Saturday, June 13, 2015

Meluruskan pemikiran tentang hujan di musim kemarau

Sejak beberapa waktu ini, sebagian wilayah Indonesia sudah ada yang menginjak musim kemarau. Ini bisa dipahami karena gerak semu matahari sudah hampir sampai pada titik balik utaranya yakni di 23,5o lintang utara. Beberapa daerah sudah mulai mengalami kekeringan meskipun hanya spot-spot tertentu, belum merata. Di banyak wilayah hujan juga masih kadangkala terjadi meskipun tidak sering. Pertanyaan yang sering muncul di kalangan awam adalah: "sudah" musim kemarau, kok masih ada hujan. Ini bisa dimengerti karena pandangan masyarakat umumnya selalu menganggap bahwa kalau sudah musim kemarau maka tidak akan ada hujan. Ini salah! Pada musim kemarau di Indonesia, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Bisa jadi dalam dasarian (sepuluh harian) tertentu terjadi hujan namun diikuti dengan tidak ada hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan bahwa awal musim kemarau terjadi bila pada suatu dasa harian tertentu curah hujannya kurang dari 50 milimeter yang diikuti oleh dasa harian - dasa harian selanjutnya yang juga kurang dari 50 milimeter. Dengan demikian maka seharusnya kita bisa menentukan awal musim kemarau setelah kita tahu dari data satu bulan. Namun bukan berarti kita tidak dapat "menduga" bahwa musim kemarau telah terjadi. Ini dilakukan dengan misalnya melihat klimatologinya atau dari streamline massa udaranya pada suatu waktu tertentu.
Yang juga menarik untuk diketahui adalah bahwa ada kejadian dimana mungkin curah hujan suatu dasa harian  sudah kurang dari 50 milimeter yang kemudian diikuti oleh satu dasa harian yang curah hujannya juga kurang dari 50 milimeter namun kemudian curah hujan pada dasa harian berikutnya lebih dari 50 milimeter. Dasa harian (dasarian) yang disebut pertama tersebut belum bisa dikatakan sebagai awal musim kemarau. Kenapa?? Tunggu jawaban saya pada posting berikutnya ya ...

No comments:

Post a Comment