Kota merupakan tempat dimana orang-orang berkumpul karena memberikan kesempatan yang lebih untuk memperoleh kesenangan hidup. Ini definisi saya lho ... mungkin rekan-rekan dari Planologi tidak setuju dengan definisi saya tersebut ... ya monggo saja. Akibat aktivitas manusia dalam konsentrasi yang besar menyebabkan polutan juga meningkat. Area urban tidak sama dengan area rural khususnya dalam materi permukaan, bentuk permukaan, sumber panas dan kebasahan. Hal-hal ini mempengaruhi pada radiasi, visibilitas (jarak pandang horisontal), temperatur, angin, kelembapan, perawanan dan presipitasi.
Konsentrasi polutan di udara di wilayah urban akan membuat aerosol (partikulat di atmosfer) mempengaruhi insolasi (incoming solar radiation). Aerosol ini berkembang dengan baik saat udara stabil, calm, angin berkecepatan rendah. Urbanisasi menyumbang artikel solid polutan 10 kali lipat lebih daripada lingkungan rural; bahkan polutan berwujud gas bisa lebih dari 25%. Tutupan awan dan curah hujan juga 5-10% lebih besar di daerah urban daripada di daerah rural. Temperatur rata-rata tahunan daerah urban juga lebih besar 0.5 sampai 1oC dibanding daerah rural. Kelembapan relatif di lingkungan urban lebih rendah 2-8% dibanding lingkungan rural. Laju angin rata-rata tahunan urban 20-30% lebih kecil dibanding di rural. Sedangkan angin calm di lingkungan urban lebih besar 5-20% dibanding di rural. Ini menurut Critchfield tahun 1979. Sayang saya belum menemukan referensi terbaru masalah ini ... mungkin anda punya (?) ... beritahu saya ya; terimakasih sebelumnya.
Pulau panas (heat island)pada kota-kota besar terbentuk dimana ukuran dan bentuknya tergantung dari morphologi urban, bangunan-bangunan dan industri-industri yang mempengaruhi simpanan dan pembangkitan panas urban. Temperatur umumnya tertinggi di pusat kota dan menurun secara bertahap ke daerah pinggiran atau rural. Perbedaan temperatur ini umumnya terlihat dengan jelas pada malam hari. Jarak antar gedung dan macam serta jumlah aktivitas juga memnegaruhi perkembangan pulau panas. Akibat efek selimut polutan pada bujet radiasi matahari menyebabkan variasi temperatur di urban juga lebih kecil dibanding di rural atau sekitarnya.
Pulau panas juga membangkitkan sirkulasi udaranya sendiri. Pada permukaan, aliran udara dari rural menuju ke pusat urban sedangkan di lapisan udara atasnya terjadi aliran sebaliknya. Udara di pusat urban naik, sedangkan aliran udara turun terjadi di wilayah rural sehingga membentuk sirkulasi. Kecenderungan udara naik di pusat urban inilah kemungkinan yang bisa menjelaskan mengapa perawanan di urban lebih besar dibanding rural. Mengingat kota juga merupakan sumber inti kondensasi yang baik, maka awan yang menghasilkan hujan/ presipitasi juga berkembang dengan lebih baik. Barangkali inilah yang terjadi di setiap kejadian hujan di jalan Pasteur, Bandung ya ...
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Saturday, March 20, 2010
Friday, March 12, 2010
El Nino moderat kok Bandung hujan terus ya ??
Pertanyaan semacam itu wajar-wajar saja. Selama ini dikenal bahwa El Nino membawa dampak pada penurunan curah hujan di Indonesia. Perawanan yang terbentuk di wilayah Indonesia akan bergeser ke timur ke arah samudra Pasifik sehingga umumnya Indonesia mengalami kekeringan dan musim hujan yang pendek. Itupun wilayahnya bervariasi. Wilayah tipe monsoonal lebih kuat dipengaruhi oleh kejadian El Nino ini, sedangkan yang mempunyai tipe curah hujan ekuatorial kurang dipengaruhi. Wajar saja bila Bandung pada kondisi El Nino mengalami kekeringan. Tapi kenapa kali ini justru walaupun El Nino menunjukkan intensitas sedang, tetapi Bandung kok hujan terus ... bahkan terjadi banjir di wilayah selatan? Ini dikarenakan kondisi curah hujan di Bandung tidak hanya dipengaruhi oleh El Nino saja. Kita tahu bahwa terdapat 3 sirkulasi atmosfer yang berdampak pada kondisi cuaca dan iklim di Indonesia. Sirkulasi tersebut adalah sirkulasi Walker yang berarah zonal, sirkulasi Hadley yang berarah meridional dan sirkulasi lokal. Dalam arah timur-barat terdapat fenomena seperti El Nino/ La Nina, Dipole Mode, Pacific Decadal Oscillation, Madden-Julian Oscillation, QBO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby-gravity dll. Sedangkan dalam arah utara-selatan terdapat fenomena monsoon, seruak dingin,dll. Sirkulasi lokal yang dimaksud adalah seperti angin darat, angin laut, angin lembah, angin gunung, dll. Fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat dengan jelas dari analisa sinyal curah hujan. Interaksi yang sangat kompleks dari fenomena-fenomena (masing-masing fenomena tidak berdiri sendiri) itulah yang menyebabkan cuaca (baca: curah hujan) semakin sulit untuk diprediksi. Meskipun telah diketahui sejak lama bahwa El Nino dengan kekuatan sedang membawa dampak kekeringan namun kali ini kekeringan ini tidak terjadi. Barangkali juga akibat pemanasan global, fenomena ini terjadi. Kita belum tahu bagaimana interaksi yang kompleks antara pemanasan global ini dengan ketiga sirkulasi ini. Namun paling tidak, kita telah "ketahui" bagaimana dampak pemanasan global pada cuaca dan iklim dunia berdasar laporan IPCC.
Subscribe to:
Posts (Atom)