Wednesday, January 1, 2014

Ramalan cuaca dan musim awal tahun 2014

Tampaknya awal tahun 2014, cuaca dan musim akan relatif seperti biasanya. Melihat nilai indeks dipole mode yang negatif demikian juga dengan kondisi La Nina yang diperkirakan lemah serta monsoon Asia yang diperkirakan akan makin menguat, ditambah lagi dengan perairan wilayah Indonesia yang cenderung panas (lebih dari 28 oC, terkecuali di selat Karimata dan selatan Yogyakarta) maka kemungkinan hujan akan banyak terjadi di banyak wilayah Indonesia. Dari mulai Aceh sampai dengan Papua, peluang terjadinya hujan akan besar. Tren presipitasi diperkirakan akan cenderung meningkat dimana puncaknya sekitar awal sampai pertengahan Pebruari, setelah itu cenderung menurun. Meskipun untuk masing-masing pulau mengalami kecenderungan meningkat tetapi bukan berarti selalu meningkat di atas normal. Ada kalanya tren peningkatan tersebut ditandai dengan sedikit penurunan di bawah normal seperti misalnya di Kalimantan bagian tengah dan Bengkulu.
Di kuartal pertama mendatang, di atas wilayah Indonesia pada ketinggian sekitar 850 mb terjadi konvergensi antara angin baratan dengan angin timuran yang menyebabkan wilayah ini banyak mengalami hujan konvektif. Ini berarti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan kepulauan lainnya akan dilanda hujan yang cukup besar sehingga berpeluang terjadinya banjir di banyak tempat. La Nina yang diperkirakan dalam taraf lemah memberikan peluang wilayah Indonesia akan mengalami sedikit penambahan curah hujan dibanding normalnya.
Wilayah-wilayah Indonesia yang mempunyai pola hujan tipe A (baca postingan sebelumnya) seperti sebagian sumatera bagian selatan, seluruh Jawa, dan Nusa Tenggara serta Kalimantan bagian selatan, Sulawesi bagian selatan dan sebagian Papua banyak dipengaruhi oleh monsoon yang membawa cukup banyak hujan pada kuartal pertama 2014. Sumatra bagian utara dan tengah (Sumatera Barat dan sekitarnya) akan banyak dipengaruhi oleh dipole mode negatif sehingga peluang terjadinya hujan juga makin besar. Di sisi timur yakni Papua dan sekitarnya juga berpeluang hujan lebih besar karena La Nina lemah ditambah monsoon Asia yang akan cukup kuat; apalagi mengingat perairan sekitar Papua yang cukup hangat yang menambah timbulnya perawanan konvektif.






Sekilas peristiwa cuaca 2013

Tahun 2013 telah berlalu, sekarang saatnya menapaki tahun baru tahun 2014. Bencana alam baik gempa, tsunami sampai dengan siklon/ hurricane silih berganti mewarnai kehidupan umat manusia di dunia ini. Peristiwa alam yang sangat merugikan umat manusia ini terkadang sulit untuk diprediksi. Siapa yang mampu memprediksi gempa, tsunami dan siklon? Dari ketiga macam bencana tersebut, yang agak bisa diprediksi adalah siklon yang merupakan peristiwa cuaca. Tidak ada yang mampu memprediksi dengan tepat kejadian gempa dan tsunami karena pencetusnya berada di bawah permukaan bumi. Masih beruntung bahwa peristiwa cuaca semacam siklon bisa diprediksi karena berada di atas permukaan bumi. Meskipun demikian, namanya juga prediksi/ ramalan ... bisa saja meleset. Tidak ada jaminan bahwa ketepatan prediksi akan 100% tepat benar bahkan oleh ahli meteorologi sekalipun.
Beruntunglah bahwa Indonesia terletak di sekitar ekuator sehingga efek peristiwa alam di atas (dalam hal ini siklon tropis) tidak sampai menjangkau wilayah ini. Hanya memperoleh imbas dari ekor siklon ini, baik yang terjadi di belahan bumi utara maupun selatan. Biasanya dampaknya adalah angin kencang dan gelombang laut yang tinggi di beberapa wilayah Indonesia yang berdekatan dengannya. Peristiwa cuaca yang paling dominan terjadi di wilayah Indonesia adalah kekeringan dan banjir serta yang beberapa tahun terakhir turut mengemuka adalah puting beliung (tornado-like).
Beberapa minggu terakhir karena di banyak tempat di wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan, banjir terjadi dimana-mana. Sesuatu yang wajar mengingat sudah banyak wilayah di negara ini lingkungan sudah banyak mengalami perubahan. Hutan-hutan dirambah, perencanaan tata kota dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat, saluran-saluran air terganggu fungsinya, dan perilaku sosial masyarakat yang tidak peduli pada lingkungan memperbesar peluang terjadinya banjir meskipun kadangkala dengan curah hujan yang tidak deras.
Puting beliung di pulau Jawa yang mempunyai tendensi meningkat beberapa tahun terakhir ini juga makin sering terjadi dengan kerugian harta benda dan bahkan sesekali korban jiwa. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti korban jiwa akan makin bertambah dengan makin banyaknya cuaca ekstrim yang terjadi di kawasan ini. Sudah saatnya bagi kita untuk makin peduli pada lingkungan agar timbal balik lingkungan kepada kita juga makin baik dan tidak timbul bencana alam yang merugikan umat manusia.