Monday, April 19, 2010

Kalau gunung api Islandia bikin ulah

Inilah dampaknya jika suatu gunung api sedang demam dan batuk-batuk. Asap yang membawa debu mengepul ke angkasa membentuk awan tebal yang hitam. Tidak saja mengganggu pemandangan, namun pernafasan bahkan transportasipun terpengaruh. Kejadian gunung meletus di Islandia beberapa waktu yang lalu makin membuktikan bahwa gunung api tidak bisa begitu saja dapat dianggap remeh dalam mempengaruhi stabilitas dan visibilitas atmosfer. Ribuan penerbangan dari dan menuju negara-negara Eropa dibatalkan gara-gara debu ini. Bisa dibayangkan berapa trilyun rupiah kerugian akibat debu ini.
Gunung api di Islandia yang terletak di lintang tinggi dekat kutub utara tersebut terutama dirasakan dampaknya di negara-negara pada arah selatan sampai timur negera tersebut. Ini dapat dipahami karena angin yang berkuasa di sekitar lintang tersebut berarah tersebut. Pembentukan perawananpun bisa terjadi meskipun tidak sebesar di daerah ekuator tropis. Massa udara kutub dan arctic mempengaruhi pola sebaran debu gunung tersebut.
Apakah debu gunung tersebut mempengaruhi suhu dalam jangka panjang di benua Eropa atau tempat lain, tampaknya memerlukan penelitian lebih lanjut. Kalau dilihat bahwa jumlah debu yang dilontarkan ke atmosfer tidak mencapai ribuan kilometer kubik, barangkali tidak akan banyak berdampak pada temperatur udara di Eropa/ belahan dunia lainnya meskipun debu tersebut disebarkan di lapisan stratosfer yang stabil. Berbeda dengan letusan Krakatau (1883) dan Tambora yang debunya menjulang ke atmosfer setinggi 25 km dalam jumlah besar (ratusan dan ribuan kilometer kubik) sehingga mempengaruhi suhu bumi.










Saturday, April 10, 2010

Adakah hubungan gempa bumi dengan cuaca dan iklim?

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin sering negara kita diguncang gempa bumi baik dengan intensitas kecil maupun besar. Bahkan semakin sering pula gempa bumi ini terjadi di dasar laut dan menimbulkan tsunami. Gempa bumi yang menimbulkan tsunami besar yang melanda Aceh merupakan peristiwa paling memilukan dalam sejarah gempa bumi di Indonesia. Ribuan orang melayang jiwanya,belum lagi kerusakan bangunan dan harta benda yang tak terkira jumlah dan besarnya. Sampai sekarangpun masih cukup banyak masyarakat yang trauma terhadap peristiwa ini, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain yang kala itu (Desember 2004) terlanda tsunami.

Di Indonesia setiap kali ada gempa bumi, masyarakat pantai sudah semakin sadar untuk melakukan penyelamatan jiwa dengan melarikan diri ke wilayah yang lebih tinggi dan jauh dari pantai. Berita dan peringatan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) makin sering terdengar dan terbaca dari media massa televisi dan radio. Ini tentu saja merupakan berita yang menggembirakan karena masyarakat sudah makin menyadari pentingnya informasi tentang gempa bumi dan tsunami. Kalangan pejabat baik pusat maupun daerah juga telah mendapatkan layanan khusus berita tentang gempa bumi dan tsunami dari BMKG, yang bisa pula diakses oleh masyarakat luas.

Semakin seringnya terjadi gempa bumi khususnya tektonik untuk kalangan awam tertentu menimbulkan pertanyaan: apakah hal ini ada kaitannya dengan cuaca dan iklim dunia yang selama ini dipercaya mengalami perubahan. Tentu saja merupakan informasi yang mengada-ada jika ada yang menyatakan terdapat hubungan antara gempa bumi dengan peristiwa di atmosfer yakni cuaca dan iklim. Sama sekali tidak ada kaitan antara peristiwa di dalam bumi tersebut (gempa bumi tektonik) dengan cuaca dan iklim yang berada di permukaan bumi khususnya pada lapisan gas/ atmosfer. Peristiwa gempa bumi tektonik tidak berpengaruh pada cuaca dan iklim bumi dan sebaliknya. Bagaimana pula dengan gempa bumi vulkanik; apakah ada dampaknya pada cuaca dan iklim? Sama juga seperti gempa bumi tektonik; gempa bumi vulkanik juga tidak berdampak pada cuaca dan iklim. Yang berdampak pada cuaca dan iklim adalah jika gunung api yang meletus tersebut memuntahkan material ke atmosfer dalam jumlah banyak, yang bisa mencapai  jutaan kubik ton material,  sehingga dapat menutupi atmosfer dalam waktu lama. Apalagi jika material tersebut sampai mencapai lapisan stratosfer, maka bisa berdampak pada cuaca dan iklim dunia. Kita tentunya pernah mendengar letusan gunung Tambora di Indonesia, gunung Pinatubo di Philippina, dan gunung El Chichon di Meksiko yang berdampak pada cuaca dan iklim dunia. Musim panas yang dingin di Amerika bagian utara terjadi ketika gunung Tambora meletus; tak lain karena material yang dimuntahkan gunung tersebut diterbangkan oleh angin dan terbawa dalam sirkulasi udara di lapisan stratosfer sehingga menutupi sebagian atmosfer Amerika bagian utara sehingga radiasi matahari terhalang untuk sampai ke permukaan bumi.