Wednesday, January 6, 2016

Sudah saatnya ada keterbukaan akses data cusiklim di Indonesia

Menarik mengamati dan memperhatikan jawaban para mahasiswa dalam ujian kuliah Meteorologi Tropis yang saya ajarkan. Salah satu pertanyaan yang saya ujikan adalah tentang apa yang sebaiknya pemerintah lakukan agar informasi cuaca, musim dan iklim (cusiklim) mendapatkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Masih disadari bahwa informasi cusiklim ini merupakan informasi yang tidak diperhatikan serius dalam proses pembangunan sehingga banyak terjadi pemborosan anggaran. Ambil contoh misalnya pembangunan infrastruktur luar ruangan seperti jalan raya, jembatan, rel kereta api, bandar udara, pelabuhan dan lain-lain yang sering  tidak mempertimbangkan masalah cusiklim. Keterlambatan pencairan dana sehingga pembangunan infrastruktur terjadi pada saat musim hujan tentu menjadikan kegiatan tersebut tidak efektif dan efisien. Di sisi lain informasi tentang ramalan cuaca juga masih harus ditingkatkan. BMKG sebagai ujung tombak dalam layanan ramalan cuaca memang mesti didorong untuk meningkatkan keakuratan pelayanannya. Negara-negara maju amat sangat menyadari pentingnya informasi cusiklim ini, seperti misalnya Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jerman, Perancis, Inggris dan lain-lain yang memperhitungkan dengan amat sangat serius dalam proses pembangunan. Lembaga cuaca dan iklim di negara-negara tersebut memiliki data yang mereka buka secara luas. Lembaga-lembaga pemerintah memberikan akses yang mudah bagi masyarakat dunia yang membutuhkan informasi cusiklim melalui berbagai website yang mereka luncurkan. Di Indonesia, keterbukaan data ini baru dilakukan beberapa tahun terakhir, misalnya oleh LAPAN yang memungkinkan  para mahasiswa dan peneliti dapat dengan mudah mengakses data. Penelitian-penelitian yang dilakukan akan bisa mendukung pada akurasi ramalan cuaca dengan cukup mencantumkan sumber datanya diperoleh dari mana. Simple!
Di Amerika Serikat ada sebuah program yang mengajak masyarakat untuk ikut menyumbangkan informasi atau data cuaca dari manapun mereka berada. Di kitapun ada, yang diinisiasi oleh para mahasiswa program studi Meteorologi ITB. Sebagai bentuk kepedulian para mahasiswa ITB pun diluncurkan program early warning system untuk banjir di wilayah Bandung bekerjasama dengan pemerintah kota Bandung. Oleh karena itu sudah seharusnya jika setiap lembaga pemerintah yang melayani publik melibatkan masyarakat untuk perbaikan pelayanannya dan tidak sekedar mencari untung dengan menetapkan harga tertentu untuk memperoleh data. Bila itu terjadi maka lembaga-lembaga layanan masyarakat dan penelitian akan makin dicintai masyarakat. Semoga demikian.

Thursday, December 17, 2015

Distribusi global presipitasi

Saat ini sedang masanya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun tahukah kalian, bagaimana distribusi global presipitasi? Presipitasi adalah endapan dimana bentuknya bermacam-macam, seperti curah hujan, salju, hail, rime ice, dsb. Dengan demikian bila ada anggapan bahwa presipitasi adalah curah hujan maka anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Namun karena di Indonesia bentuk presipitasi umumnya berbentuk hujan maka orang sering menyamakan antara presipitasi dan curah hujan. No problem. Namun sekali lagi harus disadari bahwa presipitasi tidak hanya berbentuk hujan.
Kembali ke pertanyaan di atas. Dibutuhkan pemahaman tentang lokasi tekanan rendah dan tinggi di dunia ini untuk menduga dimana kira-kira secara klimatologis lokasi dari prespitasi yang besar dan yang kurang. Tekanan rendah terdapat pada lintang rendah (sekitar 0 derajat) dan lintang 60 derajat baik lintang utara maupun selatan sedangkan tekanan tinggi terletak pada lintang 30 dan 90 derajat. Pada wilayah bertekanan rendah, massa udara akan bergerak ke arahnya dan bila ia membawa cukup banyak uap air maka awan-awan akan banyak terbentuk. Ini tidak lain adalah proses konvergensi dan lokasinya ditunjukkan oleh intertropical convergence zone (ITCZ) di lintang rendah. Sedangkan di lintang 60 derajat, terbentuk front yang merupakan pertemuan antara dua massa udara yang berbeda. Di wilayah front ini perawanan juga banyak terbentuk yang berpeluang besar menghasilkan hujan seperti halnya di wilayah ITCZ. Sebaliknya wilayah bertekanan tinggi umumnya langit cerah karena adanya proses sinking (massa udara dari atas bergerak vertikal ke bawah) yang disebabkan karena massa udara di permukaan meninggalkan area tersebut. Proses inilah yang menyebabkan wilayah di sekitar lintang 30 derajat banyak terbentuk gurun pasir. 
Kedua proses tersebut yakni konvergensi dan divergensi inilah yang sangat berperan pada terbentuknya awan-awan dan hujan di suatu kawasan tertentu. Moga-moga hal ini sedikit banyak menjawab pertanyaan tentang distribusi global presipitasi (soal no 13).