Friday, September 24, 2010

Monsoon di Indonesia

Monsoon, monsun, mausim atau musim merupakan angin atau sirkulasi udara yang berbalik arah secara musiman, yang disebabkan oleh perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan. Daerah monsoon menurut Khromov adalah daerah tempat arah angin dominan berbalik arah paling sedikit 120o antara bulan Januari dan Juli. Kenapa dipertentangkan antara bulan Januari dan Juli? Karena bulan Januari merupakan saat maksimum musim dingin di BBU (belahan bumi utara) dan Juli merupakan maksimum musim dingin di BBS (belahan bumi selatan). Di dunia ini terdapat lima daerah utama monsoon yakni Afrika barat, Afrika timur, Asia Selatan, Asia timur dan tenggara, dan Australia utara. Dari kelima daerah monsoon tersebut monsoon Asia timur dan tenggara merupakan monsoon yang berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh besarnya benua Asia dan efek dari dataran tinggi Tibet terhadap aliran udara (Susilo, 1996).

Indonesia yang merupakan bagian dari Asia tenggara mempunyai karakteristik monsoon yang luar biasa indahnya. Pada saat BBU musim dingin, massa udara dari dataran tinggi Tibet menuju ke arah tenggara ke benua Australia yang ketika berada di atas laut China selatan berubah arahnya menjadi angin pasat timur laut. Indonesia bagian utara mendapatkan massa uap air yang cukup banyak karena angin tersebut melewati laut dalam waktu lama; dengan demikian maka perawanan juga banyak. Ketika melewati ekuator angin tersebut dibelokkan menjadi arah barat laut  oleh gaya Coriolis. Pada saat berada di Indonesia bagian selatan, angin barat laut inipun masih membawa cukup banyak uap air sehingga perawanan banyak. Pada saat BBU musim dingin inilah Indonesia mengalami musim hujan. Ini terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

Ketika  BBS mengalami musim dingin, pola yang sebaliknya terjadi. Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi di Australia menuju ke arah benua Asia yang bertekanan rendah. Angin tenggara tersebut membawa sedikit uap air ketika melewati wilayah Indonesia sehingga hanya sedikit perawanan yang terbentuk.Akibatnya di sebagian besar (tidak semuanya) wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Ini terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus.

Selain musim hujan dan kemarau tersebut di atas, kita kenal dua musim yang lain yakni musim transisi pertama yang terjadi pada bulan Maret, April, Mei dan musim transisi kedua yang terjadi pada bulan September, Oktober dan November. Musim transisi pertama terjadi ketika monsoon musim dingin di BBU digantikan oleh monsoon musim panas; sedangkan musim transisi kedua terjadi sebaliknya.

Friday, September 10, 2010

Awan dan perawanan

Nama-nama bentuk awan pertama kali sukses diperkenalkan oleh Luke Howard pada tahun 1803. Dia memperkenalkan tiga bentuk terpisah awan yakni cirrus, stratus, dan cumulus; dan mencoba menggambarkan semua bentuk awan ke dalam tiga bentuk dasar tersebut. Dia menambahkan nimbus (awan hujan) pada cirro-cumulo-stratus sehingga terbentuk 7 kemungkinan bentuk awan. Rintisan selanjutnya dilakukan oleh Clement Ley, seorang pengamat langit, pada tahun 1877 namun tidak begitu bagus karena penggambarannya agak khayal. Selanjutnya Navier Shaw meletakkan dasar-dasar termodinamika awan dengan penjelasan yang lebih masuk akal. Bahkan pandangan klasik Shaw yakni "ketika kondensasi uap berlanjut sampai batas kemampuan awan membawanya sampai hujan terbentuk" merupakan penjelasan yang pada waktu itu termasuk jarang dan perlu menunggu perkembangan dunia penerbangan agar sains studi awan tersebut dikenal.

Arthur Clayden mengumpulan pengetahuan tentang bahaya adanya awan dengan cara fotografi dan pemikiran-pemikiran kritis. Kebanyakan jenis-jenis awan utama dikenal baik oleh Clayden pada tahun 1922, sampai kemudian dengan makin berkembangnya pengkodean awan, dikenal istilah-istilah awan rendah, menengah dan tinggi dimana untuk awan menengah dan tinggi diberikan prefik alto dan cirro. WJ Humphreys menggabungkan pemahaman oleh ahli meteorologi dengan mata tajam seorang pengamat lapangan terbaik. Awan pileus yang oleh Howard telah dilupakan dan dibingungkan dengan anvil es dikoreksi oleh Humphreys dengan menyebutkan awan syal. Dia juga tidak latah dengan menggunakan istilah-istilah latin.

Nama-nama yang digunakan untuk perawanan dipilih untuk menggambarkan proses-proses yang menyebabkan awan terlihat seperti itu. Awan-awan konveksi cumulus terdiri daribagian yang berbentuk tajam dan bagian yang menguap. Awan-awan tersebut menghasilkan pileus ketika tumbuh dan stratocumulus ketika menyebar secara horizontal. Awan cumulonimbus adalah awan hujan walaupun sering digunakan untuk awan-awan dengan puncak yang mengandung es. Penyebaran puncak awan cumulus dan cumulonimbus sering menghasilkan anvil.
Konveksi ke bawah, misal dari dasar lapisan awan atau anvil, disebut mamma. Awan-awan yang berbentuk seperti serat disebut cirrus. Nama ini juga berarti bahwa awan tersebut tidak menguap (terdiri dari es) dan mempunyai partikel yang berbentuk seperti serat karena gerak udara.  Awan-awan yang terdiri dari lapisan-lapisan disebut stratus. Lapisan serat disebut cirrostratus. Castellanus adlah cumulus yang tidak berhubungan dengan konveksi dari dasar awan tetapi yang tumbuh hanya karena kondensasi. Awalan alto digunakan karena awan tersebut menjauh dari pengaruh permukaan bumi. Awan gelombang adalah awan yang terbentuk dalam gelombang-gelombang yang dihasilan oleh aliran udara di atas bukit, pantai atau gangguan aliran horizontal yang lain. Awan gelombang bisa ditemukan beberapa kilometer di bawah angin dari bukit yang menciptakannya. Kabut adalah awan di permukaan bumi dan scud adalah awan yang terbentuk di bawah level kondensasi utama.