Thursday, July 24, 2014

Lagi ... pesawat jatuh karena cuaca di Taiwan


Tim penyelamat berusaha menemukan korban di puing pesawat TransAsia Airways GE222 yang jatuh saat berusaha mendarat darurat karena cuaca buruk. (Wong Yao-wen/AP Photo)

Satu lagi tragedy menimpa dunia penerbangan. Pesawat penumpang TransAsia Airways mengalami kecelakaan. Kali ini penyebabnya bukan karena ditembak jatuh oleh gerilyawan pendukung Rusia, tapi oleh karena faktor cuaca yakni adanya badai Matmo yang menimpa Taiwan beberapa hari ini. Dikatakan bahwa hanya 11 orang dari 58 orang yang selamat dalam kecelakaan tersebut.
Kejadian di atas semakin menguatkan pentingnya peran cuaca dalam keselamatan penerbangan. Mengabaikan masalah cuaca dalam dunia penerbangan sama saja dengan berjudi dengan maut. Dari berita yang terkumpul, pesawat tersebut berusaha mendarat dua kali tapi tidak berhasil karena pengaruh cuaca.
Depresi tropis yang bermula dari lintang 10 oN bujur 135.2 oE pada tanggal 17 Juli 2014 jam 12 GMT bergerak menuju barat laut  sempat berkembang menjadi topan tetapi kemudian meluruh menjadi badai tropis pada tanggal 23 Juli 2014. Meskipun terjadi peluruhan dari topan menjadi badai tropis, bukan berarti hal ini tidak berbahaya bagi dunia penerbangan dan pilot dan seluruh crew pasti mengetahuinya. Semoga kejadian seperti di atas tidak terulang lagi di lain waktu. Amin

Friday, July 4, 2014

Pelurusan pemahaman tentang cuaca dan iklim



Rasanya ada yang salah dengan pengenalan meteorologi dan klimatologi di sekolah menengah. Salah satu hal yang paling mencolok adalah definisi tentang cuaca dan iklim yang selama ini diajarkan di SMP dan SMA. Seringkali cuaca diartikan sebagai kondisi rata-rata udara pada suatu tempat yang sempit dan waktu yang singkat; sedangkan iklim diartikan sebagai kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat yang luas dan waktu yang lama. Menurut pemahaman saya yang berkutat tiap hari dengan masalah cuaca dan iklim; cuaca dapat diartikan sebagai kondisi fisis dan dinamis atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sedangkan iklim adalah kondisi atmosfer pada suatu tempat dan waktu yang relatif lama. Dari definisi ini ada hal yang mencolok tentang masalah ruang dan waktu. Pada pelatihan guru-guru geografi dan kebumian dari propinsi Nanggro Aceh Darussalam beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan tentangan (pandangan yang berlawanan) tentang hal tersebut karena selama ini mereka mendapatkan pengetahuan dari buku-buku bahwa perbedaan utama dari cuaca dan iklim adalah masalah ruang dan waktu. Pada skala ruang, cuaca lebih kecil daripada iklim sedangkan pada skala waktu cuaca lebih singkat daripada iklim. Memang terjadi titik temu khususnya pada masalah skala waktu dimana waktu yang panjang dalam definisi dari iklim adalah 30 tahun sesuai dengan yang dinyatakan oleh WMO (World Meteorological Organization) tetapi tidak terjadi titik temu pada skala ruang. Mereka membaca buku-buku geografi terbitan dalam negeri yang ditulis orang-orang yang tidak berkompeten dalam bidang meteorologi dan klimatologi yang memuat hal seperti yang telah disebut di atas dan bersikukuh tetap pada pendiriannya. Saya memberikan pandangan bahwa ada pembagian klimatologi berdasarkan skala ruangnya yakni klimatologi regional, klimatologi meso dan klimatologi mikro. Klimatologi regional mempelajari iklim daerah yang luas dengan ukuran horizontal sampai ukuran global; klimatologi meso untuk mempelajari iklim pada skala horizontal antara 10 dan 100 km; sedangkan klimatologi mikro mempelajari iklim di dekat permukaan tanah pada skala horizontal sangat kecil yakni kurang dari 100 meter. Dengan demikian jelas bahwa sebenarnya kalau iklim dinyatakan sebagai meliputi daerah yang luas, pertanyaannya adalah seberapa luas. Dari pernyataan saya di atas terlihat bahwa definisi iklim yang selama ini ditulis dalam buku-buku geografi nasional tidaklah tepat.
Hal lain yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa dua tempat yang mempunyai rata-rata parameter iklim (misal temperatur) yang sama belum tentu memiliki iklim yang sama. Ini karena iklim tidak hanya menyangkut rata-ratanya saja tetapi juga nilai-nilai ekstrimnya dan frekuensi kejadiannya.  Atau misalnya bila dua tempat mempunyai curah hujan tahunan sama belum tentu memiliki iklim yang sama. Di suatu tempat yang sepanjang tahun mengalami hujan dengan nilai rata-rata bulanan 130 mm misalnya, akan berbeda dengan iklim tempat lain yang curah hujan bulanan rata-ratanya 260 mm selama 6 bulan dan bulan-bulan lainnya 0 mm (6 bulan basah dan 6 bulan kering). Hal di atas menunjukkan bahwa keadaan atau nilai rata-rata saja tidak cukup untuk mencirikan iklim suatu tempat.
Moga-moga dengan pernyataan saya di atas setidaknya dapat meluruskan pemahaman para guru dan peserta didik akan cuaca dan iklim. Bila masih sangsi dengan apa yang saya sampaikan di atas, silahkan memperbanyak membaca buku-buku terbitan luar negeri yang penerbitnya kredibel dan ditulis oleh orang yang benar-benar kompeten di bidangnya. Buku semacam ini bertebaran dan dapat didownload dengan mudah di internet.