Kebakaran hutan merupakan salah satu bencana yang sering terjadi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik alamiah maupun oleh sebab manusia. Kerentanan kebakaran hutan sebagian besar berkaitan dengan iklim (musim) dan karakter vegetasi. Kecenderungan kebakaran hutan juga ada yang menganggap bergantung pada faktor jenis vegetasi, kelembapan area, dan jaraknya terhadap pemukiman dan jalan. Dampak kebakaran tersebut dapat menyentuh sektor-sektor poleksosbudhankam. Dalam bidang politik bisa menyebabkan ketegangan antara masyarakat terdampak dengan pemerintah daerah dan pusat, bahkan dengan luar negeri. Dalam bidang ekonomi, jelas terlihat bahwa dengan adanya kabut asap maka aktivitas ekonomi menjadi terhambat. Dalam bidang sosial, mengingat bahwa kegiatan kemasyarakatan menjadi terhambat maka aktivitas-aktivitas lain menjadi terkendala. Kesehatan penduduk menurun akibat terlalu sering menghisap kabut asap, misal dengan meningkatnya pasien penyakit gangguan saluran pernapasan atas. Terganggunya emosi penduduk karena udara yang tidak nyaman dan sebagainya. Budaya masyarakat dalam banyak bentuk aktivitasnya terganggu dan pertahanan serta keamanan menjadi terdampak pula. Misalnya dengan adanya uluran tangan pemerintah asing, bukan tidak mungkin disisipi oleh misi-misi tertentu yang bisa membahayakan pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu, selama kita merasa mampu untuk mengantisipasinya, tidak perlu melibatkan pemerintah asing dalam menangani masalah tersebut.
Saat ini belum ada kabar adanya kebakaran hutan dan lahan yang hebat yang terjadi di wilayah-wilayah yang sering diberitakan selama ini. Ini mengindikasikan bahwa tampaknya usaha modifikasi cuaca yang beberapa waktu lalu dilaksanakan cukup berhasil. Tentu ini semua atas kerja keras yang dilakukan berbagai pihak dalam mengantisipasi karhutla. Kerjasama teknis yang melibatkan instansi yang bergerak di berbagai bidang baik saintifik, layanan masyarakat, hankam, dan masyarakat telah cukup berhasil sampai sejauh ini. Prediksi BMKG yang menunjukkan bahwa banyak wilayah mempunyai potensi kemarau yang bisa berdampak pada kejadian kebakaran hendaknya menjadi peringatan bagi semua pihak untuk menempuh hal-hal yang dianggap penting dan perlu.
Sumber: Liputan 6, 5/7/2020
Titik panas atau hotspot adalah istilah untuk titik atau area tertentu yang memiliki nilai temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan ambang batas. Nilai ambang batas untuk siang hari 315 K dan malam hari 310 K. Kelompok titik panas yang terus menerus di suatu tempat bisa menjadi indikator yang sangat baik untuk menentukan kebakaran sehingga sering juga dikenal dengan istilah titik api. Data titik panas akan memberikan informasi yang lebih baik bila dikombinasikan dengan informasi lain seperti penggunaan lahan, tutupan vegetasi, habitat binatang dan peta tematik lainnya.Saat ini belum ada kabar adanya kebakaran hutan dan lahan yang hebat yang terjadi di wilayah-wilayah yang sering diberitakan selama ini. Ini mengindikasikan bahwa tampaknya usaha modifikasi cuaca yang beberapa waktu lalu dilaksanakan cukup berhasil. Tentu ini semua atas kerja keras yang dilakukan berbagai pihak dalam mengantisipasi karhutla. Kerjasama teknis yang melibatkan instansi yang bergerak di berbagai bidang baik saintifik, layanan masyarakat, hankam, dan masyarakat telah cukup berhasil sampai sejauh ini. Prediksi BMKG yang menunjukkan bahwa banyak wilayah mempunyai potensi kemarau yang bisa berdampak pada kejadian kebakaran hendaknya menjadi peringatan bagi semua pihak untuk menempuh hal-hal yang dianggap penting dan perlu.