Thursday, October 24, 2024

Hasil kuesioner tentang Jejak Karbon

 Berikut ini adalah hasil dari kuesioner yang diberikan pada mata kuliah Perubahan Iklim yang saya ampu yang melibatkan 76 mahasiswa dari 8 Fakultas dan Sekolah di Insitut Teknologi Bandung (ITB). Kegiatan kuesioner semacam ini bermanfaat bagi banyak hal khususnya secara individu untuk mengetahui seberapa banyak aktivitasnya selama ini dalam menyumbang emisi karbon ke atmosfer serta menargetkan untuk menguranginya secara revolusioner. Kuesioner ini juga bermanfaat untuk mengetahui bagaimana industri yang terkait dengan keilmuannya menyumbang emisi karbon dan sumbang saran dari para mahasiswa untuk menguranginya. Selengkapnya bisa dibaca dalam tulisan berikut ini.

 1. Berapa jejak karbon anda sebagai satu individu? Rata-rata = 2.45 Ton 

 2. Berapa target pengurangan emisi karbon yang Anda hasilkan? Rata-rata = 1.65 Ton 45% responden menargetkan 1-2 Ton

 3. Bagaimana cara Anda untuk mencapai target tersebut? 1. Transportasi dan energi merupakan area fokus utama, dengan sekitar 40% responden menyebutkan perubahan pola transportasi (beralih ke transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki) dan 35% menyebutkan penghematan energi (terutama listrik dan AC) sebagai strategi utama mereka. 2. Perubahan pola konsumsi menjadi strategi kedua terpopuler, dengan fokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan perubahan pola makan (mengurangi konsumsi daging dan beralih ke diet nabati). 3. Metode yang paling sering disebutkan adalah penggunaan transportasi umum, penghematan listrik, dan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, menunjukkan bahwa responden cenderung memilih metode yang praktis dan dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

 4. Industri yang berkaitan dengan program studi anda 1. Sektor energi fosil dan transportasi mendominasi, mencakup sekitar 60% dari total industri yang disebutkan, yang mengindikasikan tingginya potensi emisi karbon dari industri-industri terkait program studi responden. Industri-industri ini umumnya memiliki intensitas karbon yang tinggi (>1000 gCO2/kWh untuk energi fosil). 2. Terdapat keseimbangan antara industri konvensional (fosil) dan industri yang berorientasi pada keberlanjutan, dengan munculnya energi terbarukan (seperti PLTS dan geothermal) sebagai sektor yang berkembang, mencakup sekitar 15% dari total industri yang disebutkan. 3. Sektor manufaktur dan teknologi membentuk porsi signifikan (sekitar 25%) dari industri yang disebutkan, dengan tingkat intensitas karbon yang bervariasi dari rendah hingga sedang, menunjukkan adanya potensi untuk implementasi praktik-praktik ramah lingkungan dalam sektor-sektor ini. 

 5. Hitunglah jejak karbon untuk industri yang berkaitan dengan program studi anda! 1. Industri Energi dan Listrik- PLTU menghasilkan emisi terbesar, dengan contoh PLTU Suralaya mencapai 28.175.000 ton CO₂/tahun- PT PLNtotal emisi mencapai 270,338 juta ton CO₂e (2022) dari scope 1, 2, dan 3- Panel surya relatif lebih rendah dengan 1.875 kg CO2eq per 1 kW selama 25 tahun 2. Industri Migas dan Kimia- Sektor Chemical dan Petrochemical menyumbang 3.135 GtCO2e (6.6% dari total emisi global)- PT Pertamina menghasilkan sekitar 25,078 juta ton CO2- Industri minyak dan gas secara umum menghasilkan 5-6 miliar ton CO2 per tahun 3. Industri Transportasi- Penerbangan menghasilkan sekitar 90-100 gram CO₂ per penumpang per kilometer- Formula 1 mencatat 223.031 tCO2e (2022)- Industri perkapalan global menghasilkan sekitar 1.119,6 juta ton CO2 per tahun Dari data tersebut terlihat bahwa industri energi dan migas masih menjadi penyumbang terbesar jejak karbon di antara sektor-sektor lainnya. 

 6. Jelaskan secara singkat, metode apa yang anda gunakan untuk menghitung jejak karbon tersebut? 1. Metode Perhitungan Dominan:- Mayoritas responden menggunakan pendekatan faktor emisi sebagai metode utama, di mana aktivitas atau konsumsi energi dikalikan dengan faktor emisi standar- Life Cycle Assessment (LCA) juga sering disebutkan sebagai metode komprehensif untuk menganalisis jejak karbon dari seluruh siklus hidup produk/proses- Banyak yang menggunakan pendekatan scope (1,2,3) sesuai Greenhouse Gas Protocol untuk mengkategorikan dan menghitung emisi 2. Sumber Data:- Sebagian besar mengandalkan data sekunder dan laporan keberlanjutan (sustainability report) perusahaan- Beberapa menggunakan standar internasional dan pedoman dari lembaga seperti IPCC, EPA, atau regulasi nasional- Data aktivitas yang umum digunakan meliputi konsumsi energi, bahan bakar, jarak tempuh, dan kapasitas produksi 3. Variasi Tingkat Kedalaman Analisis:- Ada perbedaan signifikan dalam kedalaman analisis, dari perhitungan sederhana hingga analisis komprehensif- Beberapa responden memberikan perhitungan detail dengan rumus spesifik dan asumsi yang jelas- Sebagian lain memberikan jawaban lebih umum atau hanya mengandalkan data dari literatur tanpa perhitungan mandiri 

 7. Berikan satu contoh perusahaan dan jelaskan menurut Anda dan berdasarkan riset terdahulu bagaimana cara perusahaan terkait dapat mengurangi jejak karbon pada industri tersebut? 1. Transisi ke Energi Bersih: Pemanfaatan Energi Terbarukan: Mengganti sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, hidro, dan geothermal. Efisiensi Energi: Mengoptimalkan penggunaan energi dalam proses produksi dan operasional untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan. Pengembangan Teknologi Baru: Menerapkan teknologi seperti baterai, sel bahan bakar, dan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi. 2. Pengelolaan Karbon: Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS): Menangkap emisi karbon, memanfaatkannya untuk berbagai keperluan, dan menyimpannya di tempat yang aman. Pengelolaan Hutan: Melakukan reforestasi, menjaga kelestarian hutan, dan menerapkan praktik pengelolaan hutan berkelanjutan. Daur Ulang dan Pengelolaan Limbah: Mengurangi produksi limbah dan meningkatkan tingkat daur ulang untuk mengurangi emisi dari proses produksi. 3. Inovasi Proses Produksi: Material Ramah Lingkungan: Menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Desain Produk Berkelanjutan: Mendesain produk yang mudah didaur ulang dan memiliki umur pakai yang lebih panjang. Optimasi Distribusi: Mengurangi emisi dari proses transportasi dan distribusi produk. 

 8. Bagaimana anda sebagai mahasiswa dapat berkontribusi untuk mengurangi jejak karbon industri berkaitan tersebut? 1. Inovasi dan Pengembangan: Mahasiswa dapat menciptakan solusi inovatif untuk mengurangi jejak karbon melalui penelitian, pengembangan teknologi baru, dan desain produk yang berkelanjutan. Ini mencakup pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, dan material ramah lingkungan. 2. Advokasi dan Edukasi: Mahasiswa berperan penting dalam menyebarkan kesadaran tentang pentingnya mengurangi jejak karbon. Ini dapat dilakukan melalui kampanye, sosialisasi, dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik yang mendukung keberlanjutan. 3. Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari: Mahasiswa dapat menjadi contoh dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan, seperti mengurangi konsumsi, memilih produk ramah lingkungan, dan berpartisipasi dalam kegiatan aksi lingkungan. Selain itu, mahasiswa juga dapat mendorong perubahan di lingkungan sekitar mereka dengan mengajak teman dan keluarga untuk turut serta dalam upaya mengurangi jejak karbon

Tuesday, October 22, 2024

Apa kaitannya perubahan iklim dengan keterlambatan monsoon Asia??

 Saat ini monsoon Australia bertiup dominan di wilayah Indonesia sehingga sebagian besar wilayah kita mengalami musim kemarau. Seperti diketahui dominannya angin tenggara di wilayah selatan katulistiwa membawa dampak pada sedikitnya kelembapan udara yang cukup untuk terbentuknya perawanan hujan. Ini karena angin tenggara tersebut kurang mendapatkan suplai uap air selama melintas dari Australia menuju Indonesia. Hal ini berbeda dengan monsoon Asia yang banyak mengalami pengayakan uap air karena banyak melintasi wilayah perairan. Ingat bahwa sifat massa udara bisa berubah tergantung pada permukaan yang dilaluinya.

Gambaran tentang bagaimana streamline angin dari Australia tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 

Tampak dalam gambar tersebut, saat ini angin tenggara sampai selatan banyak bertiup khususnya di sebelah selatan ekuator. Biasanya pada bulan Oktober ini massa udara dari Asia sudah banyak bertiup di wilayah Indonesia dan lebih kuat daripada angin tenggara sehingga di sebagian wilayah selatan ekuator mengalami angin barat - barat laut yang berdampak pada terjadinya awal musim hujan. Sehingga tipe curah hujan monsoonal di wilayah Indonesia biasanya adalah sebagai berikut.  Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Maret dan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai September. Variasi awal musim hujan di setiap tempat bisa berbeda yang tergantung pula pada tipe pola curah hujannya. Seperti diketahui bahwa Indonesia mempunyai 3 tipe curah hujan yakni tipe A (monsoonal), tipe B (ekuatorial) dan tipe C (lokal). Terkait tipe curah hujan ini sudah saya jelaskan pada postingan sebelumnya.
Variasi awal curah hujan ini dipengaruhi oleh kontrol iklim yang bisa jadi mengalami perubahan. Kontrol iklim tersebut antara lain adalah lintas edar bumi mengelilingi matahari, jarak bumi - matahari, ketebalan lapisan atmosfer, lintang tempat, distribusi daratan - lautan, sirkulasi air laut berskala besar (Gyre), lokasi tekanan rendah & tinggi semi permanen, topografi dan sebagainya. Mengingat kontrol iklim tersebut bisa mengalami perubahan dalam skala besar maka interaksi berbagai sub sistem iklim bisa mengalami perubahan pula. 
Kita tahu bahwa terdapat 6 sub sistem iklim yang saling berinteraksi dengan kerumitan dan kompleksitas hubungan yang sangat luar biasa sehingga perubahan pada sub sistem tertentu akan berdampak pula pada sub sistem yang lain. Perubahan pada sub sistem udara, air dan daratan akan berdampak pada makhluk hidup di bumi dan lapisan es di kutub dan sebaliknya dimana penjelasannya sangat panjang. Untuk mempersingkatnya boleh dikatakan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim akan mempengaruhi cuaca dan musim di dunia ini. Belum lagi kalau kita bicara variabilitas iklim seperti ENSO, IOD dan monsoon. Hubungan ini demikian kompleks sehingga dampaknya bisa kita rasakan saat ini dimana tampaknya musim hujan agak mundur daripada biasanya.