Beberapa waktu ini di banyak tempat di tanah air terjadi banjir dan tanah longsor. Tidak mengherankan karena memang beberapa bulan terakhir sudah memasuki musim hujan dan melihat sebaran awan di banyak pulau menunjukkan rapatnya awan khususnya pada siang hari. Meskipun tidak selalu awan menimbulkan hujan, namun dari citra satelit tampak bahwa umumnya awan-awan yang terbentuk menjulang tinggi ke atmosfer. Ini berarti bahwa peluang adanya peristiwa tumbukan dan gabungan tetes-tetes air di awan menjadi lebih besar dan hujan yang terbentuk juga akan deras dan butir-butir air hujannya juga akan lebih besar.
Secara klimatologis, Indonesia mengalami dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Namun beberapa wilayah di tanah air mengalami pola curah hujan yang berbeda yakni pola curah hujan lokal. Bisa jadi dalam satu tahun curah hujannya lebih dari 150 mm tiap bulannya sehingga bisa dikatakan tidak pernah mengalami musim kemarau. Ada pula wilayah dengan pola curah hujan yang berbalikan dengan pola monsoonal yakni pola lokal. Satu lagi yang juga banyak wilayah di tanah air alami adalah pola curah hujan ekuatorial, misal wilayah Riau.
Peristiwa-peristiwa di atas berdasarkan penelitian banyak pula disokong oleh meningkatnya suhu bumi atau pemanasan global. Semuanya itu membutuhkan perhatian dan kesadaran kita bersama agar kerugian dan kerusakan yang ditimbulkannya bisa diminimalkan. Cuaca-cuaca ekstrem yang telah disebut di atas harus makin menyadarkan kita pada masalah lingkungan yang saat ini makin rusak. Banjir dan longsor yang sering mengiringinya biasanya selain faktor lingkungan yang rusak juga adanya hujan yang cukup deras. Oleh karena itu maka kesadaran tentang informasi cuaca ekstrem harus ditingkatkan.
Secara klimatologis, Indonesia mengalami dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Namun beberapa wilayah di tanah air mengalami pola curah hujan yang berbeda yakni pola curah hujan lokal. Bisa jadi dalam satu tahun curah hujannya lebih dari 150 mm tiap bulannya sehingga bisa dikatakan tidak pernah mengalami musim kemarau. Ada pula wilayah dengan pola curah hujan yang berbalikan dengan pola monsoonal yakni pola lokal. Satu lagi yang juga banyak wilayah di tanah air alami adalah pola curah hujan ekuatorial, misal wilayah Riau.
http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1287108901/waspada-cuaca-ekstrem
Dengan kondisi yang bermacam-macam pola hujan ini maka hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah saat musim hujan. Ini karena biasanya pada musim hujan banyak peristiwa yang mengakibatkan kerugian dan kerusakan bahkan bisa membahayakan atau merenggut jiwa manusia. Pada musim hujan, selain hujan air juga bisa disertai petir, kilat, guruh bahkan sering ada puting beliung, angin kencang, hujan es dll. Peristiwa ini bisa bersamaan, misal saat hujan deras disertai petir dan angin kencang. Peristiwa kilat dan guruh bersamaan waktunya dengan hujan es. Puting beliung meskipun lebih sering terjadi pada masa pancaroba atau transisi kemarau ke musim hujan atau sebaliknya bisa pula disertai angin kencang di wilayah sekitarnya. Di lintang tropis yang lebih tinggi lintangnya atau di wilayah lintang tengah sering terjadi fenomena yang lebih besar dampaknya yakni tornado dan siklon.Peristiwa-peristiwa di atas berdasarkan penelitian banyak pula disokong oleh meningkatnya suhu bumi atau pemanasan global. Semuanya itu membutuhkan perhatian dan kesadaran kita bersama agar kerugian dan kerusakan yang ditimbulkannya bisa diminimalkan. Cuaca-cuaca ekstrem yang telah disebut di atas harus makin menyadarkan kita pada masalah lingkungan yang saat ini makin rusak. Banjir dan longsor yang sering mengiringinya biasanya selain faktor lingkungan yang rusak juga adanya hujan yang cukup deras. Oleh karena itu maka kesadaran tentang informasi cuaca ekstrem harus ditingkatkan.
Assalamu'alaikum wrwb. Apa yg terjadi di atmosfir? Pekan terakhir ini jarang terjadi hujan.
ReplyDeleteTerima kasih
Www. Singkat kata, komponen yang menyebabkan hujan kurang hadir di atmosfer. Apa itu? Tidak lain bahwa kelembapan atmosfer kurang, keberadaan inti kondensasi kurang dan proses tumbukan dan tangkapan yang berpeluang menghadirkan tetes air berukuran tetes hujan juga kurang. Mengapa demikian? Ceritanya bisa panjang dan bisa dibaca pada postingan sebelum-sebelumnya. Kapan-kapan saya akan sampaikan hal ini pada tulisan mendatang. Salam.
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb. Mengapa pada saat musim pancaroba sering terjadi puting beliung? Terima kasih
ReplyDeleteWww. Pada saat pancaroba di banyak tempat terjadi gerak udara yang mempunyai arah berlawanan di permukaan dan beberapa ketinggian di atasnya. Udara dekat permukaan mempunyai sifat lebih panas dan lembap sedangkan di atasnya lebih dingin dan kering. Pembentukan udara semacam itu sifatnya kasuistik untuk suatu wilayah. Perlu penelitian mendalam tentang masalah ini. Demikian Ryan. Salam
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb. Apa perbedaan antara pola hujan lokal dengan pola hujan ekuatorial di indonesia? Terimakasih
ReplyDeleteWww. Pola hujan lokal menyerupai bentuk U atau V terbalik dimana pada saat bulan JJA justru curah hujan naik sedangkan bulan-bulan lain, curah hujannya kecil. Pola ekuatorial menyerupai bentuk M dimana pada bulan MAM dan SON curah hujannya besar sedangkan bulan-bulan lain curah hujannya kecil atau lebih rendah. Demikian Kelvin. Salam
Delete