Sunday, August 30, 2015

Mengenal karakteristik wilayah tropis

Kutulis masalah ini mengingat blok detik yang kumiliki yakni Cuaca dan Iklim Tropis tidak bisa digunakan untuk posting dengan baik. Sudah menulis satu lembar A4 tapi ternyata ketika coba diposting tidak bisa tampil bahkan kemudian terhapus. Baiklah, itu sekelumit cerita di balik mengapa aku tulis tulisan ini di sini ... toh sama saja. Yang penting kalian bisa menikmati tulisan ini.
Mungkin kalian sudah tahu dari tulisanku sebelumnya dan juga video yang sudah aku share dalam blog di atas. Benar bahwa wilayah tropis adalah wilayah yang dibatasi oleh 23,5o LU dan 23,5o LS. Namun sebenarnya tidak hanya itu ... wilayah ini mempunyai beberapa karakteristik yang menonjol, yakni:
1. Mendapatkan energi matahari yang berlimpah sepanjang tahun khususnya yang berada di dekat ekuator. Surplus energi ini banyak manfaatnya dan berperan penting dalam sirkulasi atmosfer dan lautan.
2. Distribusi temperatur relatif tidak besar atau lebih seragam, khususnya dalam arah horizontal. Gradien temperatur dalam arah vertikal lebih besar daripada horizontalnya.
3. Merupakan kawasan dengan tekanan rendah dan gaya Coriolis (gaya pembelok angin dalam skala besar) yang relatif rendah dibanding wilayah lintang tengah dan tinggi.
4. Wilayah dengan gerak vertikal udara yang besar yang ditandai dengan aktivitas perawanan konvektif yang banyak seperti misalnya awan-awan kumulus dan kumulonimbus.


5. Wilayah ini banyak dilalui oleh ITCZ (intertropical convergence zone) yang pergeserannya mengikuti kemana matahari berada. Bila mataharinya berada di selatan ekuator maka ia pun berada di selatan ekuator, dan sebaliknya meskipun secara klimatologis lebih banyak di utara ekuator. Wilayah ITCZ umumnya mempunyai kecepatan angin yang rendah (calm) dan banyak hujan konvergensi terjadi.
6. Pola monsoonal terjadi di wilayah ini dimana dibandingkan wilayah lain, wilayah monsoon Asia Tenggara dan Australia Utara lah yang paling berkembang dengan baik. Monsoon ini ditandai dengan pembalikan arah angin secara musiman minimal sebesar 120 derajat dan kecepatan anginnya minimal 3 m/s.
7. Presipitasi (contohnya hujan) dan evaporasi di wilayah tropis tinggi. Indonesia sebagai salah satu wilayah tropis menunjukkan dengan jelas hal ini. Radiasi matahari yang bersinar sepanjang tahun menyebabkan evaporasi tinggi sehingga perawanan terbentuk dengan baik dan peluang terjadinya hujan tinggi.
8. Angin dominan adalah angin timuran (easterlies).
Itulah beberapa karakteristik wilayah tropis yang kita diami ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wednesday, August 26, 2015

Hujan buatan layak untuk dicoba meskipun ...

Sudah dua hari ini, pemerintah mengupayakan hujan buatan di beberapa tempat dari mulai Jawa Barat dan Jawa Tengah dalam rangka mengatasi kekeringan yang terjadi. Seperti kita ketahui, banyak wilayah khususnya yang berada di selatan ekuator mengalami kekeringan yang mengakibatkan banyak sumber air dan saluran air berkurang jauh debitnya. Bahkan sudah dialami di banyak tempat, air sangat sulit diperoleh entah untuk tujuan pengairan lahan pertanian ataupun untuk air minum, mandi, cuci dan kakus (MCK). Tentu bukan tanpa alasan pemerintah "nekad" untuk melakukan hujan buatan ini. Ini setidaknya untuk meredam agar masyarakat tidak terlalu cemas dengan kondisi kekeringan ini yang diperkirakan akan berlangsung sampai akhir tahun (November). Meskipun saya pikir keberhasilannya mungkin akan kurang menggembirakan.


Kita tahu bahwa hujan buatan bukan berarti kita membuat hujan dimana selalu tersedia bahan-bahannya untuk diturunkan ke bumi. Kegiatan hujan buatan tidak lain adalah merangsang tumbuhnya tetes-tetes hujan dari tetes-tetes awan dengan menyemai atau menebarkan inti kondensasi yang higroskopis ke dalam awan dan sekitarnya. Ini merupakan salah satu bentuk modifikasi cuaca agar cuaca yang diinginkan dapat diperoleh. Bentuk modifikasi cuaca yang lain adalah menekan terjadinya hujan es, menurunkan peluang terjadinya petir, kabut, dan lain-lain. Kembali pada hujan buatan di atas. Tetes-tetes awan yang disemai diharapkan juga berukuran cukup besar agar lekas segera terbentuk tetes hujan ketika disemai. Oleh karena itulah maka perawanan yang disemai adalah jenis perawanan yang pertumbuhan vertikalnya besar atau jenis-jenis awan kumulus. Hasilnya akan jauh berbeda bila penyemaian inti kondensasi (misal garam dapur dan urea) dilakukan pada awan-awan yang pertumbuhannya horizontal semacam stratus. Pada awan jenis stratus, peluang terjadinya proses tumbukan dan tangkapan terjadi dalam waktu yang singkat sehingga kemungkinan besar bila terjadi hujan maka hujannya tidak akan deras/lebat. Pada jenis-jenis awan kumulus, tumbukan dan tangkapan dapat berlangsung lama sehingga tetes hujan yang dihasilkan akan lebih besar. Akibatnya hujan yang ditimbulkannya juga akan deras.
Tiga bulan ini akan dilakukan hujan buatan di beberapa tempat di pulau Jawa. Kalau dilihat dari citra satelit hari ini, misalnya, maka terlihat bahwa sedikit sekali perawanan di atas pulau Jawa. Ini setidaknya bisa digunakan untuk memperkirakan bahwa masih cukup sulit untuk memperoleh awan-awan yang potensial untuk disemai. Namun demikian, di sekitar gunung/pegunungan, masih ada kemungkinan untuk mendapatkan awan yang berpotensi hujan. Namun harus diwaspadai jangan sampai pesawat yang digunakan terkena efek turbulensi sekitar gunung yang sangat membahayakan. Tidak sedikit kecelakaan pesawat terbang di dunia ini terjadi karena efek turbulensi di sekitar gunung.  Dengan demikian, meskipun peluang terjadinya hujan dalam beberapa waktu ke depan adalah kecil, namun upaya ini lebih baik ditempuh daripada hanya sekedar menunggu dan menunggu. Kita doa-kan saja agar proyek ini berhasil seiring dengan makin mendekatnya matahari menuju selatan ekuator  kurang lebih sebulan lagi. Amin.

Monday, August 17, 2015

Perbaiki sarana dan prasarana terkait cuaca dan iklim di Papua

Kembali musibah jatuhnya pesawat di Papua terjadi. Kali ini menimpa salah satu pesawat Trigana Air yang mengangkut kurang lebih 50 orang kemarin. Bukan kali ini saja cuaca di Papua berperan dalam timbulnya kecelakaan pesawat. Pola cuaca yang dengan cepat berubah merupakan penyebab yang tidak mudah diantisipasi dengan baik. Pola monsoon dan sedikit ekuatorial serta sebagian lain sifatnya lokal dimana pengaruh pegunungan cukup dominan adalah pola-pola cuaca dan musim yang terjadi di daratan Papua. Sedikitnya sumber daya manusia yang mumpuni di kawasan tersebut dan diperparah oleh sedikitnya alat-alat observasi lapangan yang terkait cuaca dan iklim menyebabkan sedikitnya informasi yang diperoleh yang secara akurat dan detail dapat menggambarkan kondisi Papua dari waktu ke waktu. Transportasi vital yang selama ini menghubungkan satu daerah dengan daerah lain tidak lain melalui udara yakni pesawat terbang. Namun dengan prasarana bandar udara yang minim terkait informasi cuaca bisa diibaratkan bahwa melakukan penerbangan di wilayah tersebut adalah berjudi dengan maut. Seringkali modal keberanianlah yang diandalkan untuk mengarungi wilayah-wilayah terpencil di daratan Papua tersebut. Sudah sewajarnya bila sumber daya manusia meteorologi dan klimatologi yang terlatih serta dukungan peralatan observasi dan teknologi informasi - komunikasi ditingkatkan dan diperbanyak agar memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh ICAO (International Civil Aviation Organization). Dan yang terpenting adalah agar kecelakaan pesawat terbang akibat fenomena meteorologi dan klimatologi yang ditunjang oleh medan pegunungan yang tinggi dapat diminimalisir. Semoga!

Friday, August 14, 2015

Gerakan hemat air harus digalakkan

Di banyak tempat di Indonesia belakangan ini terjadi kekeringan sehingga berdampak pada munculnya krisis air di beberapa wilayah. Hal ini tidak mengherankan mengingat musim kemarau sedang berlangsung yang diperparah dengan munculnya El Nino pada tingkat moderat. Meskipun tidak semua wilayah mengalami kekeringan, namun secara umum boleh dikatakan bahwa Indonesia memasuki tahap krisis air besar-besaran. Di beberapa wilayah bahkan penduduknya harus mencari sumber air yang jauh dari tempat tinggalnya hanya demi beberapa ember air. Di Nusa Tenggara Timur, ada beberapa desa yang memanfaatkan batang tanaman tertentu untuk memperoleh air bersih dan hal ini telah terjadi bertahun-tahun manakala hujan lama tidak turun. Sampai sekarangpun hal ini masih berlangsung ... luar biasa. Ada saudara yang harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan air bersih dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena air ledeng tidak mengalir dengan lancar. Bahkan tidak jarang dia harus mandi di kantornya karena sulitnya memperoleh air bersih.
Mengingat bahwa air merupakan kebutuhan utama untuk hidup sehari-hari maka sudah selayaknya jika pemerintah turun tangan langsung. Mengharapkan masyarakat untuk survive dengan sendirinya bukanlah wujud pemerintah yang bertanggungjawab. Pemerintah selayaknya mengupayakan gerakan hemat air oleh masyarakat ketika air banyak tersedia dan mengatur agar kelangsungan siklus hidrologi terjaga dengan baik. Manajemen pengelolaan air harus sangat profesional agar kelangkaan air pada saat musim kemarau bisa diatasi. Bertahun-tahun hal ini terjadi dan berulang namun sepertinya kita tidak pernah belajar dari pengalaman tersebut. Mengharapkan hujan buatan dapat mengatasi hal ini hanya merupakan impian di siang bolong mengingat rendahnya kelembapan relatif udara yang bisa disemai dengan garam dapur, meskipun bisa pula dicoba. Masih beruntung bahwa di beberapa wilayah sudah mulai terjadi hujan meskipun tidak merata dan tidak deras. Ini setidaknya melegakan untuk sementara waktu meskipun kita tidak bisa berharap banyak karena memang belum waktunya. Penelitian menunjukkan bahwa musim hujan akan mundur dan mulai sekitar November di wilayah berpola curah hujan monsoonal. Semoga saja ada keajaiban alam yang menepis dugaan tersebut dimana hujan  terjadi lebih awal. Amin.