Saturday, February 13, 2016

Pawang hujan ....

Pada sebagian masyarakat kita, orang yang akan melaksanakan hajat tertentu misalnya pernikahan, sunatan, kampanye dsb meminta bantuan pawang hujan agar selama hajatan tersebut tidak sampai turun hujan. Orang-orang seperti ini masih percaya bahwa hujan bisa dihalau dengan mantra-mantra atau doa-doa tertentu. Percaya tidak percaya kadangkala itu berhasil. Entah benar entah tidak pada kenyataannya hal tersebut kadang terjadi. Melalui kekuatan gaib awan-awan yang berpotensi hujan dihalau ke tempat lain. Hal seperti ini sebenarnya secara ilmiah sulit untuk dibuktikan kebenarannya mengingat metode yang diterapkan tidak ilmiah. Suku-suku Indian jaman dahulu (mungkin masih ada sampai sekarang ??) mendatangkan hujan dilakukan melalui tarian-tarian atau ritual tertentu. Bahkan orang Islam pun bila kekeringan melanda dalam waktu lama, biasanya dilakukan sholat istisqo
http://cdn.tmpo.co/data/2011/10/02/id_92451/92451_620.jpg
mendatangkan hujan. Namun untuk membalikkan keadaan dari akan ada hujan menjadi tidak hujan, rasa-rasanya tidak ada tuntunannya dalam agama Islam. Secara ilmiah cara "mendatangkan" hujan adalah melalui kegiatan modifikasi cuaca yang dalam hal ini disebut hujan buatan. Awan-awan potensial disemai dengan menggunakan garam dapur atau perak iodida agar jatuh menjadi hujan. Sedangkan cara untuk mengurungkan hujan, negara kita belum bisa melakukannya, belum mempunyai teknologinya. Modifikasi cuaca bisa juga dilakukan melalui menjatuhkan hujan di tempat lain, misalnya seperti upaya mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Hujan dijatuhkan di wilayah perairan selat Sunda sehingga hujan yang terjadi tidak sampai menjadi masalah di Jakarta.
Profesi pawang hujan sampai sekarang masih eksis karena masih banyak yang membutuhkannya. Bahkan ada orang-orang tertentu yang membuka kursus pawang hujan. Anda percaya atau tidak, silahkan. Yang harus dicegah adalah agar tidak ada anggapan bahwa bila ada pawang hujan maka pasti tidak akan ada hujan jatuh di tempat tersebut.

Wednesday, February 10, 2016

Mengapa di Indonesia tidak pernah terbentuk hujan salju ??

Pernahkah terpikirkan oleh anda bahwa di Indonesia terbentuk hujan salju? Kok belum pernah kedengaran ya hal demikian? Tulisan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan pada judul di atas. Kita tahu bahwa jenis-jenis presipitasi antara lain adalah hujan, hujan salju, hujan es, hujan beku, dan lain-lain. Di wilayah Indonesia biasanya hujan berwujud air yang sering terjadi, dan hujan es yang sangat jarang terjadi. Hujan tersebut datang dari awan-awan kumulus, nimbostratus, dan kumulonimbus. Masing-masing awan tersebut menghasilkan presipitasi dengan intensitas dan durasi serta besar hujan yang berbeda. Awan jenis nimbostratus biasanya menghasilkan hujan yang deras dan dalam waktu yang lama, yang berbeda dengan karakteristik hujan akibat awan kumulonimbus.
http://uniqpost.com/wp-content/uploads/2011/12/salju-640x360.png
Awan kumulonimbus biasanya menghasilkan hujan yang tidak lama namun dengan intensitas hujan yang besar. Ukuran tetes hujan di antara kedua awan ini juga berbeda. Awan kumulonimbus menghasilkan ukuran tetes hujan yang lebih besar. Hujan es juga seringkali dihasilkan oleh awan ini karena awan ini mengandung kristal-kristal es yang ketika jatuh ke permukaan bumi tidak habis diuapkan kembali meskipun sudah bergesekan dengan udara. Es ini cukup besar ukurannya sehingga bisa mencapai permukaan bumi. Hujan salju biasanya dihasilkan oleh awan-awan stratus yang cukup banyak terdapat di lintang lebih dari 30 derajat, baik utara maupun selatan. Awan stratus termasuk awan rendah sehingga ketika temperatur udara di lapisan antara permukaan tanah sampai ketinggian dasar awan cukup rendah (di bawah 0oC) maka salju yang jatuh akan tetap berwujud salju. Proses Bergeron terjadi dalam awan ini. Berbeda halnya di wilayah tropis khususnya Indonesia, suhu udara di bawah permukaan dasar awan lebih tinggi dari 0 derajat Celcius sehingga bila terjadi turun salju maka sampai ke permukaan tanah akan berwujud air karena terpanaskan. Begitulah kira-kira jawaban atas pertanyaan di atas. Masih ingin ada yang ditanyakan?? 

Sunday, February 7, 2016

Mengapa setiap imlek turun hujan ??

Besok merupakan tahun baru imlek bagi rakyat China. Di seluruh dunia, warga negara China dan keturunannya biasanya merayakannya dengan meriah layaknya perayaan tahun baru Masehi. Di Indonesia kebiasaan ini makin tumbuh subur setelah era reformasi. Saya tidak ingin membahas lebih lanjut tentang hal tersebut namun mencoba menjawab keingintahuan masyarakat mengapa pada saat imlek sering terjadi hujan. Saya katakan "sering" artinya tidak selalu kejadian imlek terjadi hujan. Jawabnya sederhana saja. Bulan-bulan imlek biasanya adalah bulan dimana merupakan musim hujan.
Jadi wajar toh kalau terjadi hujan? Apalagi pada tahun ini jatuh pada tanggal 8 Pebruari yang bertepatan dengan musim hujan khususnya di wilayah bertipe curah hujan monsoon. Pola streamline dengan jelas menunjukkan hal tersebut. Jadi bila kalian tinggal di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya maka besar kemungkinan akan terjadi hujan. Demikian pula bila kalian tinggal di Bandarlampung, Palembang, Banjarmasin, Makasar maka peluang terjadinya hujan besok tentu akan jauh lebih besar dibanding dengan di Singkawang, Malinau, dan Pare-pare serta Biak. Oleh karena itu nikmati saja-lah peristiwa hujan, tidak perlu berpikir aneh-aneh mengapa pada saat imlek terjadi hujan. Toh juga bila terjadi hujan maka merupakan berkah bagi kita semua. Pada kepercayaan orang China atau Tionghoa, hujan merupakan rejeki ... mungkin karena pada masa lalu banyak penduduk China merupakan petani sehingga bila terjadi hujan maka mereka bisa bercocok tanam, artinya rejeki bagi mereka. Selamat merayakan imlek bagi yang merayakan.  Semoga kedamaian dan kesejahteraan merengkuh kita semua. Amin.