Bila ditanyakan sampai kapan artinya tidak dibatasi ruang dan waktu maka sebenarnya bencana hidrometeorologi akan selalu terjadi di dunia ini. Namun bila ditanyakan dalam musim hujan kali ini bencana hidrometeorologi (misalnya banjir, banjir bandang, siklon dst) maka berdasarkan analisis dari model prakiraan yang dikembangkan oleh BMKG dan BoM Australia menunjukkan hasil yang berbeda. Model yang dikembangkan oleh BMKG cenderung menyatakan bahwa sampai dengan bulan depan, baik kondisi ENSO maupun IOD, menunjukkan kondisi normal. Ini artinya bahwa tidak terjadi penyimpangan besar pada suhu permukaan laut baik di samudra Pasifik maupun di samudra Hindia. Pengaruh monsoon terasakan saat ini dengan adanya pusat tekanan rendah di belahan bumi selatan dan utara di samudra Pasifik. Di samudra Hindia khususnya di selatan Jawa ada siklon Teratai yang makin menjauhi wilayah kita. Di dekat Papua Nugini ada pusat tekanan rendah 93P dan di utara Papua ada 93W. Ini semua menyebabkan arah angin monsoon berbelok ke arah timur setelah melewati ekuator dari BBU dan ini banyak membawa uap air. Kalau kemarin (bahkan hari ini) di beberapa tempat terjadi banjir itu tidak lain karena terjadi superposisi dari pengaruh La Nina di samudra Pasifik, Dipole mode netral di samudra Hindia, dan monsoon Asia. Berikut ini adalah bukti bahwa di samudra Pasifik terjadi La Nina.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Wednesday, December 8, 2021
Sampai kapan bencana hidrometeorologi terjadi??
Thursday, November 25, 2021
Pelatihan generasi muda pontren tentang kebencanaan
Seperti telah disampaikan dalam blog ini beberapa waktu yang lalu, kegiatan pelatihan untuk generasi muda pondok pesantren dilakukan dalam rangka untuk mengerahkan segala potensi yang ada untuk mengcounter berita-berita hoaks yang terkait dengan kebencanaan. Hoaks bencana alam, non alam dan sosial memang saat sekarang masih ada saja yang tersebar sehingga bila tidak segera dicounter maka bisa ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab ataupun menjadikan pengetahuan masyarakat yang salah. Sebagai contoh berita tentang El Nino yang dianggap sebagai badai dan penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ada lagi misal ajakan kepada masyarakat untuk menaruh sebaskom air di halaman agar bisa menghasilkan awan dan hujan untuk mengatasi kekeringan.
Untuk tahun ini kegiatan pelatihan dilakukan di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur dan diikuti oleh 40 orang peserta. Kegiatan serupa diharapkan dapat dilakukan di pondok pesantren lain di Jawa Tengah. Semoga sesuai dengan tujuan dilaksanakan kegiatan-kegiatan semacam ini akan makin banyak tersebar berita positif dan benar terkait dengan bencana kebumian.
Foto menunjukkan sebagian peserta pelatihan tersebut.