Setidaknya itulah yang dikemukakan oleh WMO (World Meteorological Organization) beberapa hari yang lalu. Sebenarnya informasi serupa juga jauh-jauh hari sudah dikemukakan oleh NOAA Amerika Serikat. Indonesia yang cukup tanggap dengan adanya informasi tersebut dan dengan adanya pengalaman akan dampak EL Nino di Indonesia, sudah mengingatkan masyarakat akan dampak yang mungkin ditimbulkannya. Bahkan sampai Presiden sendiri menginstruksikan kepada para menteri kabinetnya serta seluruh masyarakat Indonesia untuk siap sedia mengantisipasi datangnya EL Nino berupa kekeringan. Namun alam tetaplah alam ... meskipun telah diprediksi akan kemunculan EL Nino dalam intensitas sedang (bahkan sampai hari ini sudah mulai meluruh) dan kemungkinan dampaknya pada musim kemarau yang panjang di Indonesia serta memendeknya musim hujan, namun tetap saja tidak terprediksi bahwa musim hujan kali ini "biasa-biasa" saja. Dipole mode yang ada di samudra Hindia menunjukkan pola negatif yang memberikan dampak pada peningkatan curah hujan. Jadilah interaksi yang demikian kompleks dengan berbagai fenomena lain menyebabkan curah hujan kali ini "normal-normal" saja (baca posting sebelumnya: "El Nino sedang kok Bandung hujan terus ya ...").
Meskipun informasi El Nino kali ini dampaknya tidak separah yang diduga, namun peringatan Presiden SBY beberapa waktu yang lalu tetap harus diperhatikan. Kita masih belum paham betul terhadap perilaku alam ini. Informasi yang sepotong-sepotong tentang fenomena cuaca, iklim dan alam lainnya hendaknya dihindari. Masyarakat hendaknya disadarkan bahwa fenomena cuaca, iklim dan fenomena alam tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Ada rangkaian sebab akibat yang kadangkala ilmu pengetahuan sampai saat ini belum mampu menjelaskannya. Ini merupakan tantangan kita bersama khususnya dunia pendidikan dalam menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan alam khususnya bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.
Obyektif, Independen, Sportif, Berpikir Positif, Berjiwa BESAR
Friday, April 2, 2010
Saturday, March 20, 2010
Dampak urbanisasi pada iklim kota
Kota merupakan tempat dimana orang-orang berkumpul karena memberikan kesempatan yang lebih untuk memperoleh kesenangan hidup. Ini definisi saya lho ... mungkin rekan-rekan dari Planologi tidak setuju dengan definisi saya tersebut ... ya monggo saja. Akibat aktivitas manusia dalam konsentrasi yang besar menyebabkan polutan juga meningkat. Area urban tidak sama dengan area rural khususnya dalam materi permukaan, bentuk permukaan, sumber panas dan kebasahan. Hal-hal ini mempengaruhi pada radiasi, visibilitas (jarak pandang horisontal), temperatur, angin, kelembapan, perawanan dan presipitasi.
Konsentrasi polutan di udara di wilayah urban akan membuat aerosol (partikulat di atmosfer) mempengaruhi insolasi (incoming solar radiation). Aerosol ini berkembang dengan baik saat udara stabil, calm, angin berkecepatan rendah. Urbanisasi menyumbang artikel solid polutan 10 kali lipat lebih daripada lingkungan rural; bahkan polutan berwujud gas bisa lebih dari 25%. Tutupan awan dan curah hujan juga 5-10% lebih besar di daerah urban daripada di daerah rural. Temperatur rata-rata tahunan daerah urban juga lebih besar 0.5 sampai 1oC dibanding daerah rural. Kelembapan relatif di lingkungan urban lebih rendah 2-8% dibanding lingkungan rural. Laju angin rata-rata tahunan urban 20-30% lebih kecil dibanding di rural. Sedangkan angin calm di lingkungan urban lebih besar 5-20% dibanding di rural. Ini menurut Critchfield tahun 1979. Sayang saya belum menemukan referensi terbaru masalah ini ... mungkin anda punya (?) ... beritahu saya ya; terimakasih sebelumnya.
Pulau panas (heat island)pada kota-kota besar terbentuk dimana ukuran dan bentuknya tergantung dari morphologi urban, bangunan-bangunan dan industri-industri yang mempengaruhi simpanan dan pembangkitan panas urban. Temperatur umumnya tertinggi di pusat kota dan menurun secara bertahap ke daerah pinggiran atau rural. Perbedaan temperatur ini umumnya terlihat dengan jelas pada malam hari. Jarak antar gedung dan macam serta jumlah aktivitas juga memnegaruhi perkembangan pulau panas. Akibat efek selimut polutan pada bujet radiasi matahari menyebabkan variasi temperatur di urban juga lebih kecil dibanding di rural atau sekitarnya.
Pulau panas juga membangkitkan sirkulasi udaranya sendiri. Pada permukaan, aliran udara dari rural menuju ke pusat urban sedangkan di lapisan udara atasnya terjadi aliran sebaliknya. Udara di pusat urban naik, sedangkan aliran udara turun terjadi di wilayah rural sehingga membentuk sirkulasi. Kecenderungan udara naik di pusat urban inilah kemungkinan yang bisa menjelaskan mengapa perawanan di urban lebih besar dibanding rural. Mengingat kota juga merupakan sumber inti kondensasi yang baik, maka awan yang menghasilkan hujan/ presipitasi juga berkembang dengan lebih baik. Barangkali inilah yang terjadi di setiap kejadian hujan di jalan Pasteur, Bandung ya ...
Konsentrasi polutan di udara di wilayah urban akan membuat aerosol (partikulat di atmosfer) mempengaruhi insolasi (incoming solar radiation). Aerosol ini berkembang dengan baik saat udara stabil, calm, angin berkecepatan rendah. Urbanisasi menyumbang artikel solid polutan 10 kali lipat lebih daripada lingkungan rural; bahkan polutan berwujud gas bisa lebih dari 25%. Tutupan awan dan curah hujan juga 5-10% lebih besar di daerah urban daripada di daerah rural. Temperatur rata-rata tahunan daerah urban juga lebih besar 0.5 sampai 1oC dibanding daerah rural. Kelembapan relatif di lingkungan urban lebih rendah 2-8% dibanding lingkungan rural. Laju angin rata-rata tahunan urban 20-30% lebih kecil dibanding di rural. Sedangkan angin calm di lingkungan urban lebih besar 5-20% dibanding di rural. Ini menurut Critchfield tahun 1979. Sayang saya belum menemukan referensi terbaru masalah ini ... mungkin anda punya (?) ... beritahu saya ya; terimakasih sebelumnya.
Pulau panas (heat island)pada kota-kota besar terbentuk dimana ukuran dan bentuknya tergantung dari morphologi urban, bangunan-bangunan dan industri-industri yang mempengaruhi simpanan dan pembangkitan panas urban. Temperatur umumnya tertinggi di pusat kota dan menurun secara bertahap ke daerah pinggiran atau rural. Perbedaan temperatur ini umumnya terlihat dengan jelas pada malam hari. Jarak antar gedung dan macam serta jumlah aktivitas juga memnegaruhi perkembangan pulau panas. Akibat efek selimut polutan pada bujet radiasi matahari menyebabkan variasi temperatur di urban juga lebih kecil dibanding di rural atau sekitarnya.
Pulau panas juga membangkitkan sirkulasi udaranya sendiri. Pada permukaan, aliran udara dari rural menuju ke pusat urban sedangkan di lapisan udara atasnya terjadi aliran sebaliknya. Udara di pusat urban naik, sedangkan aliran udara turun terjadi di wilayah rural sehingga membentuk sirkulasi. Kecenderungan udara naik di pusat urban inilah kemungkinan yang bisa menjelaskan mengapa perawanan di urban lebih besar dibanding rural. Mengingat kota juga merupakan sumber inti kondensasi yang baik, maka awan yang menghasilkan hujan/ presipitasi juga berkembang dengan lebih baik. Barangkali inilah yang terjadi di setiap kejadian hujan di jalan Pasteur, Bandung ya ...
Subscribe to:
Posts (Atom)