan polusi udara dapat segera dituntaskan dan dicari solusi terbaiknya.


Friday, August 15, 2014

Hujan, bagaimana bisa terbentuk?

Ada pertanyaan menarik dari salah seorang sahabatku, mengapa ada awan yang menghasilkan hujan dan ada pula awan yang tidak menghasilkan hujan. Ada baiknya untuk menjawabnya, kita melihat dulu ukuran inti kondensasi, tetes awan dan tetes hujan. Inti kondensasi berukuran sangat kecil 0,0002 mm, tetes awan berukuran 0,02 mm dan tetes hujan berukuran 2 mm. Tentu saja dibutuhkan jutaan buah tetes awan jika akan membentuk tetes hujan.
Namun perlu diingat bahwa awan akan terjadi jika ada inti kondensasi dan uap air. Tanpa ada kedua hal tersebut perawanan tidak akan terbentuk. Inti kondensasi yang berupa aerosol yang higroskopis (menyerap uap air di sekitarnya) dihasilkan dari banyak sumber. Misalnya dari asap kebakaran hutan, debu vulkanik, asap pabrik, partikel garam yang terpercik ke atmosfer karena tertiup angin, dan lain-lain. Sifat higroskopis dapat dengan mudah kita pahami dengan melihat mencairnya garam dapur yang diletakkan di atas meja. Garam dapur ini menyerap air di sekitarnya sehingga dia mencair; jadi tidak karena efek panas meskipun hal ini juga mungkin mempengaruhinya.
Pada saat awan sudah terbentuk karena proses kondensasi, proses tumbukan dan tangkapan pada awan panas bisa terjadi karena misal oleh adanya updraft. Tetes awan yang kecil akan terbawa ke atas dan bertumbukan dengan tetes-tetes yang lain dan saling menempel sehingga membentuk tetes yang lebih besar dan terbuka peluang untuk menjadi tetes hujan. Semakin tebal ukuran awan, peluang bertumbukan ini menjadi makin besar. Kecepatan pertumbuhan tetes kecil ini mula-mula cepat, namun ketika dia menjadi besar maka pertumbuhannya makin melambat. Ketika gaya gravitasinya lebih besar daripada kekuatan updraft maka tetes yang sudah membentuk tetes hujan tersebut akan jatuh sehingga terbentuklah hujan.
Berbeda dengan awan dingin di lintang menengah dimana proses pembentukan presipitasi dilakukan melalui proses Bergeron. Ini tidak lain karena sifat tekanan uap di atas es lebih kecil dibanding di atas tetes air. Dengan demikian maka menguapnya tetes air akan mengendap pada kristal es akibat perbedaan tekanan uap tersebut. Sehingga kristal es akan tumbuh membesar dan tetes air mengecil. Kristal es inilah yang jatuh sebagai presipitasi.

Thursday, July 24, 2014

Lagi ... pesawat jatuh karena cuaca di Taiwan


Tim penyelamat berusaha menemukan korban di puing pesawat TransAsia Airways GE222 yang jatuh saat berusaha mendarat darurat karena cuaca buruk. (Wong Yao-wen/AP Photo)

Satu lagi tragedy menimpa dunia penerbangan. Pesawat penumpang TransAsia Airways mengalami kecelakaan. Kali ini penyebabnya bukan karena ditembak jatuh oleh gerilyawan pendukung Rusia, tapi oleh karena faktor cuaca yakni adanya badai Matmo yang menimpa Taiwan beberapa hari ini. Dikatakan bahwa hanya 11 orang dari 58 orang yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
Kejadian di atas semakin menguatkan pentingnya peran cuaca dalam keselamatan penerbangan. Mengabaikan masalah cuaca dalam dunia penerbangan sama saja dengan berjudi dengan maut. Dari berita yang terkumpul, pesawat tersebut berusaha mendarat dua kali tapi tidak berhasil karena pengaruh cuaca.
Depresi tropis yang bermula dari lintang 10 oN bujur 135.2 oE pada tanggal 17 Juli 2014 jam 12 GMT bergerak menuju barat laut  sempat berkembang menjadi topan tetapi kemudian meluruh menjadi badai tropis pada tanggal 23 Juli 2014. Meskipun terjadi peluruhan dari topan menjadi badai tropis, bukan berarti hal ini tidak berbahaya bagi dunia penerbangan dan pilot dan seluruh crew pasti mengetahuinya. Semoga kejadian seperti di atas tidak terulang lagi di lain waktu. Amin

Friday, July 4, 2014

Pelurusan pemahaman tentang cuaca dan iklim



Rasanya ada yang salah dengan pengenalan meteorologi dan klimatologi di sekolah menengah. Salah satu hal yang paling mencolok adalah definisi tentang cuaca dan iklim yang selama ini diajarkan di SMP dan SMA. Seringkali cuaca diartikan sebagai kondisi rata-rata udara pada suatu tempat yang sempit dan waktu yang singkat; sedangkan iklim diartikan sebagai kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat yang luas dan waktu yang lama. Menurut pemahaman saya yang berkutat tiap hari dengan masalah cuaca dan iklim; cuaca dapat diartikan sebagai kondisi fisis dan dinamis atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sedangkan iklim adalah kondisi atmosfer pada suatu tempat dan waktu yang relatif lama. Dari definisi ini ada hal yang mencolok tentang masalah ruang dan waktu. Pada pelatihan guru-guru geografi dan kebumian dari propinsi Nanggro Aceh Darussalam beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan tentangan (pandangan yang berlawanan) tentang hal tersebut karena selama ini mereka mendapatkan pengetahuan dari buku-buku bahwa perbedaan utama dari cuaca dan iklim adalah masalah ruang dan waktu. Pada skala ruang, cuaca lebih kecil daripada iklim sedangkan pada skala waktu cuaca lebih singkat daripada iklim. Memang terjadi titik temu khususnya pada masalah skala waktu dimana waktu yang panjang dalam definisi dari iklim adalah 30 tahun sesuai dengan yang dinyatakan oleh WMO (World Meteorological Organization) tetapi tidak terjadi titik temu pada skala ruang. Mereka membaca buku-buku geografi terbitan dalam negeri yang ditulis orang-orang yang tidak berkompeten dalam bidang meteorologi dan klimatologi yang memuat hal seperti yang telah disebut di atas dan bersikukuh tetap pada pendiriannya. Saya memberikan pandangan bahwa ada pembagian klimatologi berdasarkan skala ruangnya yakni klimatologi regional, klimatologi meso dan klimatologi mikro. Klimatologi regional mempelajari iklim daerah yang luas dengan ukuran horizontal sampai ukuran global; klimatologi meso untuk mempelajari iklim pada skala horizontal antara 10 dan 100 km; sedangkan klimatologi mikro mempelajari iklim di dekat permukaan tanah pada skala horizontal sangat kecil yakni kurang dari 100 meter. Dengan demikian jelas bahwa sebenarnya kalau iklim dinyatakan sebagai meliputi daerah yang luas, pertanyaannya adalah seberapa luas. Dari pernyataan saya di atas terlihat bahwa definisi iklim yang selama ini ditulis dalam buku-buku geografi nasional tidaklah tepat.
Hal lain yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa dua tempat yang mempunyai rata-rata parameter iklim (misal temperatur) yang sama belum tentu memiliki iklim yang sama. Ini karena iklim tidak hanya menyangkut rata-ratanya saja tetapi juga nilai-nilai ekstrimnya dan frekuensi kejadiannya.  Atau misalnya bila dua tempat mempunyai curah hujan tahunan sama belum tentu memiliki iklim yang sama. Di suatu tempat yang sepanjang tahun mengalami hujan dengan nilai rata-rata bulanan 130 mm misalnya, akan berbeda dengan iklim tempat lain yang curah hujan bulanan rata-ratanya 260 mm selama 6 bulan dan bulan-bulan lainnya 0 mm (6 bulan basah dan 6 bulan kering). Hal di atas menunjukkan bahwa keadaan atau nilai rata-rata saja tidak cukup untuk mencirikan iklim suatu tempat.
Moga-moga dengan pernyataan saya di atas setidaknya dapat meluruskan pemahaman para guru dan peserta didik akan cuaca dan iklim. Bila masih sangsi dengan apa yang saya sampaikan di atas, silahkan memperbanyak membaca buku-buku terbitan luar negeri yang penerbitnya kredibel dan ditulis oleh orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Buku semacam ini bertebaran dan dapat didownload dengan mudah di internet.

Wednesday, June 4, 2014

Anda bisa menjawab pertanyaan ini?? Jika bisa menjawab dengan benar maka anda sudah agak lebih tahu tentang meteo dan klimatologi

 
  1.       Apakah fungsi atmosfer bumi? Berikan beberapa contohnya
  2.       Apakah  perbedaan antara cuaca dan iklim?
  3.       Apa sajakah unsur-unsur/ elemen-elemen cuaca dan iklim?
  4.       Berdasarkan pada profil temperaturnya, atmosfer dibagi ke dalam beberapa lapisan. Sebutkan lapisan-lapisan tersebut dan bagaimana karakteristik yang menonjol di lapisan tersebut?
  5.       Terdiri dari apa sajakah udara/ atmosfer itu?
  6.       Mengapa jumlah nitrogen dan oksigen begitu mendominasi komposisi atmosfer?
  7.       Faktor-faktor apa yang menyebabkan distribusi pemanasan radiasi matahari di bumi tidak merata? Jelaskan!
  8.       Apa bedanya fungsi awan pada siang hari dan malam hari?
  9.       Apa yang dimaksud dengan neraca radiasi?
  10.   Apa yang dimaksud dengan panas laten dan panas sensibel?
  11.   Sebutkan dan gambarkan 3 sel sirkulasi atmosfer yang berarah meridional!
  12.   Total air tawar yang ada di dunia ini hanya 2,5% sedangkan yang 97,5% berupa air asin. Menurut saudara, apa yang sebaiknya masyarakat lakukan agar jumlah yang demikian sedikit tersebut tidak makin berkurang mutunya? Jelaskan jawaban saudara!
  13.   Bagaimana distribusi global presipitasi di muka bumi? Kaitkan jawaban saudara dengan lokasi pusat tekanan rendah dan tinggi!
  14.   Sebutkan beberapa bencana alam meteorology! Bencana alam apa yang seringkali melanda Negara kita!
  15.  Apa sajakah jenis hujan yang terjadi di Indonesia? Bagaimana proses pertumbuhan terjadinya hujan?
  16.  Bagaimana proses pertumbuhan kristal es pada awan dingin? Disebut apakah proses tersebut?
  17.  Apa bedanya awan dan kabut? Apa kaitan antara kabut dan visibilitas?
  18.   Apakah yang dimaksud dengan sistem iklim? Sub system apakah yang menyusunnya?
  19.   Sebut dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi iklim suatu tempat!
  20.   Apa yang dimaksud klasifikasi iklim? Sebutkan beberapa sistem pengklasifikasian iklim yang saudara kenal!
  21.  Apa yang saudara ketahui tentang monsoon?
  22.  Apa yang saudara ketahui tentang ENSO?
  23.  Apa yang saudara ketahui tentang Dipole Mode?