Saturday, September 19, 2015

Mungkinkah??

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan SMS berantai yang isinya berupa ajakan untuk menempatkan satu ember air bercampur garam di depan rumah  mulai jam 10 (mengingat penguapan banyak terjadi jam 11-13 wib) serempak pada hari Sabtu minggu lalu. Ini dimaksudkan agar segera tercipta jutaan kubik uap air di atmosfer sehingga terbentuk hujan untuk menghadapi kemarau panjang dan kabut asap yang kian parah. SMS ini bergulir liar ke siapa saja. Masalah apakah himbauan ini dilaksanakan atau tidak, bukan tujuan saya tulis dan bahas hal ini.
Perlu diketahui bahwa sepanjang waktu, terjadi penguapan dari laut dan badan-badan air di daratan serta seluruh permukaan bumi yang terkena sinar matahari. Oleh karena itu maka jutaan meter kubik setiap harinya menguap ke atmosfer dan memperlembap udara khususnya di lapisan troposfer. Jumlah uap air di atmosfer kurang lebih 0-4% ppmbv. Di wilayah tropislah uap air banyak terdapat di atmosfer. Jadi jika dibandingkan dengan langkah-langkah himbauan di atas, maka boleh dikatakan akan kurang membawa hasil apalagi tidak banyak yang mengikuti himbauan tersebut. Air garam yang ada di ember akan lebih sulit menguap dibanding dengan air biasa dan bilapun menguap maka garam akan terendapkan. Mengapa air garam?? Saya pikir orang atau organisasi yang melakukan himbauan tersebut mungkin berpikir bahwa cara tersebut sama seperti proses hujan buatan dengan menebar garam dapur di atmosfer. Dengan luas area yang sangat kecil (ember) sulit untuk terjadi penguapan mengingat semakin lebar permukaan maka semakin cepat terjadinya peluang penguapan. Waktu penguapan terbesar biasanya terjadi pada tengah hari ketika matahari ada di atas kepala kita dan penguapan tersebut membutuhkan proses. Ini tidak lain karena selain radiasi matahari, penguapan juga dipengaruhi oleh angin yang membawa panas serta temperatur udara. Dibutuhkan waktu yang lama agar terjadi penguapan serta hanya sedikit yang bisa teruapkan dari ember, misal katakanlah 1 mm. Dengan diameter ember 50 cm dan hanya diikuti seratus orang misalnya maka bisa dihitung hanya berapa meter kubik (tidak sampai 1 meter kubik)  uap air yang teruapkan ke udara. Kalaupun diikuti satu juta orang, dengan ukuran ember yang sama maka baru ribuan meter kubik yang menguap. Asumsi itupun sangat amat sulit terealisir karena amat sangat tidak mudah menggerakkan masyarakat untuk turut berpartisipasi untuk hal semacam itu. Saya tidak bermaksud untuk meremehkan orang atau organisasi  yang membuat SMS berantai tersebut, tetapi saya berkeyakinan mustahil hal ini terealisir. Boleh-boleh saja menghimbau masyarakat untuk berbuat sesuatu menanggapi permasalahan nasional kekeringan panjang dan asap namun seharusnya memilih cara-cara yang lebih cerdas tidak sekedar hanya mencari popularitas. Cara yang lebih cerdas untuk mengatasi kekeringan misalnya dengan gerakan hemat air, pengolahan dan pemanfaatan air  limbah untuk tujuan pertanian, desalinisasi air laut dll. Untuk mengatasi asap dilakukan dengan law enforcement, pencegahan pengusahaan area lahan gambut, penciptaan teknologi pelenyap asap dll. Meskipun usaha-usaha semacam itu membutuhkan effort yang sangat besar, namun sudah tugas pemerintah untuk melaksanakannya dengan partisipasi dari masyarakat luas. Untuk saudara-saudara kita yang masih mengalami permasalahan kekeringan dan asap, jika tidak bisa lagi yang bisa dilakukan maka berdoalah agar hujan segera mengguyur wilayah Indonesia tercinta. Amin. 

No comments:

Post a Comment