Thursday, December 26, 2019

Hujan deras dan angin kencang serta gerhana matahari cincin

Ramai diberitakan di media sosial bahwa terjadi hujan deras disertai angin kencang di beberapa daerah kemarin. Hal ini biasa mengingat beberapa waktu ini terjadi beberapa pusat tekanan rendah yang ada di wilayah kita. Ini agak tidak biasa mengapa ada beberapa pusat tekanan rendah di Indonesia. Biasanya pusat tekanan rendah selalu berada di luar wilayah negara kita. Meskipun diramalkan oleh BMKG adanya pusat tekanan rendah namun dilihat dari peta sebaran perawanan dan distribusi uap air, tidak terjadi adanya perawanan yang masif di wilayah tersebut. Dari peta streamline memang terlihat kecepatan angin rendah di sekitar wilayah tekanan rendah tersebut namun agak menjauh dari pusat tekanan rendah tersebut angin dua bahkan tiga kali lebih kencang daripadanya. Semestinya perawanan yang terjadi juga banyak terkumpul di daerah tersebut, tapi nyatanya tidak, seperti yang terjadi di wilayah sekitar Sulawesi dan barat Aceh. 
Hal ini diperlihatkan pada distribusi uap air yang ditunjukkan oleh satelit Himawari 8 berikut ini pada jam 07.20 WIB pagi ini. Mungkin karena waktu masih pagi maka terjadi pola perawanan yang demikian. Semakin siang mungkin akan makin banyak terbentuk perawanan tinggi dan angin kencang.
Apa yang terjadi di beberapa tempat yakni hujan deras disertai dengan angin kencang memang bisa terjadi mengingat kecepatan angin di beberapa tempat mencapai 10-20 knot khususnya di pulau Jawa kemarin. Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik barat dekat Philippina yakni typhone Phanfone dengan tekanan pusatnya 975 mb dan kecepatan angin maksimum 75 knot turut membawa dampak pada tersedotnya angin menuju wilayah tersebut. Pola-pola lain yang terjadi menunjukkan bahwa puncak musim hujan masih belum terjadi. Daerah konvergensi dan divergensi yang berada dekat di wilayah Indonesia semestinya memperbanyak dan mengurangi perawanan yang terjadi. Ini seperti di dekat pusat tekanan rendah barat Aceh dan selatan Nusa Tenggara di barat laut Australia dan utara pulau Kalimantan dekat Brunei Darussalam. Pagi ini perawanan masif baru terjadi di antara pulau Jawa dan Kalimantan. Perawanan banyak terjadi di wilayah tanah air khususnya di wilayah daratan sehingga menghalangi pandangan untuk melihat peristiwa gerhana matahari cincin. Semoga hujan deras dan angin kencang yang mungkin akan terjadi beberapa waktu ini tidak sampai menyebabkan kerugian material yang banyak bahkan kehilangan nyawa. Aamiin.

Monday, December 16, 2019

Mengapa ...??

Mengapa ketika langit tertutup awan, cuaca sering terasa gerah?? Barangkali kalian tidak begitu sering memperhatikan tentang langit ketika cuaca mendung. Yang sering diperhatikan adalah ketika mendung tebal maka "dipastikan" akan terjadi hujan. Bukankah begitu?? CMIIW. Sebenarnya ketika langit tertutup awan cukup tebal, tidak hanya pertanda akan hujan yang akan terjadi namun juga cuaca akan terasa gerah. Kegerahan ini menyebabkan badan kita tidak merasa nyaman atau juga kita mudah tersulut emosi. Pada kondisi yang terik, hal ini juga sering terjadi apalagi kalau banyak debu beterbangan serta berisik/gaduh. Bukan tidak mungkin kita mudah marah-marah ketika terusik sedikit saja. Mengapa? Tidak lain karena ketika kondisi tersebut suhu dan kelembapan udara menjadi terasa tidak nyaman di badan. Mudah lelah, emosi bahkan stroke akibat panas bisa terjadi. Berkali-kali dalam berbagai kesempatan saya mengemukakan hal tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin suasana emosi yang tidak stabil bisa menyebabkan angka bunuh diri juga meningkat yang dipengaruhi juga oleh faktor cuaca. Pernahkah kalian mendengar akibat dari efek Foehn. Efek Fohn terjadi ketika hujan terjadi di hadapan gunung sehingga massa udara di balik gunung menjadi lebih panas dan kering dari biasanya. Ini karena massa udara yang melewati depan gunung (windward) mengalami kejenuhan, timbul perawanan dan hujan orografis sehingga ketika melewati pegunungan kelembapan udaranya menjadi lebih rendah atau kering. Di pegunungan Alpen, efek Foehn ini menyebabkan banyak kecelakaan lalu lintas terjadi. Ini tidak lain karena emosi pengemudi kendaraan menjadi tidak stabil akibat panas yang tidak biasanya. Di Indonesia, pengaruh efek Foehn pada kejadian seperti telah disebutkan di atas belum pernah diteliti. Ini kajian yang sangat menarik sebenarnya, kolaborasi antara bidang meteorologi dengan kesehatan.
https://www.google.com/url? ...&ust=1576557822183804
Kembali ke pertanyaan di atas. Mengapa ...? Pada daerah yang berbentuk cekungan dimana wilayah tersebut dikelilingi oleh gunung atau bukit yang tinggi maka lapisan awan yang menutupi cekungan tersebut ibaratnya sebagai tutup terhadap panas atau gelombang panjang dari bumi. Akibatnya maka panas yang dipantulkan dari muka bumi akan terjebak di udara. Ini tentu saja akan menyebabkan panas yang tidak mengenakkan karena setiap aktivitas di muka bumi seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggunaan energi lainnya mengeluarkan panas. Ditambah lagi bila tidak ada atau sedikit pepohonan maka udara yang panas akan makin terasa panas. Agak sedikit berbeda dengan wilayah yang tidak berbentuk cekungan, suhu udara tidak akan terasa sepanas wilayah yang berbentuk cekungan.