Friday, February 11, 2022

Ibu Kota Negara

 Masih relevankah membangun IKN di Kalimantan Timur?? Kalimantan Timur memang selama ini tidak mengalami kebakaran hutan, kalaupun ada dalam skala kecil dan mengingat pada saat karhutla angin tenggara yang berperan dominan maka masyarakat Kalimantan Timur tidak mengalami masalah kesehatan dan kerugian lain. Ini mengingat asap bergerak menuju barat laut sampai utara ketika musim kemarau yang kering atau kekeringan yang diakibatkan berbagai fenomena seperti monsoon tenggara, El Nino dan El Nino modoki. Dari sisi angin memang relatif aman dari bahaya asap. Dari perspektif air, dengar dengar masih ada masalah. Ini tentu terkait juga dengan vegetasi yang tumbuh di sana, selain faktor tanah yang kebanyakan tanah gambut dan batubara. Jika mampu mengolah air sungai atau payau di sana menjadi air tawar, maka masalah ini masih bisa ditangani meski untuk itu barangkali membutuhkan teknologi tinggi desalinisasi air payau. Selain tentu saja vegetasi dan pepohonan tropis yang mampu menghadirkan sumber-sumber air minum sehingga harus ada konservasi tanah dan air. Pembangunan infrastruktur yang tentu saja akan menyebabkan banyak lahan hutan yang dikonversi menjadi pusat-pusat aktivitas manusia seperti pemukiman, industri, perkantoran dll harus diganti dengan luas lahan vegetasi yang lebih dari yang ditebangi. Ini setidaknya diperkirakan akan memperbaiki siklus hidrologi di kawasan IKN tersebut. Masalah energi sebenarnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang hijau, artinya yang tidak sampai dampaknya merusak lingkungan. Bisa berwujud energi angin, air, dan radiasi matahari. Meskipun angin tampaknya kecil mengingat kecepatan angin di wilayah IKN kecil namun bila untuk skala mikro pemukiman (Pembangkit Listrik Tenaga Angin Mikro) tampaknya tidak mengalami masalah. Dinamika air sungai dan laut bisa pula dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Potensi lain adalah energi surya yang karena berada dekat wilayah ekuator maka sangat melimpah. Dengan demikian untuk masalah energi bila benar-benar diberdayakan maka mungkin akan cukup melimpah. 

Faktor pangan bisa tercukupi mengingat propinsi Kalimantan Tengah diproyeksikan menjadi lumbung pangan nasional dan bisa mensuplai IKN. Bila saja food estate tersebut berhasil maka masalah pangan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim global akan bisa direduksi. Jika permasalahan pangan, energi dan air ini bisa ditangani dengan sebaik-baiknya maka dampak perubahan iklim tidak akan begitu dirasakan oleh bangsa Indonesia. 

Meskipun hal yang disampaikan di atas adalah dalam sudut pandang positif/optimis namun jangan pula dikesampingkan pandangan-pandangan pesimis yang mungkin juga berkembang mengingat lokasi IKN (akan) sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak, bangsa dan rakyat Indonesia tercinta. 

Wednesday, December 15, 2021

La Nina sampai kapan??

 Membicarakan peristiwa La Nina selalu menarik perhatian mengingat dampak yang terjadi akibat peristiwa alam ini pada kehidupan di muka bumi besar. Peristiwa yang terjadi di samudra Pasifik tropis ini untuk Indonesia mempunyai dampak peningkatan jumlah curah hujan mengingat biasanya wilayah perairan Indonesia menghangat sehingga awan konvektif banyak terbentuk. Ditambah lagi peristiwa konvergensi karena tekanan rendah yang terbentuk di wilayah Indonesia. Dari analisis terhadap apa yang disampaikan terkait ENSO dan DM oleh Biro Meteorologi Australia maka prakiraan/prediksi/ramalan kondisi cuaca dan musim di Indonesia dapat dibaca di sini.  Faktor ketidakpastian dalam prediksi tetap akan ada dan nilainya akan membesar seiring dengan bertambahnya waktu dan ruang ke depan. Tingkat resolusi model prediksi yang terus menerus diperbaiki  akan makin mengurangi ketidakpastian ini. 

Perubahan iklim tampaknya juga berpengaruh pada kejadian La Nina dan El Nino meskipun sejauh ini masih belum jelas bagaimana kaitannya. Namun histori dari ENSO tersebut menunjukkan bahwa selama perubahan iklim puluhan tahun terakhir terjadi hubungan atau korelasi yang positif. Kejadian ENSO meningkat seiring dengan peningkatan pemanasan global dan perubahan iklim. Mencairnya es di kutub yang makin cepat kejadiannya sehingga membawa pengaruh besar pada perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut harus dipandang sebagai bagian yang terintegrasi dalam sistem iklim yang memang sedang mengalami perubahan dan upaya natural bumi untuk menjaga kesetimbangannya. Bahwa ada yang percaya dari hasil penelitiannya perubahan iklim yang terjadi sampai tahun 2100 akan menyebabkan kiamat, hal itu sah-sah saja karena kajiannya berdasarkan saintifik. Namun bahwa ada yang meninjaunya dari sudut pandang agama, itupun juga sah-sah saja. Jangan dibentur-benturkan karena basis kajiannya berbeda.