Saturday, April 4, 2020

Corona dipengaruhi musim?? ...

Sudah sejak beberapa waktu ini, Corona sudah menjadi pandemi global. Corona yang oleh AS dinamai sebagai virus China yang menyebabkan China marah ini membawa dampak yang luar biasa pada manusia karena menyebabkan seseorang meninggal dengan cepat bila tidak segera ditangani. Ribuan orang telah meninggal dunia dan ratusan ribu orang sudah terpapar oleh virus ini. Yang menarik adalah bahwa virus ini banyak menyerang wilayah yang kemarin mengalami musim dingin, yakni Desember-Januari-Februari di belahan bumi utara. Sedangkan yang saat kemarin mengalami musim panas seperti Australia hanya sedikit korban yang dilaporkan. Ini menarik mengingat apakah itu berarti bahwa musim juga berpengaruh pada penyebaran virus ini? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Dilaporkan sudah 202 negara terpapar virus ini. Terlepas dari benar salahnya hal tersebut, ada baiknya untuk mengingat bahwa peredaran matahari setiap tahunnya adalah sebagai berikut. Pada 21 Maret dan 23 September matahari terletak di ekuator, sedangkan pada 23,5o lintang utara pada 21/22 Juni dan pada 22 Desember matahari berada di 23,5o lintang selatan. Dengan gerak semu semacam ini maka saat bulan DJF, MAM, JJA, SON di belahan bumi utara mengalami musim dingin, semi, panas, dan gugur sedangkan di belahan bumi selatan mengalami musim panas, semi, gugur dan dingin. Selengkapnya tentang hal ini bisa disimak pada video berikut ini:
Pembentukan musim dan lama waktu penyinaran terlihat dengan jelas pada penjelasan tersebut. Dengan demikian waktu dan sudut datang sinar matahari pada setiap lintang mempunyai panjang dan besar yang berbeda kecuali pada saat ekuinoks. Pada saat ekuinoks, semua lintang mempunyai waktu siang hari yang sama yakni 12 jam. Setiap harinya matahari mencapai puncak intensitas maksimum pada jam 9 am sampai dengan 3 pm, oleh karena itu di wilayah tropis khususnya tidak dianjurkan untuk berjemur sinar matahari di antara jam-jam tersebut. Pada saat tersebut radiasi gelombang pendek ultraviolet mengalami penguatan. Ultraviolet merupakan radiasi matahari yang mempunyai panjang gelombang kurang dari 400 nm dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian pada makhluk hidup. Matahari lebih banyak memancarkan sinar matahari pada panjang gelombang cahaya tampak yakni berupa warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Sedangkan pada panjang gelombang lebih dari 700 nm terdapat gelombang panjang infra merah, gelombang mikro dan gelombang radio. Sifat dari gelombang panjang adalah daya tembus terhadap suatu permukaan kecil, sifat yang berbeda dengan gelombang pendek. Kalau di atmosfer gelombang panjang ini banyak diserap oleh gas rumah kaca dan diubah menjadi panas serta dipantulkan ke permukaan bumi kembali dan memicu terjadinya pemanasan global.
Kembali ke pembahasan di atas. Gelombang ultraviolet banyak diserap oleh lapisan ozon pada ketinggian lapisan stratosfer dan sedikit sekali yang mencapai permukaan bumi. Dengan sifatnya yang bisa mematikan jasad renik, maka sebenarnya ia pun  bisa berkontribusi langsung pada virus Corona.  Radiasi matahari pagi sangat baik dalam meningkatkan vitamin D dan menguatkan tulang. Tentu dengan tambahan vitamin dari radiasi matahari ini maka imunitas tubuh menjadi meningkat dan bisa mengurangi kemungkinan untuk terserang covid-19. Olah raga teratur, suasana hati yang gembira, makan makanan dengan gizi seimbang, minum air bening dan istirahat yang cukup, serta tetap produktif ... maka imunitas tubuh akan terjaga dengan baik. Ikhtiar dan doa sudah dan sedang serta akan terus dilakukan, selanjutnya hanya kepada Allah swt saja kita berserah diri dan memohon pertolongan.

Thursday, March 26, 2020

ITCZ masih di selatan ...



ITCZ atau intertropical convergence zone adalah daerah pertemuan antara angin pasat yang umumnya banyak perawanan di sana karena konvergensi ini membawa banyak uap air. Biasanya awan-awan yang terbentuk adalah awan-awan konvergensi yang sering bercampur dengan awan-awan konvektif yang mempunyai potensi pada terbentuknya curah hujan. Seperti terlihat pada gambar ramalan cuaca di samping maka kemungkinan besar bahwa awan-awan yang terbentuk adalah berada di sepanjang Jawa sampai Nusa Tenggara demikian pula di Sumatera dan sekitar kepala burung Papua. Saat ini matahari baru saja meninggalkan wilayah ekuator dan bergerak ke belahan bumi Utara. Ini berarti bahwa ITCZ juga bergerak ke Utara. Hal ini dikuatkan dengan adanya angin yang masih membawa uap air yang banyak di hampir seluruh wilayah Indonesia. Angin pasat timur laut masih mendesak ke selatan katulistiwa yang berarti bahwa pengaruh dari Samudra Pasifik dan benua Asia yang masih dingin masih kuat. Kalau melihat distribusi uap air seperti terlihat di bawah maka tampak bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi hujan besar terjadi, misal di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung, Banten, DKI Jaya, Jabar, sebagian Jawa Tengah, Bali, sebagian Kalimantan, dan

sebagian Papua. Awan-awan yang tidak terlalu tebal banyak bertebaran di pulau-pulau di seluruh Indonesia. Oleh karena itu kemungkinan banjir di tengah pandemi Corona ini masih mungkin terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Semoga saja dampak positifnya bagi pengurangan pandemi Covid-19 ini bisa nyata terlihat dengan tersapunya virus bersama air khususnya untuk yang ada di luar ruangan, meski faktanya masih harus diteliti lebih lanjut.